Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak•••
"Syafa!" panggil seseorang dari belakang.
"Iya Bu," jawab Syafa.
"Yaampun kamu ngapain disitu?" tanya Runa Ibu pengasuh panti yang berjalan menghampiri Syafa.
"Ibu nggak liat Syafa lagi ngapain, tanaman bunganya Ibu biarin gitu aja nggak disiram nanti kalo mati gimana?" ujar Syafa mengerucutkan bibirnya melihat tanaman bunga yang sudah tak terurus.
"Kamu ini bunga terus yang dipikirin," ujar Runa geleng-geleng kepala.
"Sekarang kamu siap-siap, ada yang mau ketemu kamu," ucap Runa membuat Syafa mengernyitkan dahinya.
"Siapa? Syafa nggak ada janji," tutur Syafa berbalik menatap Runa.
"Kamu lupa sama perjodohan itu," ujar Runa membuat Syafa mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Flashback on
"Saya sudah memperlihatkan video itu pada Syafa dan sekarang keputusan ada padanya," ucap Runa tersenyum.
"Siapa nama lengkap mu, Nak?" tanya Karina pada Syafa.
"Hasyafa Mawar Ariani," jawab Syafa tersenyum.
"Apa kamu menyetujui perjodohan ini?" tanya Karina lagi.
"Saya setuju demi Papah," ucap Syafa membuat Hafidz dan Karina mengembangkan senyumnya.
"Baiklah, Minggu depan anak saya akan kemari saya harap ini keputusan yang terbaik untuk kamu dan anak saya," ucap Hafidz tak melunturkan senyumnya.
"Kalo begitu saya pamit, assalamualaikum," lanjut Hafidz.
"Waallaikumsallam."
Setelah itu mereka pergi dari panti, Runa mengusap lembut kepala Syafa dan tersenyum.
"Apa kamu siap?" tanya Runa dengan lembut.
"Iya, Bu," jawab Syafa tersenyum.
"Maaf Ibu tidak bisa membahagiakan kamu, Ibu juga tidak bisa melanjutkan sekolah kamu," lirih Runa.
"Enggak Bu, Ibu rawat Syafa aja Syafa bersyukur," ucap Syafa memeluk Runa.
Semenjak Syafa tinggal dipanti ia memutuskan sekolahnya lantaran tak mau membebani Runa sedangkan Runa melarangnya untuk bekerja.
Flashback off
"Ah iya! Syafa lupa," ujar Syafa cengengesan.
"Emang udah dateng ya, Bu?" tanya Syafa menatap Runa.
"Belum, makanya kamu siap-siap masa mau ketemu calon suami nggak rapi si," ujar Runa membuat Syafa merona malu saat mendengar kata Suami.
"Ibu mau belanja dulu, lumayan lama kayanya, salamin ya buat dia. Anak-anak panti juga sebentar lagi pulang," ucap Runa.
Syafa mengangguk lalu masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya.
***
Kafka memberhentikan motornya tepat di depan sebuah panti yang bertuliskan "Panti Kasih", melepas helm full facenya dan berjalan santai dengan memasukkan tangannya ke dalam saku sambil melihat keadaan panti yang sangat sepi tak ramai seperti panti pada umumnya.
Ia mengetuk pintu kayu beberapa kali sampai sahutan dari dalam terdengar. Pintu terbuka menampilkan gadis mengenakan gamis berwarna merah marron berpadu dengan hijabnya yang berwarna abu-abu.
Kafka menatap lekat gadis di depannya dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana meneliti penampilan Syafa dari atas sampai bawah membuat Syafa sedikit gugup.
Jadi dia gadisnya?-batin Kafka.
Apa dia orangnya? Kok penampilannya serem-batin Syafa menatap Kafka yang memakai jaket hitam serta celana jeans hitam ketat dan sobek dibagian lututnya.
"Gue Kafka," ujar Kafka memperkenalkan diri dan Syafa hanya mengangguk saja.
"Lo cewek yang mau dijodohin?" tanya Kafka to the point membuat Syafa menatapnya.
"Iya," jawab Syafa lalu dengan tiba-tiba Kafka masuk ke dalam panti tanpa permisi membuat Syafa terkejut.
Akhirnya Syafa ikut masuk ke dalam melihat Kafka yang sudah duduk.
"Sebentar aku ambilin minum," ujar Syafa.
"Nggak perlu, duduk gue perlu ngomong sama lo," tolak Kafka dan Syafa mengangguk saja menyetujui lalu ia duduk di depan Kafka.
Hening, Kafka belum berbicara hanya menatap intens gadis di depannya membuat Syafa gugup.
"Nama lo?" tanya Kafka.
"A-aku.. Namaku.. Hasyafa Mawar Ariani," jawabnya terbata.
"Lo yakin mau nikah sama gue?" tanya Kafka lagi membuat gadis di depannya menatap Kafka.
"I-iya."
"Oke, lo bisa liat ini," ucap Kafka membuka jaketnya membuat Syafa langsung mengalihkan pandangannya.
Kafka melanjutkan membuka kaos hitamnya sampai bertelanjang dada dan terpampanglah tato di lengan, leher dan dadanya.
"Lo liat kesini," titah Kafka membuat Syafa meliriknya dan betapa terkejutnya Syafa melihat Kafka bertelanjang dada di depannya dan terlebih lagi banyak tato ditubuhnya.
Sedangkan Kafka menyunggingkan senyum smirk menikmati wajah terkejut dari gadis di depannya.
"Masih mau terima?" ujar Kafka membuat Syafa mengalihkan pandangannya dan menunduk.
Kafka kembali memakai kaos dan jaketnya lalu berdiri menghampiri Syafa beralih duduk di sampingnya. Kafka mendekatkan wajahnya meneliti setiap inci wajah Syafa dari samping.
"Gue akui lo cantik, tapi lo bodoh kalo terima gue jadi suami lo," ucap Kafka lalu lebih mendekatkan wajahnya ke telinga Syafa.
"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka tepat ditelinga Syafa membuat Syafa menegang ditempat.
"Dan ya selamat datang didunia Kafka, calon istri," bisik Kafka lagi kemudian mengecup singkat pipi Syafa dan melenggang pergi meninggalkan Syafa dengan semua keterkejutannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...