Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak•••
"Kaf gue rasa kita dibohongi sama Reno," kata Nahar berhenti diikuti yang lain.
"Udah gue duga," geram Kafka memukul motornya.
"Iya betul tuh, gue nggak liat Reno," timpal Keno.
"Kenapa lo bawa Syafa kesini?" tanya Glen menatap Kafka.
"Gue nggak mungkin tinggalin dia," jawab Kafka dan semuanya mengangguk mengerti.
Tiba-tiba ponsel Kafka berdering terdapat nomor asing yang menghubunginya, Kafka mengernyitkan dahinya lalu mengangkatnya.
"Hallo Kafka," sapanya diseberang telepon membuat Kafka mengepalkan tangannya kuat.
"Dimana lo?" tanya Kafka.
"Bego sih lo, gue disini enak-enakkan lo ngapain ngejar Agas," ujarnya terkekeh.
"Sekarang lo dateng kesini, gue share lok," lanjutnya lalu menutup panggilan sepihak.
"Siapa Boss?" tanya Keno.
"Reno."
Ting!
Kafka membuka ponselnya dan mendapati Reno mengirim pesan berisi lokasi yang harus didatanginya.
"Ikutin gue," kata Kafka lalu melajukan motornya diikuti yang lain.
***
"Gimana aman?" ujar Reno melihat Agas menghampirinya.
"Aman dong."
"Bagus," gumam Reno tersenyum.
"Mana ceweknya gue penasaran banget," tutur Agas.
"Semuanya ada didalem," ucap Reno lalu masuk ke dalam ruangan yang remang dan menuju ke arah Syafa yang duduk dikelilingi anak Andeska.
Kok gue kaya nggak asing-batin Agas.
Agas berjalan di belakang Reno menatap seorang gadis yang tengah duduk. Namun seketika Agas membelalakkan matanya terkejut menatap gadis di depannya.
"Sasya!" pekik Agas membuat Syafa berdiri.
"Al," gumam Syafa tersenyum senang saat mendengar suara yang ia kenali.
Semua orang menatap Agas bingung, apa hubungan Agas dengan istri Kafka.
"Al kamu dimana?" tanya Syafa meraba-raba membuat Agas mengernyitkan dahinya.
"Aku di depan kamu, Sya," ucap Agas namun Syafa malah terisak.
"Tolongin aku Al, mereka culik aku," ucap Syafa masih meraba-raba mencari keberadaan Agas.
Agas merasa aneh padahal penerangan tidak terlalu gelap hanya remang tapi kenapa Syafa tak bisa melihatnya.
"Al aku nggak bisa liat, kamu dimana."
Deg!
Agas mematung mendengar ucapan Syafa bahwa ia tidak bisa melihat.
"Al," panggil Syafa lagi mulai berjalan mencari-cari keberadaan Agas.
"Gas," panggil Alres menepuk bahu Agas lalu dengan segera Agas menghampiri Syafa.
"Aku disini," kata Agas menyentuh pundak Syafa membuat Syafa tersenyum lalu memeluknya erat.
"Kenapa mereka culik aku," lirih Syafa terisak.
"Aku mau pulang ketemu Kafka," lanjut Syafa lalu Agas melepas pelukannya dan menghapus jejak air mata Syafa.
"Jadi kamu dijodohin sama Kafka?" tanya Agas diangguki Syafa.
"Gas maksud lo dia itu sepupu lo yang namanya Sasya," ujar Reno dibalas anggukan oleh Agas.
"Kamu ikut geng motor?" tanya Syafa.
"Iya," lirih Agas.
"Jadi kamu sama temen-temen kamu yang culik aku," tutur Syafa tak percaya.
"Bukan gitu maksudnya kita lagi nyusun rencana buat..
"Woy diem! Jangan lo bongkar," ujar Ergi memukul bahu Agas membuatnya meringis.
"Kalian sebenernya ngerencanain apa sih," ujar Syafa yang jengah mendengar semuanya terbongkar apa maksud dari semua itu.
"Udah nanti juga lo tau," kata Reno menutup pintu dan memberi celah pada jendela agar tak terlalu gelap.
"Lo duduk," ujar Reno membantu Syafa duduk kembali.
"Aku nggak mau," kata Syafa berdiri.
"Duduk gue bilang!" sentak Reno dibalas tatapan tajam dari Agas.
"Jangan sakitin dia," ucap Agas dan Reno meringis menampilkan deret giginya.
Reno berjalan menghampiri Bayu lalu melihat sesuatu yang sudah mereka persiapkan.
"Gi sini lo," kata Reno menatap Ergi lalu Ergi menghampirinya.
"Lo pantau Kafka udah dateng atau belum," bisik Reno diangguki Ergi.
Lalu Ergi berjalan menuju ke arah jendela untuk mengintai Kafka.
"Lo semua pada keluar gih nanti kalo Kafka udah dateng baru lo semua masuk, nanti kalo lo semua disini mereka tau," ujar Reno diangguki semuanya.
"Agas, Ergi, Alres, Bayu sama gue biar disini. Atur posisi jangan sampe Kafka liat kita di dalem," lanjut Reno.
"Lo yang pegang apa gue?" tanya Bayu menatap Reno.
"Gue lah!" ketus Reno.
"Yeh biasa aja kali," ujar Bayu menoyor kepala Reno.
"Lo nggak ada sopan sopannya sama Boss!" kesal Reno sedangkan Bayu malah terkekeh.
Syafa hanya bisa diam sambil mendengar mereka yang sedang berbisik-bisik entah membicarakan apa. Berbeda dengan Agas yang menatapnya lekat sedari tadi.
***
"Bener ini tempatnya, Boss," ujar Keno menatap sebuah rumah berukuran lumayan besar yang hanya terdapat satu pintu dan satu jendela.
Kafka hanya mengangguk lalu berjalan pelan ke arah pintu.
"Gue mau dobrak pintunya," ucap Kafka diangguki semuanya.
Brak!!!
Sekali hentakan pintu itu terbuka dan segera Kafka masuk ke dalam. Tempatnya yang remang membuat Kafka sulit melihat dengan jelas.
"Kafka," panggil seseorang yang tak lain adalah Syafa.
"Syafa kamu dimana?" tanya Kafka mencari-cari.
"Aku disini Kafka," ujar Syafa berdiri dan meraba-raba.
Kafka mencari keberadaan Syafa dalam kondisi yang remang dan akhirnya ia menemukannya. Dengan segera Kafka memeluk Syafa dengan erat.
"Kamu nggak papa?" tanya Kafka dibalas gelengan oleh Syafa yang terisak.
"Boss kok kaya ada orang gitu," ujar Keno meneliti setiap sudut tempat.
"Tuh Boss ada yang gerak-gerak," lanjut Keno menunjuk sesuatu yang berjalan menempel ditembok.
Kafka menajamkan penglihatannya dan saat hendak menghampirinya tiba-tiba lampu menyala begitu terang.
"Kejutan!!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Good Boy || Terbit
Teen Fiction"I'm not a good boy baby, tapi kalo lo tetep mau jadi istri gue its okey gue terima. Tapi gue nggak yakin lo bahagia nikah sama gue. Cuma sengsara yang lo dapet, cepat atau lambat lo akan tau sifat asli gue, gue harap lo nggak kaget," bisik Kafka te...