12. Bekas Merah

42.2K 3K 100
                                    

Selamat Membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak

•••

"Ajigile tuh Pak Joni, ngehukum nggak kira-kira!" kesal Keno.

"Jodi goblok ngapa jadi joni," ujar Nahar menimpuk Keno dengan batu kecil.

"Santai dong!" sarkas Keno tak terima.

Hari ini Kafka, Nahar, Glen dan Keno dihukum Pak Jodi karna ketahuan tidur saat Pak Jodi menjelaskan. Dan berakhir dihukum mengelilingi lapangan lima puluh kali dan jalan jongkok dua puluh kali.

Setelah selesai menjalani hukuman bukannya masuk ke dalam kelas mereka malah nongkrong di rooftoop sekolah.

Kafka tak menghiraukan perdebatan unfaedah Keno dan Nahar, ia membuka kancing bajunya karna merasa gerah.

"Astaghfirullah!" pekik Keno menatap Kafka lebih tepat pada lehernya.

"Tumben lo nyebut," cibir Glen.

"Yeh si anjing gue nyebut salah, noh liat leher si Boss digigit apa tuh merah gitu," kata Keno sok polos membuat Nahar dan Glen menatap leher Kafka dan terkejut.

"Bekas merah apa tuh, Kaf?" tanya Nahar menaik turunkan alisnya menggoda.

"Cupang," jawab Kafka dengan santainya.

"Icikiwir udah main cupang-cupangan nih ye," ujar Glen terkekeh disusul tawa dari Keno.

"Sumpah Boss gue liat lo jadi iri, pengen juga kawin biar bisa ehem-ehemman," ujar Keno meringis.

"Lo jelek mana ada yang mau, leher lo juga burik cewek yang mau nyupang lo juga pikir-pikir jijik liat daki lo," ucap Nahar membuat Glen tertawa terbahak-bahak sedangkan Kafka terkekeh pelan.

"Sakit hati gue dibilang gitu sama lo sumpah, lo ngatain fisik gue, Har. Perasaan kulit lo sama gue putihan gue," ujar Keno dramatis.

Memang benar Keno memliki kulit yang putih sama seperti Kafka, dibanding dengan Nahar dan Glen yang berkulit sawo matang.

"Bacot lo!" cetus Nahar malas.

"Boss," panggil Keno membuat Kafka menatapnya.

"Syafa liar juga ya," tutur Keno terkekeh begitupun dengan Nahar dan Glen, Kafka hanya menggeleng pelan.

"Gue yang minta," ucap Kafka.

"Lo yang minta? Katanya lo nggak mau sentuh dia," ujar Keno menatap malas Kafka.

"Disini lo bisa liat bukan gue yang sentuh tapi dia," kata Kafka tersenyum miring.

"Dia yang nerkam lo dulu?" tanya Glen.

"Gue main TOD pas digudang waktu itu, dia milih dare dan ya gue suruh dia buat kissmark dileher gue," terang Kafka santai sedangkan Glen, Nahar dan Keno menganga tak percaya.

"Mana mungkin Syafa ngerti, setau gue dia kaya polos gitu," sangkal Nahar.

"Ahh! Gue tau, lo pasti udah racunin pikiran Syafa sama otak mesum lo ya, Boss," kata Keno dan Kafka mengangguk lalu terkekeh pelan.

"Lo sebenarnya udah cinta belum sama Syafa?" tanya Glen menatap serius pada Kafka.

"Gue nggak ada rasa sama dia," jawab Kafka datar.

"Yakin?" Nahar tersenyum smirk menatap Kafka yang juga menatapnya.

"Lo udah pernah making love?" tanya Glen dibalas gelengan oleh Kafka.

"Hebat banget lo, Boss!" seru Keno.

"Gue aja hampir nafsu sama Syafa walaupun hijab gitu," ujar Glen membuat Kafka menatapnya tajam.

"Ma-maksud gue.."

"Mau mata lo gue colok sama garpu biar nggak jelalatan!" tukas Kafka menatap dingin sedangkan Glen cengengesan tak jelas.

"Yaelah becanda kali," kata Glen menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Syafa tadinya sekolah dimana?" tanya Nahar.

"Gue nggak nanya."

"Lo sengaja mindahin dia kenapa?" tanya Nahar lagi.

"Dia putus sekolah pas kelas sebelas jadi gue masukin dia sekolah disini," jawab Kafka.

"Lah Boss kok dia jadi kelas dua belas," kata Keno heran.

"Gue majuin," tutur Kafka.

"Bisa aja lo, Boss," ujar Keno cengengesan.

"Udah lah, kantin yok gue laper," ujar Nahar memegangi perutnya.

Mereka mengangguk lalu berjalan meninggalkan rooftoop sekolah menuju kantin karna sebentar lagi bel istirahat berbunyi.

***

"Gue penasaran sama cewek yang waktu itu meluk Kafka," ujar Agas menatap Reno.

"Kepo amat lo," cibir Ergi.

"Bukan gitu, tapi dari postur tubuhnya kaya nggak asing buat gue," ucap Agas.

"Sayangnya remang lagian juga dia nunduk gue susah ngenalinnya," lanjut Agas berdecak pelan.

"Katanya sepupu lo udah sekolah lagi," ujar Bayu menatap Agas.

"Iya malah dia juga pengen ketemu, katanya dia juga sekolah disekolahan gue," tutur Agas.

"Namanya siapa ya gue lupa?" ujar Alres.

"Sasya," jawab Agas dan mereka hanya mengangguk saja.

***

"Fa gue boleh jujur nggak sama lo," ujar Laras teman sebangku Syafa.

"Jujur? Boleh kok," kata Syafa menatap Laras.

"Gue sebenernya suka sama Nahar," lirih Laras menatap Syafa.

"Terus?"

"Ya gue nggak berani ungkapin, dia itu terlalu datar sama cewek," kata Laras mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa kamu ngomong sama aku," ujar Syafa mengernyitkan dahinya.

"Setau gue kan lo deket sama Yuri juga gengnya Kafka, selama ini cuma lo sama Yuri perempuan yang deket sama Kafka dan anak Gadeska," ucap Laras membuat Syafa sedikit terkejut.

"Kamu tau tentang Gadeska?" tutur Syafa membuat Laras terkekeh.

"Siapa si yang nggak tau Gadeska, mayoritas badboy sekolah ini tuh anggota Gadeska," ucap Laras dan Syafa mengangguk mengerti.

"Diantara anggota inti Gadeska yang paling nyeremin itu Kafka si ketua Gadeska sama Nahar wakilnya," lanjut Laras begidik ngeri.

"Emang sih Kafka nyeremin," gumam Syafa yang masih didengar Laras.

"Hah? Lo ngomong apa?" tanya Laras.

"E-enggak enggak ada," jawab Syafa.

"Lo jangan bilang siapa-siapa ya," ujar Laras menyengir dibalas anggukan oleh Syafa dan tersenyum.

•••

I'm Not A Good Boy || Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang