Sehun berhenti sebentar di sana, ini sudah jam 6 sore. "Irene, bisa kamu memakai ini sebentar?" Sehun mengambil sebuah penutup mata lalu memberikannya kepada Irene.
Irene menatap Sehun penuh kecurigaan. "Kamu tidak akan melakukan sesuatu kepada ku kan?" Tanya Irene dengan hati-hati sebelum mengambil penutup mata itu.
"Irene, astaga, papa kita sudah mengenal satu sama lain, menurut mu aku masih akan hidup jika papa mertua ku tahu kalau kamu melenyapkan mu atau menghilangkan mu? Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika kamu tergores saja, apa yang akan terjadi pada ku." Ucap Sehun. Sehun menggelengkan kepalanya untuk menghapus pikiran-pikiran negatif yang ada di kepala nya.
Irene terkekeh, "Baiklah." Jawab Irene. Dia mengambil penutup mata itu dari tangan Sehun dan memakai nya. Sehun memastikan Irene tidak melepasnya hingga sampai sana.
"Kamu harus pegang ini, jangan melepasnya," Sehun memberikan sebuah bantal kecil dari belakang untuk Irene. Sebenarnya alasannya agar Irene tidak memepasnya, Irene tidak mungkin bisa melepasnya tanpa tangan.
"Baiklah, sekarang cepat lah, aku penasaran Sehun." Irene terdengar sedikit kesal karena dia tahu mobil ini tidak jalan-jalan juga.
"Iya.. Iya, aku jalan," Sehun menginjak pedal gas nya setelah Irene mengatakannya.
"Jangan mengintip sampai aku suruh buka ya."
"Ck.. Memang nya kamu pikir mata aku tembus pandang itu?" Irene berdecak kesal karena ucapan Sehun yang tidak masuk akal itu.
"Hehehe, maaf, ya sudah, kita sudah memasuki area nya, tapi jangan buka dulu sampai kita benar-benar masuk ke sana." Ucap Sehun lagi. Irene mengangguk saja biar cepat selesai. Dia sudah sangat penasaran.
Irene bisa merasakan Sehun sudah berhenti. "Sudah sampai?" Tanya Irene.
"Ya, tunggu sebentar." Sehun keluar dari mobil dan membukakan pintu Irene.
"Aku masih tidak boleh melihat nya?" Tanya Irene.
"Ayo keluar dulu." Sehun membantu Irene keluar agar dia tidak jatuh.
"Jalan saja, aku akan menuntun mu." Ucap Sehun. Irene hanya mengangguk dan berjalan. Hingga Sehun berhenti dan menahan tubuh Irene.
"Sudah siap? Kamu bisa membuka nya sekarang." Ucap Sehun. Irene melepas penutup mata nya, pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah sebuah rumah yang sangat besar, dengan taman, dan juga kolam ikan.
"Sehun? Ini di mana?" Tanya Irene kagum. Bahkan Irene meninggalkan Sehun di sana dan berlari mendekat ke rumah itu.
"Kita di mana?" Tanya Irene sekali lagi. Wajahnya terlihat sangat terpukau.
"Ini, adalah rumah kita, aku membeli nya untuk keluarga kita nanti, kamu tidak berniat tinggal di apartemen itu seumur hidup kan?" Tanya Sehun hati-hati.
Irene tertawa. "Tentu saja tidak Sehun, tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?" Irene melihat sekeliling nya. Tidak ada rumah lain di sini, hanya rumah mereka.
"Tidak, aku ingin rumah yang hening, tenang dan nyaman, dan aku mendapatkannya di sini, Kamu harus lihat pemandangan di luar?" tanya Sehun. Irene mengangguk antusias. Sehun membawa Irene masuk ke dalam rumah itu.
"Ini benar-benar akan menjadi rumah kita?" Tanya Irene. Wajahnya terlihat sangat jelas kalau Irene masih sangat mengagumi seluruh rumah itu. Rumah itu sengaja di desain dengan motif simpel classic. Irene pikir itu sangat bagus.
"Bukan akan, tapi ini sudah menjadi rumah kita." Jawab Sehun. Irene sangat senang. Dia ikut Sehun melihat ke atas nya. Hingga mereka sampai di balkon rumah itu.
"Ya Tuhan, Sehun, kamu membeli rumah di pinggir pantai? Atau ini pulau pribadi?" Tanya Irene. Dia bisa melihat sekeliling nya, hanya ada lautan yang luas.
"Ini bukan pulau pribadi, tapi wilayah pribadi, aku sengaja membiarkan pohon-pohon di sana, jadi tidak sembarangan orang bisa mendekat ke rumah kita nanti." Ucap Sehun. Irene mengangguk. Angin malam bertiup dan mengenai kulit Irene.
"Apa kamu menyukai nya?" Tanya Sehun. Irene berbalik dan menatap Sehun.
"Ya, Ya aku sangat menyukai nya, terima kasih." Irene memberikan sebuah kecupan yang mendarat di bibir Sehun. Sehun dengan senang hati menerima nya.
"Kamu mau coba tidur di sini malam ini? Besok pagi kita baru akan pulang, ini sudah terlalu malam." Ajak Sehun.
Irene mengangguk. "Tentu saja," Jawab Irene dengan sangat yakin.
"Ayo kita masuk, ini sudah dingin." Sehun mengajak Irene masuk dan menutup pintu balkon itu.
"Ada berapa kamar di sini?" Tanya Irene.
"Aku menyediakan 1 kamar utama untuk kita, 3 kamar tambahan, 1 kamar pembantu, dan 1 kamar tamu." Jawab Sehun. Irene mengerutkan dahi nya saat mendengar jawaban Sehun.
"Ini rumah atau tempat kos? Banyak banget kamar nya." Celutuk Irene.
Sehun terkekeh. "Aku ingin punya 3 anak." Bisik nya. Irene reflek menepak kepala Sehun.
"Baiklah, maaf. maaf, kamu mau tidur di kamar yang mana?" Tanya Sehun.
"Aku mau tidur di kamar utama saja," Jawab Irene. Sehun mengangguk. "Aku akan tidur di kamar sebelah mu." Balas Sehun. Irene berhenti sebentar. "Kamu tidak mau sekamar dengan ku?" Tanya Irene.
Sehun juga berhenti di tempatnya. "Memang nya kita akan tidur satu kamar?" Tanya Sehun.
"Aku pikir akan aneh rasanya jika kita pisah kamar di rumah kita sendiri," Balas Irene. Sehun tersenyum senang.
"Aku janji tidak akan melakukan apa pun dengan mu, tapi boleh aku memeluk tubuh mu saat tidur?" Tanya Sehun.
Irene mengangguk pelan walaupun terlihat tidak pasti, tapi Sehun sudah cukup senang dengan dia bisa tidur satu kamar dengan Irene.
"Ayo masuk ke kamar," Sehun berlari dengan cepat masuk ke kamar nya.
"Sehun, aku tidak tahu ini kamar atau lapangan sepak bola." Ucap Irene sambil berjalan memutar di kamar.
"Ini kamar kita Irene, aku membuat nya besar aku pikir nanti kita bisa menaruh ranjang bayi di sini jika kamu sudah melahirkan nanti." Ucap Sehun. Irene tidak tahu Sehun sudah memikirkan sampai ke sana.
"Kamu sangat serius ya dengan hubungan kita?" Tanya Irene. Dia duduk di ranjang sambil menatap Sehun. Sehun berjalan ke arah Irene.
"Aku sangat serius, melebihi apa pun." Jawab nya. Irene tahu sejak mereka bertemu kembali, Sehun tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan lain selain Grace, tapi jika kalian penasaran dengan sosok Grace, usia Grace sudah jauh lebih tua dari Sehun. Alasan Sehun mencari assisten yang lebih tua agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara mereka, dan juga Sehun ingin menghargai dan menjaga perasaan Irene. Dia tidak ingin Irene cemburu atau sakit hati karena Sehun dekat dengan perempuan lain walau hanya sekedar pekerjaan.
Irene sendiri pun sama, dia tidak memiliki kaki tangan yang terlalu dekat, biasanya mereka hanya menelepon saat benar-benar darurat, sedangkan untuk urusan biasa, sekretarisnyalah yang akan menghubungi Irene. Jadi semua berjalan dengan sangat baik karena masing-masing menjaga perasaan satu sama lain hingga sekarang.
"Kamu ingat aku meminta mu menentukan tanggal pernikahan kita?" Tanya Sehun. Irene mengangguk.
"Tolong berikan jawabannya di hari jadi kita, aku akan menunggu 6 hari lagi, kamu harus memiliki jawabannya. Aku tidak mau kamu masih menunda nya, tentu kan hari nya jika kamu serius ingin lebih dengan hubungan kita, tapi jika kamu belum siap, aku tidak akan memaksa mu." Ucap Sehun.
"Baiklah, akan aku pikirkan." Jawab Irene pelan.
"Ayo kita tidur, atau kamu mau mandi dulu?" Tanya Sehun. Irene mengangguk.
"Ya aku akan mandi dulu." Jawab Irene. Tapi Irene baru ingat sesuatu. Dia membuka lemari nya. Irene cukup terkejut karena Sehun juga sudah menyediakan baju tidur untuk mereka berdua.
"Kapan kamu menyiapkan ini semua?" Tanya Irene.
"Beberapa minggu yang lalu." Jawab Sehun. Irene mengangguk dan mengambil baju tidur itu dari lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine [ 2 ] ✔️
Fanfic[COMPLETE] R21+ Sequel dari Ff Reverse!!! Irene dan Sehun bertemu kembali setelah berpisah selama 5 tahun, dalam situasi yang sangat baik, tapi perlahan irene melihat dunia Sehun yang berbeda dari dunia nya. "Aku telah menemukan alasan kamu melakuk...