Sehun menurunkan Irene dengan hati-hati di atas ranjang.
"Aww.." Ringis Irene pelan.
Sehun melihat ke bagian bawah Irene. "Maaf kalau terlalu kasar, aku akan mengobatinya dulu." Sehun berjalan keluar dari kamar dan kembali dengan sebuah salep.
"Buka kaki mu, pelan-pelan saja, kalau sakit teriak aja, gapapa kok."
Irene membukanya lebar kaki nya perlahan. Sehun melihat nya. Di sana merah dan sepertinya lecet. "Maaf, milikmu lecet seperti ini," Ucap Sehun pelan.
"Tidak apa-apa, olesi saja, setelah sembuh aku akan menganggap nya impas, kamu yang membuatnya luka, kamu juga yang menyembuhkannya, itu namanya tanggung jawab." Ucap Irene.
Sehun mendekatkan wajahnya dan memainkan klitoris Irene dengan lidahnya. Di jari Sehun sudah ada obat salep nya.
Irene sekarang terbuai oleh permainan lidah Sehun sampai tidak begitu merasakan sakit saat Sehun mengolesi obat itu.
"Sudah."
Sehun menghentikan permainnya setelah selesai mengolesi seluruhnya. "Sudah? Aku tidak merasakan apa pun." Ucap Irene dengan polosnya. Sehun hanya tersenyum mendengarnya.
"Kamu ga sadar, itu salah satu caranya, kalau ga pasti bakal perih banget, tapi sekarang dingin-dingin doank kan?" Tanya Sehun. Irene mengangguk.
Sehun mengambil selimut untuk menutup tubuh Irene. "Ayo sini, udah lama kita ga santai gini, sebentar aja. Besok kita udah harus balik kerja kan." Ucap Irene. Sehun naik dan duduk di sebelah Irene, bersandar pada sandaran ranjang dan Irene bersandar pada dada bidang Sehun. Tempat ternyamannya.
"Mau mulai dari mana?" Tanya Irene.
"Dari awal, aku suka mendengar suara mu, dari awal kamu bangun tidur di hari pertama kamu merencanakannya" Ucap Sehun. Irene mengangguk. Sehun memeluk Irene dengan cukup erat.
"Waktu itu masih pagi hari, benar-benar pagi. Sekitar jam 4 subuh, aku mendapat pesan di ponselku, itu dari Violet. Dia bilang dia minta maaf atas segalanya, dan dia berencana untuk menghentikan semuanya karena dia sudah tidak kuat lagi, bahkan ponselnya di sadap oleh professor gila itu. Dia mencari cara untuk memberitahu ku berita ini, dia bilang, professor itu akan segera memberikan jejak di mana keberadaan nya untuk memancing mu ke sana. Dia bilang agar aku tidak memberitahu mu, rencana ini harus berjalan dengan mulus, dia sudah tidak tahan lagi harus tinggal dengan orang itu."
Irene berhenti sebentar untuk mengambil nafas. Sehun malah terkekeh melihat istrinya yang kualahan padalah hanya di suruh cerita, tapi berasa di suruh ngerap aja. Sehun mengelus rambut Irene dan mendaratkan satu kecupan singkat di sela-selanya.
"Lalu?"
"Lalu aku membuat rencana nya sendiri, tanpa sepengetahuan mu," Ucap Irene.
"Kenapa? Apa aku tidak bisa di percaya?" Tanya Sehun dengan perasaan sedikit terluka.
"Bukan, hanya saja, aku tidak yakin.. kamu.. um.. bisa berakting dengan baik." Jawab Irene pelan.
Sehun mencubit pipi Irene karena gemas dengan tingkah laku istrinya itu. "Berkat dari rasa tidak yakin mu itu, aku hampir mengalami serangan jantung. Bayangkan saja, istri mu menembak seseorang di depan mata mu, lalu memotong-motong tubuhnya dan mengambil organ tubuhnya, menyuruh seseorang menjualnya. Kenapa kamu jadi seperti ini? Dulu kamu tidak pernah sekali pun melawan saat aku melakukan sesuatu pada mu."
"Itu. hanya karena keadaannya darurat. Saat sekolah tidak mungkin aku memegang benda tajam atau senjata api, Jadi aku hanya bisa diam saja." Jawab Irene secara logis. Walaupun alasan lainnya karena Irene juga sadar dulu dirinya itu golongan putih. Tidak mungkin bertindak seperti itu. Nama nya Irene sudah bosan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine [ 2 ] ✔️
Fanfic[COMPLETE] R21+ Sequel dari Ff Reverse!!! Irene dan Sehun bertemu kembali setelah berpisah selama 5 tahun, dalam situasi yang sangat baik, tapi perlahan irene melihat dunia Sehun yang berbeda dari dunia nya. "Aku telah menemukan alasan kamu melakuk...