Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ceklek!
Brakk!
Hyunjin masuk kedalam kamarnya dengan napas yang memburu. Kini, tubuhnya menyandar lemas pada pintu kamarnya. Matanya sibuk menatap sekeliling. Kamar barunya itu nampak berantakan membuatnya semakin frustasi dengan semua kesialan yang sudah ia dapatkan hari ini.
Kamar yang didominasi cat abu abu ini benar benar seperti tak terawat. Debu dimana mana, bantal dan guling yang nampak kotor berserakan dimana mana, kaca jendela terbuka lebar membuat angin malam masuk meniup tirai berwarna putih polos yang berada di bagian kanan dan kiri jendela.
Mengerikan. Entah kenapa, itulah yang Hyunjin rasakan. Apalagi, ia merasa seperti ada yang memerhatikannya dari setiap sudut membuat bulu kuduknya meremang seketika. Ditambah suara hembusan angin yang masuk lewat jendela. Dan jangan lupakan gorden yang tertiup tertiup kesana kemari akibat ulah sang angin yang seperti sedang menakuti nakutinya.
Tok!
Tok!
Tok!
Bersamaan dengan bunyi suara ketukan pintu tersebut. Angin yang awalnya berhembus kencang langsung berhenti. Dan gorden yang awalnya tertiup kesana kemari itu mendadak menjadi tenang. Sungguh, Hyunjin lebih memilih untuk didatangi malaikat maut dibanding harus melihat hal hal aneh lainnya.
Tok....
Tok...
Tokkk....
Ketukan itu kembali terdengar. Bedanya, suara ketukan kali ini justru melambat seperti diketuk dengan gerakan yang sangat pelan. Keringat Hyunjin kembali bercucuran. Takut kalau yang mengetuk pintunya itu bukan sesuatu yang seharusnya ia lihat.
Tok! Tok! Tok!
Lagi, suara ketukan itu terdengar. Kali ini agak keras dari yang sebelum sebelumnya seolah sang pengetuk pintu itu sudah mulai kesal karena sudah lama mengetuk.
Dengan cekatan, Hyunjin meraih tongkat bola kasti yang tak jauh tergeletak di depannya untuk ia jadikan alat penyerang kalau memang yang masuk itu benar benar sesuatu yang janggal.
Walau sebenarnya Hyunjin yakin kalau tongkat kastinya itu tidak akan bisa melindungninya. Tapi setidaknya, dengan tongkat pemukul itu dia akan merasa sedikit aman.
Tangan kanan Hyunjin sudah siap untuk melayangkan tongkat kastinya, semetara tangan kiri Hyunjin sudah sedikit memutar knop pintu yang hampir terbuka. Perlahan tapi pasti, pintu itu mulai terbuka meski sangat pelan karena Hyunjin sendiri takut untuk melihat oknum yang sudah hampir membuat bulu kuduknya rontok.
''Satu... Dua....'' Hyunjin maju perlahan sambil memberikan aba aba untuk dirinya sendiri.
Dan setelah pintu kamarnya terbuka lebar. Hyunjin langsung memejamkan matanya erat dan tangan kanannya langsung maju dengan gerakan cepat. Menyerang apapun yang ada di depannya tanpa mau peduli resiko yang ada kalau yang mengetuk pintunya adalah guru atau orang lain.