𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞
𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝Sudah hampir satu jam Hyunjin duduk di kursi kantin tanpa melakukan hal apapun yang bermanfaat selain makan dan juga minum sambil terus mendengarkan musik melalui earphone yang sejak tadi menyumbat telinganya. Walau sebenarnya kali ini Hyunjin tidak terlalu menikmati musik yang sedang ia dengarkan karena pikirannya saat ini hanya tertuju pada sebuah titik tanpa ada tanda koma yang lain alias buntu.
Pikirannya terus saja mengarah pada fakta kalau ternyata kakak kelasnya yang bernama Chan itu memiliki seorang kembaran. Tapi anehnya, semua teman-temannya termaksud Han tidak pernah membahas soal itu seolah Chan memang tidak mempunyai kembaran membuat Hyunjin jadi penasaran sebenarnya Chris itu orang yang seperti apa?
''Ck.''
Tidak. Itu bukan Hyunjin yang berdecak. Melainkan pemuda tinggi berhoodie abu-abu yang saat ini tengah memandang sekitarnya dengan tatapan gelisah. Di samping pemuda itu terdapat koper berwarna putih bersih yang di tengah-tengahnya tertempel sebuah stiker doodle besar bertuliskan 'Choi Yeonjun' membuat Hyunjin yang melihat itu tertawa karena baginya itu terlalu norak.
Dengan semangat Hyunjin melepaskan earphone-nya sembari beranjak dari duduk. Kaki jenjang Hyunjin berjalan santai menuju ke arah pemuda berhoodie abu-abu tersebut yang sepertinya tidak menyadari adanya Hyunjin yang tengah menghampirinya.
''Murid baru?'' Tanya Hyunjin setelah ia berdiri di hadapan pemuda itu.
Raut wajah gelisah yang sebelumnya Hyunjin lihat dari jauh itu mendadak sirna. Digantikan oleh raut wajah datar tanpa ekspresi yang kini tengah menatap Hyunjin -dari ujung kaki sampai ujung kepala-dengan tatapan yang sulit di artikan membuat kening Hyunjin refleks mengkerut bingung. Ngapain coba nih orang ngeliatin gue kayak gitu? Batin Hyunjin mulai merasah risih. Padahal kan dia duluan yang menghampiri pemuda itu.
''Bukan urusan lo,'' ketus pemuda itu dingin. ''Dasar orang bego,'' cibirnya pelan kemudian berjalan melewati Hyunjin begitu saja.
Hyunjin melongo, mengerjap sekali, lalu menyiapkan ancang-ancang untuk berteriak.
''Heh, atas dasar apa lo ngatain gue bego, hah?!''
Seperti tuli, pemuda itu terus berjalan menjauh tanpa ingin menoleh ke arah Hyunjin sedikitpun. Padahal Hyunjin sendiri yakin kalau teriakannya barusan itu sudah lebih dari cukup untuk masuk ke dalam indra pendengaran pemuda itu.
''Ck, nyasar-nyasar dah lo!'' Hyunjin menatap punggung pemuda itu dengan perasaan jengkel. Ingin rasanya ia menghampiri pemuda itu lalu melayangkan rasa kesalnya tapi tiba-tiba saja ponsel yang berada di saku celananya itu berbunyi.
Ning!
''Ah pasti pesan gak jelas lagi,'' ucap Hyunjin kesal kemudian mengeluarkan ponselnya dengan gerakan santai seolah dirinya memang sudah terbiasa mendapatkan pesan-pesan yang aneh dan mengandung banyak theory yang jika ia pikirkan hanya akan membuat kepalanya pusing
From: Unknow
A-08.
''Hah?'' Hyunjin refleks menganga dan keningnya menkerut bingung. ''Apaan anjir muncul-muncul ngasih 'A-08'?!''
Kalau biasanya Hyunjin hanya membaca pesan-pesan aneh yang ia dapatkan, kali ini ia justru berniat untuk menjawab pesan itu. Terlalu beresiko memang kalau ternyata orang yang mengirimkan pesan itu ternyata adalah pembunuh yang selama ini berkeliaran di asramanya, tapi rasa takut Hyunjin saat ini sedang dikalahkan oleh rasa penasarannya membuat jari-jemari pemuda Hwang itu langsung bergerak untuk mengetik huruf demi huruf yang ada pada layar ponselnya.
Unknow.
| A-08.
Apaan sih? |
| A-08.
Sumpah gue capek kayak gini :') |
Lo gak kasihan apa sama gue? |
Ganteng, masih muda, tapi banyak masalah. |
Mana masalahnya aneh-aneh :( |
| A-08. Kesana.
Hyunjin yang baru saja ingin mengetik kata 'kenapa?' , tapi tiba-tiba saja melotot lantaran layar ponselnya yang mendadak mati tak berdaya alias habis baterai. Pemuda Hwang itu mengeram kesal. Kenapa di saat-saat seeprti ini ponselnya malah mati coba?
''Terus gue harus ke kamar A-08 gitu?'' Gumam Hyunjin. ''Tapi kalo ternyata di sana gue malah di bunuh gimana?!''
Hyunjin mengacak-acak rambutnya gusar. Dia ingin kesana, tapi takut. Kalau ternyata dirinya hanya sedang di jebak seperti apa yang pernah Han ceritakan mengenai kematian Na Jaemin, bagaimana? Tapi entah kenapa, feeling Hyunjin mengatakan kalau ia harus kesana. Jadi dia harus bagaimana? Tetap diam disini atau mengikuti apa yang diinginkan feeling-nya? Ingin mengikuti feeling-nya, tapi kalau ternyata feeling-nya justru membawa ia pada kematian, bagimana?!
''Alah bacot!'' Sentak Hyunjin pada pikirannya sendiri.
''Pokoknya gue gak boleh kesana. Terlalu beresiko,'' final Hyunjin pada akhirnya lalu kembali melangkah menuju kantin untuk kembali menenangkan pikirannya.
Namun langkahnya refleks terhenti kala matanya yang tiba-tiba saja menangkap sosok wanita berkaca mata berseragam pramuka sedang berjalan menuju ke arahnya. Hyunjin yang sudah bisa menebak kalau wanita itu adalah guru lantas buru-buru menjauh dari tempat itu lalu mengumpat di balik dinding toilet pria yang untungnya tidak dapat terlihat oleh wanita berkaca mata itu. Apalagi saat sadar kalau ternyata wanita itu sedang sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Ketika wanita berkaca mata itu melewati toilet, samar-samar Hyunjin mendengar percakapan yang berhasil membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.
''Siapa nama murid yang meninggal tadi? Oh Han Jisung... Kenapa dia bisa berada di kamar A-08? Ah begitu ya... Baiklah, saya akan kesana sekarang setelah menghubungi keluarga Han Jisung.''
Detik itu juga Hyunjin langsung terduduk lemas dengan punggung yang masih menyandar pada dinding toilet. Hidung Hyunjin memerah, pelupuk matanya juga berair sampai akhirnya air bening itu tumpah dan langsung membasahi kedua pipi Hyunjin.
''Ha-han..''
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK DORM ✓ [REVISI]
Mistério / Suspensesemua berawal saat hyunjin menginjakkan kakinya di asrama ini. ╰─ ✎ᝰ bahasa non-baku © by spearvii , oktober 2020 . ─────────── #120 thriller • 06/01/ 2021 #60 horor • 06/01/ 2021 #43 jyp • 27/02/2021 #19 stay • 27/02/2021 #17 seram • 27/02/2021 #...