23

267 72 152
                                    

𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞
𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''KAK, GUE MAU PAMER. NILAI UJIAN MATEMATIKA GUE 100 HASIL SUCI TANPA NYONTEK!'' Heboh Felix yang baru saja memasuki kantin menuju salah satu kursi kantin yang entah sejak kapan sudah di duduki oleh Lino.

Felix tak sendiri. Ia bersama Changbin yang hanya bisa terkekeh sambil geleng-geleng kepala di belakang pemuda Aussie itu.

''Han mana, No? Tumben gak bareng dia,'' tanya Changbin setelah duduk di sebelah Felix yang masih senyum-senyum tak jelas.

Lino terdiam dan hanya menunjukan wajah datarnya. Mungkin untuk orang lain yak tidak terlalu dekat dengan Lino, mereka akan menganggap wajah datar Lino adalah hal yang biasa. Tapi tidak dengan Changbin. Pemuda Seo itu tau jelas arti wajah datar itu yang kalau dilihat lebih jelas tidak seperti biasanya.

''Paling Han lagi nyontek catetan lagi. Ya gak, Kak?'' Tebak Felix yang masih tak mendapatkan jawaban dari Lino. ''Padahal gue mau nagih utang dia yang brownis tadi pagi.''

Kepala Lino tertunduk hendak menutupi gerakan mulutnya yang ingin menjelaskan semuanya tapi justru terasa berat. Bahkan hanya untuk mengatakan ''Han meninggal'' ia pun tak sanggup karena rasa sesak yang langsung di dapati jantungnya.

''Lo kenapa sih, No?'' Changbin yang penasaran dengan tingkah aneh Lino pun kembali mengeluarkan suara.

''Ha-han-'' ucapan Lino terpotong ketika ingatannya tertuju pada beberapa hari silam. Hari di mana ketujuh temannya terlihat sangat hancur ketika tau kalau salah satu di antara mereka sudah tiada. Dengan cara gantung diri pula. Dan itu benar-benar membuat Lino semakin tak sanggup untuk mengatakan kalau lagi-lagi mereka kehilangan seseorang yang begitu dekat dengan mereka.

''Han ada di kelasnya,'' final Lino berusaha untuk tersenyum ketika manik matanya bertemu dengan mata Changbin yang tengah menatap Lino penuh selidik.

''Tuh kan!'' Seru Felix semangat karena dugaannya benar. ''Paling dia mau kabur dari janjinya yang katanya mau traktir gue sama lo-eh.''

Brak!

''LO MENANG YA, KAK?!'' Felix tersenyum senang setelah berhasil mengangetkan seisi kantin dengan gebrakan mejanya.

Tersenyum kikuk. Hanya itu yang bisa Lino lakukan. Dan hanya Changbin sendiri yang peka dengan senyuman aneh itu. Sementara Felix? Dia seperti di butakan oleh rasa bahagia sampai tidak bisa menyadari arti dari raut wajah Lino yang sebenarnya.

''Bin, Lix, gue ke UKS dulu ya,'' ucap Lino sembari bangkit dari duduknya.

''Lo sakit, Kak?''

Lino mengangguk saja. ''Iya. Sekalian mau cabut pelajaran nanti, hehe.'' Lino nyengir. Cengiran palsu yang luar biasa sampai berhasil membuat rasa curiga Changbin padanya berkurang.

''Gue kira lo nyembunyiin sesuatu. Ternyata lo sakit.'' Changbin terkekeh pelan dan merasa kalau rasa curiganya tadi hanya sebuah kekonyolan semata.

Kalimat pertama yang Changbin ucapkan benar-benar mampu membuat hati Lino terasa tertohok meski ia tak menunjukannya secara terang-terangan dan hanya menutupi semuanya dengan senyuman tipis.

''Yaudah gih dah. Nanti kalo Han kesini traktiran lo gue ambil hehe.'' Felix terkekeh sekilas kemudian menggerakan tangannya dengan gaya mengusir ke arah Lino.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Lino langsung saja pergi menjauhi kantin dan dua temannya itu. Pandangannya pada sekitar perlahan memudar akibat kumpulan air mata yang mulai memenuhi pelupuk matanya. Dan saat satu tetes air itu berhasil lolos keluar hingga membasahi pipinya, dengan segera Lino menundukan kepalanya.

''Hai, nama lo siapa? Gue Han. Han Jisung. Boleh minta kue keju-nya gak? Kue keju di kantin abis padahal itu kesukaan gue banget!'' Han memanyunkan bibirnya di hadapan Lino yang pada saat itu belum ia kenal sama sekali.

''Oh? Lo mau ini?'' Lino menyodorkan kue keju yang baru saja ia beli dari kantin.

Han mengangguk semangat dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kecil yang baru saja di tawarkan mainan baru oleh orang tuanya. Lino yang melihat itu tersenyum. Senyuman pertama yang ia tunjukan di asrama ini dan itu berkat orang yang baru saja ia kenal.

Mungkin kalau Han adalah seorang perempuan, Lino akan langsung menobatkan Han sebagai cinta pertamanya saat itu juga. Tapi untunglah ia masih normal dan ingat kelamin. Jadi ia tidak akan menobatkan hal semenggelikan tadi pada Han.

''Gue pernah lihat lo sebelumnya di gedung olahraga. Dan kayaknya lo gak seneng ya sekolah di sini? Lo di bully? Apa di kata-katain?'' Tebak Han dengan mulut yang penuh akan kue keju yang sudah ia lahap.

''Nggak kok. Mana ada yang berani bully gue coba?'' Lino terkekeh. Kekehan pertama yang ia keluarkan di asrama ini. Dan sekali lagi itu berkat Han. ''Gue sebenernya gak mau di asrama. Gue mau SMA biasa, tapi orang tua gue malah maksa.''

Han mengangguk paham. ''Abis ini gue yakin lo gak bakal nyesel ada di asrama ini karena lo bakal gue kenalin ke ke-enam temen gue yang sumpah demi apapun gak ada otak. Eh kecuali Kak Chan, dia masih normal dikit. Beda jauh sama kembarannya yang bobrok abis! Ayen juga beda, dia kalem soalnya.''

''Kak Chan tuh Cuma tim ketawa haha-hihi kalo gue sama yang lain lagi saling bercanda. Kalo kembarannya mah apaan! Udah sengklek, sok kegantengan pula!'' Curhat Han sambil merotasikan bola matanya jengah.

''KAYAK ADA YANG NGOMONGIN PRINCE, BUT SIAPA YAH? KAYAKNYA SETAN DEH! OH MY GOSH! IM SCARED, MOMMY HELP!''

''NAH KAN ITU TUH YANG NAMANYA KAK CHRIS!'' Seru Han heboh sambil menunjuk pemuda berkulit pucat berambut blonde keputih-putihan yang entah sejak kapan telah mendengar percakapan Han dengan Lino. ''MENDING LO JAUH-JAUH SAMA DIA DEH. NANTI KETULARAN ALAY!''

''HEH ENAK AJA LO! MANA ADA PRINCE KAYAK GUE TUH ALAY?''

''ARE YOU SEE THAT?! DIA GILA! JAGA JARAK SAMA KAK CHRIS!''



Tanpa sadar, sejak tadi kedua ujung bibir Lino terangkat membentuk senyuman tipis. Senyuman yang kalau di lihat lebih jelas terlihat memilukan. Mungkin kalau saat itu Lino tidak membeli kue keju ia tak akan bertemu Han. Kalau ia tak bertemu dengan Han, ia tak akan merasakan indahnya pertemanan masa SMA. Dan kalau ia tidak bertemu dengan Han, ia juga tidak akan merasakan apa itu rasanya kehilangan.










 Dan kalau ia tidak bertemu dengan Han, ia juga tidak akan merasakan apa itu rasanya kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ada yang nyadar sesuatu tidak?

kalau ada artinya ingatan kalian kuat hshsh :v

BACK DORM ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang