32

294 65 21
                                    

𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞
𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

Pemuda bersurai kecoklatan itu melangkah lesu menaiki anak tangga gedung olahraga yang hanya di terangi oleh sinar rembulan yang menerobos masuk melalui fentilasi yang berada di di setiap sudut dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda bersurai kecoklatan itu melangkah lesu menaiki anak tangga gedung olahraga yang hanya di terangi oleh sinar rembulan yang menerobos masuk melalui fentilasi yang berada di di setiap sudut dinding.

Manik mata karamelnya itu nampak berkaca-kaca. Hidungnya juga memerah akibat tangis yang sempat ia lepaskan sebelumnya. Rasa takut yang seharusnya datang akibat sekitarnya yang begitu menyeramkan akibat gelap tak sebanding dengan rasa sedih bercampur kecewa yang belakangan ini menghantuinya.

Drrtt.. Drrt...

Sesuatu bergetar dalam saku celananya. Dengan malas pemuda itu merogoh sakunya mengeluarkan benda pipih yang masih bergetar itu. Nama seseorang yang tak ingin ia lihat terpampang jelas di ponselnya membuat pemuda itu langsung menekan tombol merah tanpa mau berpikir panjang.

Ketika kakinya sudah mencapai rooftop gedung olahraga yang terlihat tak terawat, pemuda itu memejamkan matanya sekilas. Berniat menikmati hembusan angin malam yang terasa menusuk tulang untuk yang terakhir kalinya.

''Eomma. Tunggu aku di sana ya?'' Ucapnya entah pada siapa kemudian melangkah maju mendekati ujung rooftop yang sudah tidak di batasi oleh pagar mengingat tempat ini sudah tidak terawat.

Setelah berada tepat di ujung rooftop, pemuda itu meretangkan kedua tangannya. Matanya terpejam erat karena tak ingin melihat bagaimana tubuhnya mendarat mengenaskan di lantai dasar nanti. Tinggal maju satu langkah lagi, maka pemuda itu benar-benar akan mendarat di bawah sana dengan tubuh yang berdarah-darah.

''Hana.. Deul.. Se-''

''HEH, TURUN! LO KIRA FILM TITANIC APA?!''

Langkah pemuda itu tertahan ketika mendengar suara teriakan meski samar-samar. Kakinya mundur satu langkah, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri hendak mencari dari mana asal suara itu. Dan saat ia menengok ke bawah, lebih tepatnya di depan pagar gedung olahraga, ia melihat sosok pemuda bertubuh tinggi yang sepertinya sedang melihatnya.

''Ah sial, tuh orang siapa sih? Ganggu orang mau bunuh diri aja,'' kesal pemuda itu sambil terus memperhatikan sosok di depan sana yang wajahnya tidak terlihat begitu jelas akibat jarak.

Namun raut wajah kesal itu berubah menjadi bingung ketika sosok itu terlihat sedang berbicara sendiri lalu menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu yang entah apa. Sedetik kemudian sosok itu berdiri dengan tegap dan diam seperti patung. Entah apa yang terjadi padanya.

''Tuh orang gila ya?'' Heran pemuda itu dengan kening yang mengkerut membuat matanya yang sipit itu terlihat semakin menyipit.

Namun mata sipit pemuda itu langsung membola ketika sosok tinggi di depan sana seperti berbicara sendiri lagi. Di tambah sebuah kantung plastik hitam yang tiba-tiba berada di tangan sosok itu.

BACK DORM ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang