01

998 215 182
                                    

𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞
𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Hyunjin?''

''Loh? Han?''

Keduanya saling menunjuk dengan telunjuk masing masing tak percaya. Bahkan pemuda yang dipanggil Han itu sempat menepuk nepuk pipinya sendiri untuk memastikan kalau dirinya sedang tidak bermimpi. Semetara yang bernama Hyunjin langsung melepaskan gagang koper yang ia genggam untuk memeluk erat pemuda berambut blonde kekuningan di depannya.

''Jin, sumpah ya gue kangen noyor kepala lo,'' itu Han sambil menepuk nepuk punggung Hyunjin keras.

Refleks Hyunjin meringis karena tepukan Han tidak bisa dibilang pelan, dan ia yakin kalau pemuda bermarga Han itu sengaja melakukannya. Dengan senang hati, Hyunjin balas menepuk punggung Han keras bahkan sampai mengeluarkan suara membuat Hyunjin sendiri ngilu mendengarnya.

''Udah ah! Entar kalo gue muntah darah lo mau tanggung jawab?'' Han lebih dulu melepaskan pelukan di antara mereka.

Hyunjin tertawa sejenak lalu wajahnya kembali datar. ''Masa bodo! Ngomong ngomong, sejak kapan lo disini? Kok gak ngasih tau gue? Lo jadi jarang ada kabar juga kayak doi.''

''Bah, doi siapa nih?'' Han terkekeh pelan. ''Btw, gue disini udah dari lulus SMP. Gue jarang aktif di sosmed juga gara gara peraturan disini yang membatasi pemakaian HP. Nanti lo juga tau sendiri.''

Hyunjin mengangguk ngangguk saja. Tangan kanannya kembari meraih gagang koper miliknya untuk ia bawa. Mereka berdua berjalan menyelusuri lorong lorong yang berisikan pintu pintu kamar dengan percakapan yang tak henti hentinya dikeluarkan oleh Han. Entah itu soal masa lalu mereka saat SMP, sampai lelucon lelucon receh yang sudah biasa Han keluarkan.

''Oh ya, tadi kamar lo dimana? Gue takut kelewat,'' Han melirik Hyunjin sekilas.

''Oh iya bentar.'' Tangan kiri Hyunjin meraih saku celananya, mengeluarkan gantungan kunci bertuliskan 'C-50' yang ditemani oleh tiga kunci yang ikut tergantung disana. Biar Hyunjin tebak, pasti itu dua kunci pintu kamar, dan satu kunci pintu kamar mandi.

''E-eh, kamar C nomor 50? Se-serius?'' Han langsung menghentikan langkah kakinya membuat Hyunjin ikut berhenti tepat disampingnya.

Hyunjin menyeringit bingung. ''Kenapa?''

''Ah nggak!'' Han menggeleng cepat. Tatapannya langsung tertuju pada pintu ruangan yang berada di paling pojok lorong ini karena nomor 50 merupakan nomor kamar terakhir di setiap lantai.

Lorong yang nampak sepi dan sunyi membuat Hyunjin baru menyadari betapa seramnya lorong ini. Ditambah lampu penerangan yang hanya menyala sebagian membuat kondisi lorong terlihat remang remang dan agak gelap.

Hari pertama sudah mendapat kamar terpojok. Apalagi lorongnya yang nampak horor seperti ini membuat Hyunjin menganggap ini sebagai kesialannya tersendiri. Namun pemuda jangkung itu masih berusaha untuk optimis saat mengingat kalau setiap kamar akan ditempati oleh dua orang murid yang artinya Hyunjin tidak akan berada dikamarnya sendiri. Setidaknya dia masih bisa berdoa kalau teman sekamarnya nanti akan memiliki sifat yang sama dengan Han.

Setelah berhenti tepat di depan pintu kamar yang akan Hyunjin tempati. Han nampak tersenyum kaku sambil menggaruk leher bagia belakangnya yang tak gatal.

''Gue nunggu di lantai dasar. Kalo ada apa apa langsung telpon gue. Dah ya, hati hati!''

''Yoi! Thanks, Han!'' Balas Hyunjin sembari memperhatikan punggung Han yang menjauh.

Akhirnya Hyunjin sendiri. Di tempat terpojok lorong lorong kamar dalam keadaan penerangan yang tidak terlalu terang. Dengan perlahan, Hyunjin kembali menoleh kearah lorong yang sudah tidak menampakkan sosok Han. Hanya ada pintu pintu kamar yang membisu.

Namun jauh di depan sana, Hyunjin dapat melihat bayangan seorang perempuan berambut panjang sepinggang. Gadis itu terus diam layaknya patung membuat Hyunjin sempat menyeringit bingung sampai akhirnya tangan gadis itu terangkat ke atas, melambai lambaikan tangannya seolah sedang menyapa Hyunjin karena hanya dialah yang sedang berada dalam lorong yang sama.

Ning!

Ponsel Hyunjin berbunyi membuat pemuda itu langsung merogoh saku celananya hendak mengeluarkan ponselnya dengan raut wajah bingung karena seingat Hyunjin, dia selalu men-silent notifikasi ponselnya. Tapi kenapa kali ini justru mengeluarkan suara?

Segera Hyunjin menyalakan ponselnya. Dan satu notifikasi dari nomor tak dikenal langsung Hyunjin dapatkan. Mendadak, bulu kuduknya merinding setelah membaca isi pesan tersebut. Ditambah saat ia mengecek pengaturan pada ponselnya. Ternyata, ponselnya masih dalam mode silent. Lalu bagaimana bisa benda itu masih mengeluarkan suara?

From : Unknow.

Annyeong, Hwang Hyunjin!

Ragu ragu, Hyunjin melirik ke arah lorong yang sebelumnya ia lihat. Kakinya langsung gemetar, keringatnya bercucuran tanpa henti karena bayangan seorang gadis yang sebelumnya ia lihat sudah menghilang begitu saja. Padahal seharusnya, Hyunjin masih bisa mendengar langkah kaki karena kondisi lorong yang benar benar sepi. Bahkan saat Han hendak meninggalkannya tadi, Hyunjin masih bisa mendengar langkah kaki pemuda itu meski sudah berada dalam jarak yang cukup jauh.

Tapi ini... Gadis itu seperti menghilang begitu saja tanpa ada jejak suara. Dan bodohnya Hyunjin baru menyadari sesuatu sampai rasanya ia ingin pingsan saja.

Setiap kamar yang ada di lorong ini kan... khusus murid pria. Dan murid perempuan benar benar dilarang memasuki kawasan pria karena pihak asrama pasti tidak ingin muridnya melakukan hal hal yang semena mena nantinya.

Lalu... bagaimana gadis tadi bisa ada di lorong ini?

















 bagaimana gadis tadi bisa ada di lorong ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BACK DORM ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang