22

266 75 112
                                    


𝐍𝐨 𝐕𝐨𝐭𝐞
𝐍𝐨 𝐑𝐞𝐚𝐝

Kepala Hyunjin yang masih terbaring di brankar UKS tiba-tiba saja bergerak kekanan dan kekiri dengan gerakan cepat, keningnya mengkerut, dan matanya terpejam sangat erat menandakan kalau mimpi yang sedang ia alami bukanlah sesuatu yang baik membua...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Hyunjin yang masih terbaring di brankar UKS tiba-tiba saja bergerak kekanan dan kekiri dengan gerakan cepat, keningnya mengkerut, dan matanya terpejam sangat erat menandakan kalau mimpi yang sedang ia alami bukanlah sesuatu yang baik membuat oknum yang sedari tadi menunggu Hyunjin sadar ikut mengkerutkan keningnya, bingung sekaligus panik.

''Jin? Hyunjin? Lo udah sadar?''

Orang itu-Chan-mulai menepuk-nepuk pipi Hyunjin berkali-kali dengan harapan supaya Hyunjin bisa bangun dari pingsannya. Entah apa alasan pemuda Hwang itu pingsan, Chan pun tidak tau. Yang jelas, saat ia keluar dari ruangan UKS untuk membelikan Lino dan yang lainnya air, dia sudah menemukan Hyunjin tergeletak begitu saja di depan pintu UKS.

''Gimana si Hyunjin?'' Lino datang dengan wajah datarnya. Tangan kanannya membawa kantung plastik hitam yang bisa Chan tebak kalau itu adalah dua roti cokelat yang biasa mereka beli di kantin.

''Dia kayaknya ngiggau-eh.''

Chan kembali mengkerutkan keningnya ketika melihat raut wajah Hyunjin kembali datar. Kepala Hyunjin tak lagi bergerak-gerak tak jelas seperti yang Chan lihat sebelumnya.

''Ngiggau gimana?''

''Ng-nggak.'' Chan tersenyum kaku. Ia sebenarnya ingin menceritakan yang sebenarnya, tapi ia tidak ingin menambah beban pikiran Lino yang sejak tadi benar-benar tidak seperti biasanya. ''Han gimana? Udah di perik-''

''Udah.'' Potong Lino cepat. ''Jantungnya hilang. Kayak korban sebelum-sebelumnya.''

Chan nampak menghela napas gusar seolah sudah menduga kalau hal itu memang akan terjadi. Sementara Lino mulai bergerak ke arah sofa panjang yang berada di pojok ruangan kemudian duduk di atas sana dengan raut wajah yang masih sama seperti sebelumnya. Datar. Sangat datar sampai siapapun yang melihat Lino saat ini mungkin akan menduga kalau pemuda Lee itu sedang kesurupan.

''Gue rasa kali ini kita gak boleh diem.'' Lino kembali mengeluarkan suaranya. Chan hanya diam. Menunggu apa yang ingin di katakan pemuda Lee itu selanjutnya. ''Kita udah kehilangan tiga temen bayangin.''

''Tiga.. maksud lo-''

''Ya. Chris.''

''Tapi dia belom-''

''Iya-iya gue tau! Dengerin gue dulu bisa gak?!'' Bentak Lino nampak frustrasi. Matanya menatap tajam Chan membuat pemuda bule itu langsung menundukkan kepalanya takut. Baru kali ini ia melihat Lino seperti ini.

Memejamkan matanya sekilas, Lino akhirnya kembali membuka mulutnya. ''Gini. Gue rasa ini mulai gak masuk akal-ah bahkan dari awal ini semua memang gak masuk akal. Pihak asrama gak boleh terus-terusan nutupin fakta kalau semua korban yang meninggal tanpa alasan kayak Han tuh jantungnya hilang. Gue rasa, mereka-keluarga korban-berhak tau. Ya biar ini di selidikin ya gak? Gila aja orang meninggal tanpa alasan yang jelas terus jantungnya hilang?''

''Tapi Ayen jantungnya masih utuh. Bahkan pihak kepolisian bener-bener menyatakan kalau Ayen murni bunuh diri,'' sela Chan mulai ikut memikirkan kasus yang belakangan ini terjadi di asrama mereka.

''Lo percaya orang kayak Ayen bunuh diri?''

Chan menggeleng lesu.

''Nah! Lagian setelah gue pikir baik-baik. Kalo Ayen gantung diri, kenapa ada pisau yang pas di periksa ternyata itu ada darah dan sidik jarinya Ayen juga? Kalau mau gantung diri ya gantung diri aja. Ngapain sekalian make pisau? Kan jadi dua kali kerja. Nyusahin polisi aja.''

Sebenarnya Chan cukup terkejut dengan penjelasan Lino yang cukup sarkas, tapi akhirnya ia juga mengerti kalau temannya itu sedang dalam mood yang buruk. Apalagi itu karena Lino baru saja kehilangan salah satu sahabatnya-lagi-yang benar-benar sangat dekat dengannya.

''Mohon maaf aja nih kalo kali ini lo tersinggung.'' Lino terkekeh. Entah apa yang lucu. ''Gue curiga sama Seungmin. Dia menjauh sama kita sejak Ayen meninggal. Sikap dia juga waktu itu tiba-tiba aja berubah kan?''

''Kalo soal sikap, gue rasa Seungmin gak sendiri. Ada Changbin, Chris, terutama lo yang sekarang.'' Nada bicara Chan terdengar seperti melayangkan protes seolah tak terima kalau Lino mendaratkan rasa curiganya kepada Seungmin yang sebenarnya juga sahabat mereka.

''Gue?'' Lagi, Lino terkekeh sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk. Pemuda itu benar-benar seperti orang mabuk sekarang. ''Gue gak berubah. Gue Cuma lagi ngeluarin unek-unek yang selama ini gue tahan. Lo kira sejak Ayen meninggal gue gak sedih? Gue sedih, Chan. Tapi kalo gue juga sedih, siapa yang bakal nyemangatin kalian? Selama ini gue ngalah.''

''Han jadi pendiem, udah gitu dia gak mau makan seharian. Lo demam tinggi. Felix bolos terus. Seungmin jadi penyendiri plus menjauh dari kita. Changbin jadi sensitif. Chris trauma karena dia sempet jadi korban. Dan kalo misalnya waktu itu gue sakit atau ikut menyendiri, siapa yang bakal nyatuin kita lagi coba? Yang ada kita pecah belah Cuma karena terlalu larut dalam kesedihan yang sama.''

Chan tertegun. Ia jadi sedikit merasa bersalah karena saat itu ia tidak bisa berjuang seperti apa yang Lino lakukan. Padahal di sini dialah yang tertua, seharusnya dia bisa menjadi pemimpin yang baik untuk teman-temannya. Tapi nyatanya ia juga lemah.

''Jangan ngerasa bersalah.'' Kali ini Lino tersenyum ke arah Chan seolah-olah dia baru saja membaca pikiran pemuda bule itu. ''You're still a best leader. Jarang-jarang ada orang yang mau ngajarin temennya belajar fisika sampai jam 3 pagi. Apalagi kalo temennya itu bego banget karena lama buat ngerti.''

Refleks Chan terkekeh saat ingatannya kembali tertuju pada beberapa hari lalu. Singkat cerita, Lino memanggil Chan kekamarnya saat jam masih menunjukan pukul sembilan malam untuk mengajarkannya pelajaran fisika yang olimpiadenya sudah hampir di depan mata. Tapi ternyata, mengajarkan Lino tidak semudah yang Chan kira. Karena setelah Chan menjelaskan beberapa rumus, Lino justru berkata; ''Apaansih, gue kagak ngerti.'' Alhasil Lino baru bisa mengerti semuanya saat waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi.

Lino yang sudah lega karena akhirnya bisa mengerti pun langsung saja tidur di kasurnya dengan nyenyak. Sementara Chan justru terlihat panik karena ternyata ia melupakan tugas yang harus ia kumpulkan hari itu juga. Kurang berjasa apa coba si Chan ini?

''Oh iya.'' Lino kembali bersuara membuat lamunan Chan buyar. ''Gimana keadaan Chris?''

Chan terdiam sejenak. Kepalanya tertunduk seolah tak sanggup untuk menjelaskan keadaan kembarannya saat ini. Sementara Lino yang melihat raut wajah Chan langsung mengangguk paham. Itu artinya Chris masih sedang tidak baik-baik saja.

''Ok, lo gak perlu cerita. Muka lo udah jelasin semuanya.''

''Dia baik-baik aja, udah gak separah waktu itu,'' ucap Chan cepat. ''Ta-tapi.''

''Tapi kenapa?''

''Dia jadi sering ngomong sendiri. Dan dia pernah bilang kalo dia.. dia lagi ngomong sama Ayen.''















gimana? masih mau curiga ama chan? :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gimana? masih mau curiga ama chan? :v

BACK DORM ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang