Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading ❤️
======================
Raysha menatap satu per satu mama, papa, dan kakak laki-lakinya. Sedari tadi dia membujuk ketiga orang yang sangat disayanginya agar menuruti kemauannya.
Hari ini, Raysha memaksa ingin pulang dari rumah sakit. Seharusnya dia belum diperbolehkan pulang karena keadaannya masih lemah. Sialnya Raysha selalu membenci keadaannya yang membuat dirinya seperti orang tidak berdaya. Tentunya menyusahkan orang-orang terdekatnya.
"Kenapa sih kamu gak pernah ngerti, Nak? Kamu itu gak boleh capek apalagi sampe beraktivitas di sekolah." Panji menasihati anak bungsunya dengan lembut.
Raysha menatap langit-langit kamarnya, ucapan itu selalu membuatnya muak. Raysha sama sekali tidak bermaksud membantah ucapan kedua orang tuanya, tapi dia juga mau bahagia dengan menikmati hidupnya sendiri.
Menikmati hidup tanpa selang infus, tanpa obat, dan tanpa rumah sakit.
"Ray udah kelas dua belas. Ray juga pengin nikmatin masa-masa di SMA. Ray gak mau menyia-nyiakan masa SMA Ray." Raysha berkata dengan suara memohon juga dengan tatapan sendunya. Raysha sempat merasakan masa-masa SMA nya pada saat dia kelas sepuluh, tapi di saat itu juga hidupnya jatuh sejatuh-jatuhnya karena dia dinyatakan mengidap leukemia. Dan di kelas sebelas, Raysha terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuanya untuk home schooling.
"Lo gak boleh capek, Ray. Penyakit lo bisa kambuh kapan pun. Ini semua juga demi kebaikan lo." Bara Gautama—sang kakak juga tidak setuju dengan keinginan Raysha.
"Justru apa yang kalian anggap demi kebaikan Ray itu malah buat Ray tersiksa. Apa salah Ray mau bahagia menikmati masa-masa remaja. Ray gak mau melewatkan kesempatan itu. Pada akhirnya Ray tetap pergi juga, 'kan?"
"Raysha!" Suara Bara meninggi hingga membuat Raysha terkejut. Bara benci jika Raysha selalu mengucapkan kata-kata seolah dia memang mau meninggalkannya. Bara mengusap wajahnya kasar, lalu menatap kecewa Raysha. Adiknya itu sedang menangis. Raysha sangat sensitif, hatinya selembut kapas.
"Maafin Ray," kata Raysha dengan wajah menunduk takut.
Bara membuang pandangannya, tidak mau menyaksikan sang adik menangis.
Berbeda dengan Pandu dan Bara. Atika—mama Raysha justru melunak mendengar permohonan putrinya.
"Turuti kemauan Raysha, itu akan menjadi kebahagiaannya. Biarkan Raysha bahagia. Selama ini Raysha selalu menuruti kemauan kita, tanpa membantah." Atika mengusap lembut surai panjang Raysha sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Pity | JAEROSÉ ✔
Fiksi RemajaRafa Malven Narendra, hanya dengan pertemuan pertamanya dengan Raysha Samira, membuat hati dan perasaannya berubah secepat itu. Raysha dengan kekurangan yang dimilikinya menjadi bentuk kekaguman bagi Rafa. Pertemuan yang tidak disengaja antara Rafa...