Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading 💕
====================
Raysha melirik jam tangannya yang kini menunjukkan jam dua belas siang. Itu artinya, jadwal dia minum obat.
Ini adalah hari kedua Raysha bersekolah. Dan selama dua hari ini, dia bersyukur karena kondisinya tidak drop tiba-tiba.
"Mau ke mana Ray?" tanya Zalfa.
"Toilet bentar, lagian guru matematika gak masuk, kan?" tanya Raysha memastikan. Soalnya ketua kelas mereka memberitahukan bahwa hari ini jam matematika kosong.
"Iya. Mau gue temenin?"
"Gue sendiri aja, Zal."
"Oke deh."
Raysha sengaja membohongi Zalfa. Dia pergi ke toilet untuk meminum obatnya. Tidak mungkin Zalfa ikut dengannya, bisa-bisa Zalfa heran karena melihatnya mengkonsumsi obat.
Raysha memberikan selembar uang lima ribu kepada ibu kantin. Dia membeli air mineral terlebih dahulu. Tadinya Raysha ingin meminum obatnya di kantin, namun saat dia ke kantin, Raysha melewati sebuah ruangan yang bertuliskan "Music Room". Jadi, Raysha memutuskan untuk ke ruangan itu. Sewaktu Raysha kelas sepuluh, dia sempat mengikuti ekskul musik.
"Permisi," ucap Raysha sambil memutar gagang pintu ruangan itu. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Ruangannya masih sama seperti dulu, suasananya sangat nyaman. Terdapat hiasan-hiasan yang berbau musik. Juga ada beberapa alat musik di sini.
Raysha melangkah masuk, lalu duduk di sebuah kursi. Dia megambil tabung obat di saku roknya lantas mengeluarkan lima butir obat. Matanya memutar jengah, kesal dengan dirinya sendiri yang selalu mengkonsumsi obat.
"Kalau gue gak mengkonsumsi lo semua, gue bisa mati." Raysha berdialog sendiri lantas meneguk satu obat. "Lo semua bisa menjamin gue tetap hidup? Kalian cuma memperlambat kepergian gue. Iya, kan?" Siapa pun yang melihat Raysha saat ini, mungkin ada yang mengatakan Raysha memiliki gangguan jiwa karena berbicara dengan benda mati.
Berbicara dengan beberapa obat.
Selesai meminum obatnya, Raysha berdiri dari posisi duduknya. Pandangannya menyapu bersih ruangan ini. Satu hal yang sangat menarik, yaitu sebuah gitar akustik berwarna putih.
"So beautiful," ucapnya mengagumi gitar tersebut. Raysha mengangkat gitar itu, lalu kembali mengambil posisi duduk.
Hobinya terhadap musik menjadikan Raysha menyukai segala hal yang berbau musik. Alat musik favoritnya adalah gitar. Dia juga lumayan bisa bermain piano.
Raysha mulai memetik senar gitar itu, menghasilkan sebuah melodi yang sangat indah.
Sebuah lagu ingin dia nyanyikan, lagu yang sampai sekarang masih menjadi favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Pity | JAEROSÉ ✔
Fiksi RemajaRafa Malven Narendra, hanya dengan pertemuan pertamanya dengan Raysha Samira, membuat hati dan perasaannya berubah secepat itu. Raysha dengan kekurangan yang dimilikinya menjadi bentuk kekaguman bagi Rafa. Pertemuan yang tidak disengaja antara Rafa...