🌹37| Masih Menunggu

597 112 6
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

=========================

Sudah hampir satu tahun, tapi Rafa masih tidak mendapat kepastian dari Raysha. Raysha tidak memberinya kabar sama sekali. Apa susahnya memberi kabar pada Rafa. Rafa hanya butuh kepastian, tentang bagaimana keadaan Raysha, apakah dia baik-baik saja. Jika begini, Rafa sulit menghindari pikiran negatif—pikirannya melayang jauh, bagaimana kalau Raysha telah pergi tanpa pamit padanya.

Hari yang Rafa jalani masih sama, menjalani beberapa aktivitas. Namun, rasa hampa itu masih menguasai diri. Hatinya tertutup rapat, bahkan untuk mengenal perempuan lain. Raysha pergi membawa perasaan Rafa yang utuh.

Banyak hal yang Rafa lalui selama satu tahun ini. Mulai dari bertekad kuat untuk lulus di perguruan tinggi negeri sampai Rafa memiliki beberapa goals dalam hidupnya.

Tamat dari SMA merupakan awal di mana Rafa ingin meraih masa depan. Mengikuti ujian tertulis atau yang biasa disebut SBMPTN telah dia lalui hingga Rafa dinyatakan lulus di salah satu perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Indonesia dengan Jurusan Kedokteran.

Alasan Rafa mengambil jurusan tersebut bukan karena paksaan Bagas ataupun Lina. Itu murni pilihan Rafa. Bagas dan Lina tidak mau ikut campur lantas memaksakan kehendak terhadap Rafa. Mereka membebaskan Rafa untuk memilih masa depannya sendiri.

Alasan Rafa mengambil Jurusan Kedokteran, semata-mata bukan hanya karena ingin meneruskan profesi papanya untuk mengelola rumah sakit milik Bagas. Alasan lain karena Rafa ingin mempersiapkan diri, menjadi dokter hebat yang mampu menjaga keluarganya agar tetap sehat. Menjadi perlindungan terdepan saat keluarganya sakit.

Besar harapan Rafa, ketika Raysha kembali. Dia ingin menjadi dokter bagi Raysha-menjaga Raysha sepenuh hati juga anak dari istrinya kelak. Karena dokter adalah profesi mulia—menjadi tempat pertolongan untuk banyak orang yang sedang sakit.

Rafa melepas kacamata, lalu menutup buku tebal yang baru saja dia baca. Mata kuliah Biologi Molekuler baru saja berakhir. Walaupun Rafa menyandang sebagai mahasiswa kedokteran, tapi Rafa tidak begitu akrab dengan teman sekelasnya. Malahan Rafa lebih sering berkumpul dengan tiga teman SMA-nya yang lain.

.
.
.

Semua mata kuliah hari ini sudah berakhir. Rafa memutuskan untuk keluar kelas, menyampirkan tas di punggung.

Saat berjalan di sekitar gedung FK UI, Rafa selalu menjadi pusat perhatian. Nyatanya gelar Most Wanted di SMA juga masih dia sandang di bangku perkuliahan. Seperti biasa, Rafa menanggapinya dengan cuek.

Selesai mata kuliah berakhir, Rafa tidak langsung pulang ke rumah melainkan memiliki urusan lain di Kampus UI di Depok. Menjadi anak FK UI membuatnya harus bolak-balik dari Salemba ke Depok atau sebaliknya. Itu dikarenakan gedung FK UI berada di Salemba dan tersendiri.

Jarak antara Salemba ke Depok lumayan jauh, memakan waktu sekitar satu jam bahkan lebih jika terjadi macet.

Sesampainya di kampus UI Depok, Rafa langsung memasuki area kampus. Dia juga mengirimkan sebuah pesan pada Ben Alister, teman karib semasa SMA yang juga menjadi mahasiswa UI.

Rafa
Lo ada kelas nggak? Gue di Depok. Ketemu di kantin fakultas lo bisa?

Setelah mengirim pesan singkat pada Ben, Rafa kembali memasukkan ponsel ke saku celana.
Rafa dan Ben berada di kampus yang sama, yaitu Universitas Indonesia. Namun, Ben mengambil jurusan Ilmu Komputer di UI. Berbeda dengan Sean dan Nial yang berkuliah di perguruan tinggi swasta.

Love or Pity | JAEROSÉ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang