🌹32| Ketakutan Terbesar

690 113 13
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

========================

🎵 Billie Eilish - Everything I Wanted 🎵

Bara menyeret Rafa dengan menarik kerah baju Rafa, menjauh dari keluarganya yang sedang menunggu Raysha ditangani dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bara menyeret Rafa dengan menarik kerah baju Rafa, menjauh dari keluarganya yang sedang menunggu Raysha ditangani dokter. Melihat Raysha kembali drop, Bara tidak mampu menahan emosinya. Raysha drop setelah pergi bersama Rafa ke pantai. Sepenuhnya Bara menyalahkan Rafa karena tidak bisa menjaga adiknya lebih baik.

Bara melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah baju Rafa. “Lagi-lagi lo mengingkari janji, Raysha drop karena lo!”

“Gue hanya menuruti kemauan Raysha, Kak. Sama sekali nggak ada niat buat Raysha makin drop.”

Bara berdecih. “Lo bisa nggak nurutin kemauan Raysha kalau memang itu bahaya untuk dia!”

“Raysha jauh lebih sakit ketika keinginannya nggak dituruti. Kebahagiaan Raysha itu yang utama.”

Setiap kali Rafa ingin menolak kemauan Raysha, rasanya dia tidak sanggup melihat wajah murung Raysha. karena di hidup Raysha, dia ingin melakukan hal yang belum sempat dia lakukan sebagai wujud kebahagiaan.

“Tapi lo lihat sendiri gimana keadaannya. Gue nyesel izinin lo bawa Raysha kalau akhirnya kayak gini.”

“Lantas gue menolak keinginan Raysha? Menyaksikan wajah kecewanya karena permintaannya nggak dituruti?” tanya Rafa. Menurut Rafa, Rafa terlalu egois pada Raysha. Keegoisan yang membuat Raysha malah semakin tertekan.

“Nurutin kemauan Raysha, itu sama aja buat keadaan Raysha makin drop!” balas Bara masih dengan egonya.

Rafa menggeleng pelan, pernyataan Bara di luar ekspektasinya. Cara Bara menyayangi Raysha salah. Bara hanya memikirkan bagaimana caranya Raysha sembuh dengan beberapa larangan. Tanpa Bara sadari, Raysha jauh lebih baik ketika larangan itu tidak ada.

“Maaf, Kak. Gue nggak setuju sama opini lo,” tanggap Rafa. “Harusnya lo sebagai kakak, ngerti apa kebahagiaan Raysha. Raysha cuma mau melakukan hal yang dia pengin tanpa larangan terlalu berlebihan. Raysha mau menikmati masa-masa bahagia, walaupun dengan penyakitnya.”

Bara terdiam, menyandarkan tubuh di tembok rumah sakit, menyugar rambut ke belakang sebagai bentuk frustasi—sekaligus ketakutan terbesarnya akan kondisi Raysha.

“Bahkan Raysha mengucapkan perkataan yang menyakitkan buat gue, yang membuat gue takut secara bersamaan.” Rafa berkata lirih, hatinya sesak mengingat ucapan Raysha tadi. Ucapan yang memukul kuat relung hati Rafa. Ucapan yang menjadi ketakutan terbesar di hidup Rafa.

Tatapan Bara beradu dengan Rafa, menunggu perkataan selanjutnya dari Rafa.

Rafa menghela napas gusar, sebelum melanjutkan perkataanya. “Raysha takut kalau sewaktu-waktu dia akan pergi meninggalkan orang-orang yang dia sayangi. Bahkan ….” Rafa menjeda ucapannya. “Bahkan Raysha berulang kali bertanya, memastikan apakah dia masih bisa sama-sama gue terus.”

Love or Pity | JAEROSÉ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang