🌹34| Bukan Hal Mudah

647 106 18
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

=======================

🎵Rossa - Jangan Hilangkan Dia🎵

Pukul sembilan malam, Rafa baru pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sembilan malam, Rafa baru pulang ke rumah. Masih memakai seragam sekolah. Rafa menuju dapur, lalu mengambil air dingin di kulkas—membasahi tenggorokan yang terasa kering.

Setelah melepas dahaga, Rafa mengambil posisi duduk, memandang kosong lauk-pauk masakan Lina. Akhir-akhir ini Rafa jarang makan di rumah, sebagian besar waktunya berada di rumah sakit, menemani Raysha.

Sebuah sentuhan di pundak, membuat Rafa sedikit tersentak. Dia mendapati sang ibu yang kini duduk di depannya.

“Anak mama sepertinya sangat sibuk akhir-akhir ini.”

Baik Bagas maupun Rafa, kedua ayah dan anak itu lebih sibuk di rumah sakit. Profesi Bagas sebagai dokter, Lina memaklumi jika suaminya sibuk. Namun, putra semata wayangnya juga sibuk di rumah sakit akhir-akhir ini. Menurut cerita dari Bagas, anaknya itu berada di rumah sakit karena seorang gadis yang tak lain tak bukan adalah Raysha Samira.

“Sibuk jenguk Raysha, Ma.”

Atika mengangguk paham. Dia juga sering menanyakan keadaan Raysha pada Bagas. Dan jawaban sang suami cukup membuatnya iba. Raysha, di usia muda sudah mengalami hal-hal sulit di hidupnya. Menghadapi rintangan demi rintangan untuk melawan penyakitnya.

“Sesayang apa sama Raysha?”

Rafa sontak menatap Lina, bahkan hanya dengan tatapan yang Rafa berikan sudah menjelaskan jawaban pertanyaan Lina.

“Rafa nggak mau kehilangan Raysha.” Rasa sesak yang akhir-akhir ini Rafa tahan, akhirnya dia ungkapkan pada Lina.

Atika menatap iba sang putra, baru kali ini Rafa menunjukkan sisi lemahnya pada Lina. Baru kali ini juga Rafa mengkhawatirkan seseorang sangat berlebihan. Hal yang perlu Atika sadari, bahwa Rafa sepenuhnya sangat mencintai Raysha.

“Tuhan pasti merencanakan yang terbaik, Nak.”

“Tapi gimana kalau Raysha benar-benar pergi? Gimana kalau Raysha—”

“Buang pikiran buruk kamu. Apa pun yang terjadi pada Raysha, itu udah jadi ketetapan. Sekarang, kamu hanya perlu optimis, bahwa Raysha bisa sembuh.”

Rafa meresapi kata-kata Lina. Sekalipun Rafa ingin Raysha tetap di sisinya, Rafa tetap tidak bisa mengelak dari sebuah ketetapan. Namun, rasa kehilangan itu adalah perkara sulit—setiap manusia juga ingin menghindar dari kata “kehilangan”.

Suara derap langkah, membuat Rafa dan Lina menoleh ke belakang. Bagas baru saja pulang sembari menenteng jas putih. Wajahnya terlihat lesu. Laki-laki paruh baya itu mendudukkan diri di kursi, menuang air putih lantas meneguk sampai habis.

Love or Pity | JAEROSÉ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang