Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Mari saling mengapresiasi. Happy reading 💕
======================
Malam minggu rasanya sangat suram kalau tidak ada yang chat, apalagi kalau jomlo. Paket komplit jika terjadi dua-duanya. Rasanya lebih baik malam minggu ditiadakan saja selama-lamanya.
Rafa, cowok itu duduk di pinggir kasur, menatap kecewa ke layar ponselnya setelah membaca chat terakhir dengan Audrey.
Audrey Kanaka❤️
Kayaknya aku gak bisa deh. Aku bener-bener males banget keluar karena kecapean habis pemotretan untuk majalah terbaru. Malam minggu selanjutnya aku janji kita pergi keluar. Maafin ya.Balasan Audrey membuat Rafa kecewa. Namun, dia membiarkannya saja tanpa menunjukkan rasa kecewanya pada Audrey. Padahal, malam ini Rafa ingin mengajak Audrey kencan, tetapi Audrey selalu memiliki alasan untuk menolak. Audrey mendadak berubah setelah dia menjadi seorang model. Setiap kali Rafa mengajaknya jalan, Audrey beralaskan sibuk karena pemotretan.
"Kamu udah berubah, Drey. Secepat itu kamu berubah," monolog Rafa.
🥀🥀🥀🥀🥀
Tabung kecil berisi obat itu belum Raysha sentuh sama sekali. Setelah makan malam, dia menuju kamarnya. Niatnya untuk meminum obat, tapi rasanya muak ketika lagi-lagi mengkonsumsi benda berukuran kecil itu.
"Selama ini gue selalu bergantung sama lo. Apa jadinya kalau gue gak bergantung lagi sama lo? Gue die gitu?" Kebiasaan Raysha bermonolog sendiri dengan obatnya. Dengan sangat terpaksa dia mulai meminum obatnya satu persatu. Ketika malam menjelang, Raysha sering merasakan tubuhnya panas. Belum lagi kepalanya yang pusing. Yang paling parah, jika dia sampai mimisan.
Suara pintu terbuka membuat Raysha langsung menoleh. Di ambang pintu dia melihat Bara berdiri. Sejak kemarin Bara tidak berbicara padanya sama sekali. Sewaktu Raysha kambuh, Bara hanya datang ke kamarnya dan masih mendiamkannya. Namun, Raysha melihat raut khawatir di wajahnya.
"Gue boleh masuk?"
"Bukannya masih marah sama Ray? Sampe diemin Ray lebih dari dua puluh empat jam," sinis Raysha. Kini dia yang balik marah pada Bara.
Bara menutup pintu, setelah itu berjalan ke arah tempat tidur Raysha. Cowok itu menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya.
Raysha masih menatap lurus ke depan, mengabaikan Bara yang kini mendekat. Dia masih kesal dengan Bara. Bisa-bisanya Bara mendiamkannya lebih dari dua puluh empat jam. Raysha merasa dizolimi sama kakak sendiri.
"Nih." Bara memberikan sebuah novel pada Raysha.
"Nyogok nih?" Raysha belum menerima novel itu, walaupun dia sangat ingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Pity | JAEROSÉ ✔
Fiksi RemajaRafa Malven Narendra, hanya dengan pertemuan pertamanya dengan Raysha Samira, membuat hati dan perasaannya berubah secepat itu. Raysha dengan kekurangan yang dimilikinya menjadi bentuk kekaguman bagi Rafa. Pertemuan yang tidak disengaja antara Rafa...