Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading 🧡
==========================
Cukup membosankan bagi Rafa ketika mendengar penjelasan materi dari dosen Bioetika di depan kelas. Suara yang kecil, ditambah menjelaskannya secara cepat—membuat Rafa menguap dan ingin segera tidur. Berasa lagi didongengin.
“Bapak akan memberikan tugas untuk kalian.” Selesai menjelaskan materi, biasanya dosen akan memberikan tugas.
Rafa siap dengan pulpen, untuk mencatat instruksi sang dosen. Kalau tidak dicatat, ujung-ujungnya lupa.
“Terkait dengan materi hari ini, kalian harus mencari sebuah kasus yang seputar isu-isu yang berhubungan dengan etika seorang dokter. Lakukan brainstorming dengan teman sekelas kalian terhadap kasus yang kalian bahas. Kita akan bahas minggu depan dengan presentasi tiap kelompok dan kalian harus sudah menyiapkan studi kasusnya untuk melakukan brainstorming.”
Brainstorming yaitu metode untuk memunculkan penyelesaian masalah yang kreatif dengan mendorong anggota kelompok untuk melemparkan ide sembari menahan kritik atau penilaian.
Usai sang dosen meninggalkan kelas, Rafa menoleh ke kanan. “Gue satu kelompok bareng lo, ya,” ujar Rafa pada cowok chinese yang merupakan teman akrabnya di kelas.
“Oke, terus siapa lagi anggotanya?”
“Atur aja ya, gue buru-buru. Nanti kalau udah dapat anggota kelompoknya, kita mulai bicarain kapan dan di mana untuk diskusi. Oke?”
Cowok itu mengangguk sambil mengacungkan kedua jempol.
“Thanks, ya.”
Rafa meninggalkan kelas, lantas memasang headset di telinga. Mendengarkan musik cukup membuat suasana hatinya lebih nyaman.
Sebuah notifikasi pesan, lantas membuat degupan jantung Rafa tidak karuan. Rafa membukanya, lalu membaca dengan cepat isi pesan tersebut.
“Raysha ....”
🌹🌹🌹🌹🌹
Dengan langkah tergesa-gesa, Rafa berlari ke tepi danau. Jantungnya masih berdegup kencang. Sebuah pesan singkat yang di abaca din kampus, seperti jawaban yang dia tunggu selama ini. Akankah ini menjadi akhir dari penantiannya?
Bahkan hamparan danau luas tepat di depan mata, tidak membuat Rafa takjub. Pandangannya tertuju pada seorang perempuan yang berdiri tidak jauh darinya. Perempuan yang selalu dia nantikan di setiap hari-harinya yang hampa. Perempuan yang sering hadir di mimpin, namun bagai angin yang tidak bisa Rafa raih.
Dengan langkah gontai, Rafa berjalan. Tepat di depan perempuan itu, Rafa mendekap erat tubuh mungil perempuan yang sangat dia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Pity | JAEROSÉ ✔
Fiksi RemajaRafa Malven Narendra, hanya dengan pertemuan pertamanya dengan Raysha Samira, membuat hati dan perasaannya berubah secepat itu. Raysha dengan kekurangan yang dimilikinya menjadi bentuk kekaguman bagi Rafa. Pertemuan yang tidak disengaja antara Rafa...