⚠DON'T COPPY STORY⚠
REVISI SETELAH END
FOLLOW SEBELUM BACA!
Publish: 02/08/20
Semua berawal dari ketidak sengajaanku mencintaimu. Untuk pertama kali aku melihatnya, saat itu tak pernah terbesit olehku akan jatuh cinta padanya, namun waktu berkata...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu yang akan menjawab ini semua, dia yang akan mengungkapkan di saat waktu yang telah di tetapkan dan sangat tepat. Tentang sebuah hal yang terpendam pada hati ini.
. . . . .
Neara menyandarkan tubuhnya yang tiba-tiba melemas di pinggiran tempat tidur. Tatapannya beralih kepada amlop coklat yang sedang ia pegang saat ini. Amplop yang berisi tentang hasil check up tadi sore. Hasil check kali ini membuat Neara tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Sungguh diluar perkiraan Neara. Ia fikir hasilnya akan membuahkan hal yang baik tapi untuk saat ini mungkin tuhan tidak bisa menuruti kemauan dari Neara. Ia mencoba agar biasa-biasa saja saat ini, namun tidak bisa! Ia tidak tenang memikirkan ini semua. Neara ingin menangis, meminta agar semuanya akan selalu baik-baik saja kedepannya. Rasa sakitnya mulai menjalar ketempat lainnya yang kian parah.
Neara mencoba baik-baik saja didepan Naufal dan kedua orang tuanya, termasuk kakak dan para sahabatnya itu. Padahal di dalam hatinya Neara sangat gunda dan gelisah sampai pusing memikirkan ini semua. Orang-orang hanya tau dan dapat menilai seseorang dari luarannya saja yang nampak bahagia. Tapi, dalam hatinya ia menyimpan sebuah luka yang sangat mendalam. Sampai ia tidak bisa ia jabarkan seberapa banyaknya luka yang sedang ia hadapai saat ini. Vonis yang diderita Neara membuatnya insecure dan selalu pesimis akan semua hal. Hidup Neara mungkin tidak akan lama lagi. Hanya beberapa bulan mungkin masih panjang? Entahlah semuanya sudah ada yang mengaturnya.
Senyuman simpul itu terukir dari sebuah bibir Nesa sang bunda dari Nearalia Gilsyah. Neara merasa nyaman di dekat mereka. "Neara takut, Bun" Neara menangis di pelukan sang ibunda tercintanya.
"Bunda, ada di sini selalu bersama kamu, sayang" Neara tidak bisa menahan tangisnya saat ini. Langsung saja Neara menyerahkan sebuah hasil lab dari dokter yang biasa ia lakukan check setiap harinya.
"Ini apa Ra?" Neara menggeleng. "Buka saja, Neara gak bisa jelasin semuanya Bund," katanya.
"Astagfirullah Ara!" Nesa sangat syokh saat membaca isi dari amplop coklat yang diberikan oleh anaknya tadi.
Nesa langsung memeluk tubuh anaknya yang sedang rapuh itu di usapnya puncak kepala Neara oleh Nesa, "Kamu kuat Ra, jangan nyerah kamu pasti bisa lawan semua ini. Bunda, Ayah, Dan, Kak Niel ada di sini akan selalu dukung kamu dan selalu ada buat kamu sayang" ujar Nesa membuat Neara kembali menangis.
"Tapi apakah Ara bisa lawan ini semua? Ara gak yakin bisa lawan apa yang sedang Ara rasakan Bund. Ara sakit sangat sakit saat ini" Neara terus mengeluh. Hanya Nesalah saat ini menjadi orang satu satunya pendengar celotehan Neara. Ia tidak bisa bercerita kepada siapa pun selain dengan Nesa.
"Bund, jika suatu saat nanti Ara tinggalin Bunda, Ayah, Kak Niel. Kalian bakalan sedih?" Nesa menggeleng kuat. "Gak Ra, kamu gak akan pergi. Kamu akan tetap di sini bahagia bersama kita, Ra".