"Five, six, seven, eight!"
"Tap, tap, tap, tap!"
Song Young Hwa selaku pelatih koreografi itu seakan terus merapalkan mantra yang berulang sembari diiringi ketukan seirama dengan nada lagu yang sedang diputar--memerhatikan para member The Steel yang masih menggerakkan tubuh, menari dengan energik dan bersemangat kendati waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Sepulangnya dari Universitas Hanyang, mereka semua harus langsung bergegas latihan untuk mempersiapkan comeback yang akan jatuh pada bulan depan. Jadwal mereka terpantau padat. Belum lagi dengan syuting variety show dan iklan lainnya. Itu sebabnya, mereka harus tetap menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi vitamin dan menyempatkan diri untuk berolah raga agar tetap prima.
Bagi sebagian besar orang-orang diluar sana, mungkin mereka bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi superstar sebesar The Steel. Tampan, berbakat, sukses, terkenal, dijunjung tinggi, dicintai, dan kehadirannya cukup berpengaruh dalam perekonomian negara.
Namun sayang, mereka seakan melupakan fakta bahwa ada harga yang harus dibayar untuk semua itu. Mereka tidak tahu seperti apa perjuangan The Steel untuk mencapai puncak. Mereka tidak tahu apa saja yang harus dikorbankan para member untuk menukarnya dengan posisi mereka saat ini. Darah, keringat dan air mata. Apa itu sudah cukup? Tidak. Jawabannya adalah tidak.
Selain daripada itu, ada banyak sekali konsekuensi yang harus diterima oleh para member. Karena menjadi terkenal, mereka tidak bisa melangkah kemanapun secara bebas. Karena teramat dicintai, mereka kesulitan untuk mengekspresikan diri pada seseorang yang menjadi dambaan hati. Karena terlalu dijunjung tinggi, mereka sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan.
Kebanyakan orang hanya bisa menatap dengan penuh iri pada keberhasilan mereka, sampai tidak menyadari seberat apa jalan yang telah mereka dilalui untuk mencapai titik ini.
Terkadang The Steel akan mulai bekerja pada dini hari, pada waktu dimana orang-orang masih terbuai dalam mimpi, dan baru kembali pulang pada tengah malam setelah orang-orang tertidur dan beristirahat. Mereka bekerja sangat keras.
Karena mengetahui sebesar apa perjuangan mereka, hal itu membuat para fans sangat marah jika ada pembenci yang mengejek atau mencoba menjatuhkan sang idola. Mereka akan membela, berdiri pada garda terdepan untuk melindungi idola mereka.
Dahulu, Lisa pernah satu kali bertengkar dengan seorang haters karena terlampau kesal saat melihat berbagai macam komentar kebencian yang ditujukan untuk The Steel. Lisa ingat, saat itu ia me-reply komentar orang tersebut; 'Aku yakin idolamu akan merasa malu karena memiliki seorang fans yang bertingkah dengan menjatuhkan orang lain seperti ini. Cintai saja idolamu. Gunakan waktu dan tenagamu untuk mendukung musik mereka. Bukannya malah menulis kalimat sampah untuk orang lain. Dasar tidak berguna!'
Diam-diam Lisa terkekeh kecil. Pada akhirnya, sederet memori itu hanya akan tersimpan rapih disudut benak bersama kenangan manis lainnya ketika ia sudah berumah tangga dan meninggalkan aktifitas fangirling-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sasaeng is My Love | Lizkook✔️
Fanfiction[M] Lalisa tidak pernah mencintai seseorang sebesar ia mencintai sang idola. Gadis itu membunuh waktu, menghamburkan uang dan mengorbankan banyak tenaga sebagai bentuk kasih sayangnya terhadap laki-laki bernama Ahn Jungkook, yang tak lain merupakan...