💙AS-5 (Teman)💙

58 14 11
                                    

Maaf kalau ada typo 🙏
HAPPY READING ✨

**
Sandra dan Lana tengah berada di belakang sekolah, di bawah pohon rindang. "Dari tadi loe kok diem mulu si katanya udab janji mau cerita," gemas Lana karena sedari tadi Sandra hanya menunduk dan diam saja. Padahal dia sudah berjanji akan menceritakan semuanya pada Lana sebagai biaya tutup mulut atas peristiwa kemarin saat di kafe.

Sandra mengela napas, jujur dia tidak ingin menceritakannya pada siapapun. Dia hanya suka bercertita pada Tistan dan bentuk diary, berharap suatu saat Tistan kembali dan dia bisa membaca diary itu.

"Sebenernya aku belum siap mau cerita sama kamu," jujur Sandra walau sulit, dia menunduk semakin dalam.

Lana menghembuskan napas, dia mengerti pasti karena Sandra menganggap Lana adalah orang asing. Padahal Lana menganggap Sandra seperti sahabatnya sendiri. "Yaudah deh gue gak maksa kalau elo gak mau cerita juga gak papa, tapi ya siap-siap aja di skors dari sekolah," ancam Lana, dia sudah tidak sabar dia tidak tega jika memakasa Sandra tapi apa boleh buat Sandra tidak akan mau buka mulut jika tidak diancam. Jiwa kepo Lana semakin tidak bisa dikendalikan.

"Gue udah kasih waktu elo untuk mempersiapkan diri buat cerita sama gue, tapi kayaknya sebanyak apapun waktu yang gue kasih buat elo gak akan pernah cukup, karena elo memang niatnya gak mau cerita," ucap Lana kesal dia berdiri dan hendak pergi, namun sebuah tangan mencegah langkahnya.

"Oke, oke aku cerita. Tapi plis jangan laporin aku ya," kata Sandra sambil memegang tangan Lana, mencegahnya pergi.

Lana tersenyum, lalu membalikkan badannya "Yaudah cepetan," seru Lana tidak sabar.

"Jadi sebenernya aku itu kerja karena aku gak ikut olimpiade di sekolah seperti murid beasiswa lain, uang jajan dari sekolah kurang buat aku karena aku gak mau nyusahin Bu Aisyah," Sandra memulai ceritanya.

"Ha, gimana, gimana gue gak paham?" Lana menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ehem," Sandra berdehem untuk menegarkan hatinya memulai ceritanya yang pahit.

"Jadi aku itu hidup sebatang kara. Nenekku meninggal pas aku masih SMP, orangtua aku juga udah gak tau lagi dimana keberadaannya. Jadi aku tinggal di panti asuhan, nah yang punya panti itu namanya Bu Aisyah. Dia baik.... banget, dia itu penuh kasih sayang dan lemah lembut aku juga udah anggep Bu Aisyah ibu kandung aku. Nah pas SMA Bu Aisyah mau daftarin aku sekolah jadi aku nolak gak mau ngerepotin Beliau, Beliau udah cukup banyak bantu aku," Sandra menghela napas panjang.

"Dia yang ngasih aku tepat tinggal, keluarga baru di panti, dan membiayai aku selama aku SMP. Akhirnya aku pilih sekolah ini karena sekolah ini yang beasiswanya full plus juga dapet uang jajan, tapi aku gak bisa ikut olimpiade dan cuma bisa pertahanin nilai aku aja biar gak di DO. Karena itu deh aku kerja jadi aku gak perlu minta uang sama Bu Aisyah lagi, malah aku tu mau nabung untuk bantui Bu Aisyah," Sandra menutup mulutnya, dia terlalu banyak bercerita.

"Kenapa kok tutup mulut?" heran Lana.

"Itu tadi ada serangga mau masuk ke mulut aku," kata Sandra beralasan.

"Memang kenapa kamu gak mau ikut olimpiade kan uangnya lumayan juga kamu bisa jadi populer dikalangan guru dan murid kalau kamu sering menjuarai olimpiade kan," ujar Lana.

Sandra mengangguk "Memang bener si tapi aku punya alasan khusus dan aku gak bisa cerita sama kamu aku udah ceritain yang perlu aku ceritain," kata Sandra.

"Jadi kamu gak bisa ngancem aku lagi," Sandra berdiri, lalu pergi.

"Eh tunggu," Lana mengejar Sandra dan menghetikannya.

"Ada syarat kedua biar gue bisa sepenuhnya tutup mulut," Lana tersenyum manis.

Sandra melotot tidak percaya, syarat apalagi ini.

"Elo harus jadi temen gue, lalu nanti kalau elo udah nyaman jadi temen gue elo harus jadi sahabat gue," kata Lana seenaknya sendiri.

"Jadi mulai sekarang elo, gue, Lita sama Grace adalah temen," Lana lalu merangkul Sandra, Sandra hanya diam karena masih syok dengan syarat yang diajukan Lana. Lana dan Sandra lalu berjalan beriringan menuju ke kelas.

Tidak mereka sadari, sedari tadi ada seseorang di atas pohon yang tengah memejamkan matanya sambil mendengarkan percakapan mereka. Perlahan sosok itu membuka matanya.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AlexSandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang