HAPPY READING 🤗✨✨✨
**
Alex melemparkan baju seragam yang masih terbungkus plastik ke wajah Sandra.💬Tuan Alex: Pergi sana loe, gue udah gak butuh loe lagi.
Alex memberikan kode kepada sopir Alex untuk membawa mobilnya dan menggantinya dengan mobil yang lain. Untunglah saat Sandra mencuci mobil itu pelajaran masih berlangsung. Sandra meremas kain yang masih ada di genggaman tangannya.
**
"Time for take a rest."
Semua anak berhamburan keluar kelas dengan tertib.
Sandra langsung menuju ke kekelas dengan seragam yang sudah dia ganti."Loe dari mana aja San, kok baru keliatan dari tadi?" tanya Lana. Mata Sandra berkaca-kaca, Lana dan Lita yang mengerti langsung membawa Sandra ke belakang sekolah. Karena tempat itu yang paling sepi dan paling jarang dikunjungi oleh para penghuni sekolah.
Sesampainya di sana Sandra langsung menangis, mengeluarkan semua yang selama ini dia pendam. Apa yang dikatakan Grace sangat menohok hatinya, terlebih Sandra merasa menjadi penghancur hubungan persahabatan mereka. Lana dan Lita hanya mendengarkan Sandra menangis, mereka juga ingin menangis. Namun jika semua orang menangis maka tidak akan ada yang menjadi penompang, mereka akan terlihat lemah. Itulah yang Lana dan Lita pikirkan.
**
Lana dan Lita terus melihat Sandra menangis, sehingga Lita pun jadi tidak tahan dan ikut menangis, Lana ingin juga namun masih tetap menahannya. Sandra lelah akan perlakuan Alex, Sandra merasa bersalah akan apa yang dikatakan Grace, semua tercampur menjadi satu dengan luka masa lalu yang belum sembuh. Sandra berhenti menangis setelah hampir 18 menit menangis, Lita juga ikut diam. "Kita ngerti kok kalau elo ngerasa bersalah," Lana menghela napas. Sandra mengangguk"Perkataan Grace gak bener kok," Lita masih terisak.
"Iya bener kata Lita, lupain aja perkataan Grace. Ya gue tau pasti gak segampang itu lah, tapi kita akan hadapi ini bersama, kita akan perbaiki ini. Kita akan padamkan api kemarahan Grace," Lana menggenggam tangan Sandra dan Lita, mencoba menyalurkan kekuatan yang ada, berharap itu akan membantu.
"Enggak, kata-kata Grace itu bener kok," Sandra tersenyum penuh kepedihan.
"Enggak jangan bilang gitu," ujar Lita.
"Iya."
"Tapi kalau aja aku gak ada diantara kalian mungkin persahabatan kalian enggak akan begini," air mata Sandra luruh lagi.
"Maaf," ujar Sandra sambil terisak.
"Sandra kita harus menjernihkan pikiran kita dulu, kita gak bisa ambil keputusan dalam keadaan kaya gini, habis pulang sekolah gue akan membawa kalian ke suatu tempat yang akan membuat kalian merasa sedikit lega," Lana mencoba tersenyum.
**
Sepulang sekolah Lana membawa mobil ke suatu tempat yang tidak Sandra maupun Lita tau itu dimana. Tidak ada suara, hanya keheningan yang melanda. Lita mengernyit setelah melihat gedung yang terlihat tidak terurus di depan mereka. Lana melihat ekspresi itu dan mengerti. "Jangan hanya melihat dari luarnya aja ayo masuk," ujar Lana, lalu turun dari mobil.'Krit' pintu besi yang di geser itu terdengar nyaring, tanda bahwa pintu itu sudah lama tidak digunakan dan butuh dibelikan yang baru. Merka melewati lorong gelap, lalu kemudian disuguhkan pemandangan yang begitu indah. Yaitu pohon tabebuya yang tumbuh berjajar rapi, kelopak bunga tabebuya berterbangan tertiup angin dan jatuh perlahan perlahan menuju ke atas rumput di bawahnya. Kemudian Lana berjalan lebih dulu menuju tangga yang ada di ujung sebrang sana, tempat pohon tabebuya yang terakhir yang berwarna berbeda dari yang lainnya. Mereka menuju ke lantai paling atas, "Aduh capek ni gue Lan. Berapa banyak lagi anak tangga yang mau kita naiki," keluh Lita.
"Habis sampai di rooftop loe gak akan ngeluh lagi percaya deh sama gue," ujar Lana. Sandra juga sudah kelihatan kelelahan.
**
Sesampainya di tangga paling akhir Lana membuka pintu rooftop, angin sejuk langsung menerpa. Lita seketika takjub akan pemandangan di atas rooftop, begitu juga dengan Sandra. Mereka menuju ke pagar pembatas rooftop itu, di atas sana mereka dapat melihat kota yang selama ini mereka tinggali, gedung pencakar langit, lalu lintas semua terlihat jelas dari atas sini. "Wah gila bener kata loe Lan capek gue kebayar," seru Lita."Aku gak nyangka bahwa di pinggir kota ada gedung yang menyuguhkan pemandangan seperti ini," tambah Sandra.
"Ini salah satu tempat favorite gue, gue si kurang tau ini gedung apaan, kayaknya si bekas sekolah tapi ya gak tau juga ya. Gue nemui ini tempat pas gue ya iseng-iseng uji nyali lah," Lana tersenyum karena bisa membuat kedua sahabat melupakan sejenak kegundahan mereka.
"Nah gak sampai sini aja, kalau elo berdua mau berasa lebih lega elo berdua harus teriak sekenceng-kencengnya kaya gini. Aaaaaaaaaaaa, gitu," tambah Lana.
"Ayo coba," bujuk Lana.
"Satu, dua, tiga,"
"Aaaaaaaaaaaaa," mereka menjerit bersama.
"Sekali lagi, satu dua tiga."
"Aaaaaaaaaaaa," mereka ngos-ngosan namun terukir senyum di wajah mereka.
Setelah itu mereka duduk melingkar, saling berpelukan. Lalu turun ke bawah dan bermain dengan kelopak bunga tabebuya yang berwarna ping dan yang paling berbeda atau yang paling ujung berwarna ungu.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
AlexSandra
Teen Fiction"Loe mau gak jadi pacar gue?" tanya Alex dengan perasaan gugup. "Maaf aku gak bisa nerima kamu ada seseorang yang aku cinta," jawab Sandra lalu pergi. ** Sejak ditolak Sandra, Alex bertekad akan membuat Sandra menderita seumur hidupnya. Dan benar...