Trust x 1. Ratinka Mara Derisha

440K 14.1K 292
                                    

Trust x 1. Ratinka Mara Derisha

---

"Kamu nggak ada kapoknya ya!? Bikin keributan di sekolah, bahkan di luar sekolah aktif banget sama tawuran. Kenapa kamu nggak pake otak kamu dalam melakukan suatu hal, sih? Kamu pikir tindakan kamu itu tindakan baik? Kamu tau? Kelakuan kamu itu malu-maluin nama sekolah!"

Ada jeda sebentar. Bingung akan sikap muridnya yang satu itu, sang ibu kepala sekolah melempar pandangannya. Cowok yang menyandang status murid pembuat onar dan juga keponakannya ini hanya diam, tak merespon. Bahkan sang Tante pun tahu kalau cowok itu kini sedang memikirkan sesuatu dan bahkan tak mendengarkan ucapannya barusan.

Sia-sia.

Aida tahu keponakannya ini tak akan pernah mendengarkannya.

"Dana, kamu denger nggak sih?"

Dana masih diam, cowok itu hanya menyender pada kursi dengan tatapan lekat pada meja dihadapannya. Sementara pikirannya melayang entah kemana.

"Dana!"

"Ya udah Tante tinggal hukum aja." Dana angkat bicara sekaligus mengangkat kepalanya. Tatapan malas ia layangkan pada tantenya yang bahkan untuk di sekolah ini adalah Kepala sekolahnya sendiri.

Aida berkacak pinggang, mendesah frustasi, wanita itu melayangkan tangannya ke sana kemari. "Tante bahkan nggak ngerti harus hukum kamu apa lagi.

"Udah banyak kesalahan yang kamu buat dan udah banyak hukuman yang kamu dapat. Kenapa sih kamu nggak pernah bosan sama hal itu? Apa yang kamu dapat dari buat onar itu, apa?! Orang-orang diluar sana pasti bakal curiga kenapa kamu nggak pernah dikeluarkan dari sekolah ini!" Aida menyilangkan kedua tangannya. "Tante harap ini yang terakhir. Semoga di lain hari nggak ada kejadian seperti ini lagi yang akan membuat Tante nggak segan-segan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah ini," tegasnya.

Namun Dana pun tahu, sekeras apa pun tantenya mengancam, hal itu tak akan pernah terjadi. Aida sudah berkali-kali mengancamnya dengan kalimat yang sama dan tak pernah ada kepengurusan tentang ia yang dikeluarkan dari sekolah. Dan Dana pun juga tak peduli jika ia harus pindah sekolah.

Aida mendesah lagi karena keponakannya masih diam. "Kamu boleh keluar. Hukuman kamu kali ini, bersihin perpustakaan, temui Bu Dian dan minta tugas apa aja yang harus kamu lakukan."

Dan dengan begitu, tak ada pamit, Dana bangkit dari kursi. Menggesernya perlahan untuk memberi akses jalan mudah. Dan keluar begitu saja dari ruang kepala sekolah. Dan hal itu jelas membuat Aida geleng-geleng kepala akan sikap anak satu itu yang tak pernah berubah. Keras kepala, semaunya sendiri, dan tak peduli konsekuensi dari apa pun yang dilakukannya. Cowok itu tetap akan melakukan apa yang ingin ia lakukan.

-o-

Dana keluar bertepatan dengan kedua teman karibnya yang menunggu dari luar ruang Kepala sekolah. Cowok itu menutup pintu. Satu temannya yang bernama Genta berucap,

"Gimana lagi?"

Dana menggeleng. "Gue dihukum di perpus."

"Kayak apa yang pernah gue bilang. Dana nggak akan pernah dikeluarin dari sekolah ini," Dega berseru. Cowok itu mencoba merangkul Genta di sebelahnya, dan yang ada malah dibalas sikutan oleh Genta.

"Gue nggak ngerti. Tapi emang iya sih."

SMA Garda memiliki peraturan yang ketat, dan apa lagi untuk tipikal murid seperti Dana yang tidak segan-segan dalam melakukan suatu hal yang bersifat negative untuk sekolahnya. Dan semua pun memang mempertanyakan hal yang sama, 'mengapa peraturan-peraturan tersebut seakan tak pernah ada jika sudah menyangkut Dana?'.

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang