"Woi, yang belom make up pada pake kostum dulu kek, biar cepet!" salah satu cewek di dalam kelas berteriak keras hingga ke penjuru kelas XII IPS 2. Carissa namanya, cantik tapi gahar kalau sudah di situasi genting seperti ini, dan kini dirinya sedang disibukkan dengan tangannya yang terampil menyapukan bahan-bahan kimia khusus wajah untuk mempercantik tampilan dan mempertegas aksen dari peran yang diperankan si pemain yang kini duduk di hadapannya.
Mendengar teriakan dari cewek super galak tersebut, para penghuni kelas yang memiliki peran dalam pertunjukan drama beberapa jam nanti itu pun buru-buru bergegas ke ruang ganti buatan mereka sendiri-berbekal kain hitam super panjang dan lebar yang dibentangkan di pojok ruangan, sebagai ruang ganti instant. Kecuali untuk para cowok-cowok yang lebih bebas melepas pakaian di dalam kelas mereka tanpa malu dan teriak sana-sini karena tak sengaja dilihat salah seorang teman lawan jenisnya.
Mara menghembuskan napasnya setelah menahan untuk beberapa detik karena bau cat menyengat di hadapannya. Masih ada beberapa properti drama yang belum selesai dibuat, hanya tinggal cat mengecat, namun kegiatan tersebut cukup menguras waktu yang lama dan membutuhkan waktu yang lama pula untuk tahap pengeringannya.
"Eh ada yang liat Tiara nggak?" Carissa bertanya sekaligus mendecak berkali-kali. semua mata hanya memandangnya sebentar, lalu gelengan pun ditunjukkan sebagai jawaban. "Duh, ada yang bisa make up nggak nih?! Bantuin gue dong please, masa yang make up-in anak-anak Cuma gue sama Rania sih?"
Mara membasahi bibirnya sambil menggigit kecil, ia berpikir mengajukan diri untuk membantu, namun dirinya pun sedikit ragu untuk melakukan hal tersebut.
Rania kali ini pun ikut mendecak. "Sarah mana Sarah?!" ia berkacak pinggang dengan satu tangan yang memegang sebuah alat make up berupa blush brush. Dahinya mengernyit sebal lantaran setiap siswa di dalam kelas seoalah sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan terkesan mengabaikan dirinya dan Carissa yang mengoceh sedari tadi.
Mendengar decakan untuk kesekian kalinya, akhirnya Mara berinisiatif untuk menghampiri kedua cewek yang berdiri di depan cermin kecil yang dibagi-bagi untuk kebutuhan bersama. "Sarah lagi ganti kostum. Gue bisa make up kok, "mau gue bantuin?"
Telinga Rania dan Carissa seakan peka dengan sederet kalimat yang diucapan Mara hingga mereka berdua menatap satu-satunya cewek yang mengajukan diri tersebut. "Serius?" sebersit rasa tak yakin terlintas mengingat Mara tak pernah mengenakan polesan apapun sejauh mereka memperhatikan cewek itu.
Namun, pemikiran mereka kalau tak ada pilihan lagi dan anggukkan Mara membuat Carissa akhirnya membuka suara, "Oke, kalo gitu..." ia menggantungkan kalimatnya dengan menatap sekeliling ruangan. Hingga menemukan satu orang yang dirasa boleh dijadikan awalan untuk melihat hasil kerja Mara. "Diva! Sini lo, di-make up dulu!" teriaknya keras, lalu ia pun beralih menatap Mara. "Lo make up-in Diva ya?"
"Okay," ucap Mara mengangguk. Ia pun menarik kursi kebelakang ketika Diva menghampiri mereka.
-o-
"Kok udah pada rapi sih? Gue aja belom megang apa-apa dari tadi." Tiara berteriak nyaring dengan kernyitan di dahi ketika masuk ruang kelas. Beberapa pemeran sudah rapi dengan kostum dan make up masing-masing dan kini mereka pun tengah menghapal dialog. Dan tugasnya dalam hal tersebut pun hilang sudah, bahkan dirinya sendiri belum sempat menyentuh alat-alat make up yang ia bawa.
Rania menyilang kedua tangan di depan dada. "Untung ada Mara tau nggak! harusnya lo tau jadwal tampil kelas kita itu bentar lagi, tapi lo malah pergi nggak tau kemana."
Alis Tiara menyatu mendengar nama Mara disebut-sebut. Matanya pun melirik keseluruhan untuk menemukan cewek yang mereka bincangkan, dan tepat saat itu pula ia menemukan Mara tengah meminum air mineral gelasan dengan mata yang seketika berpaling ke arah lain, menghindar tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust
Teen FictionHidupnya indah, pada masanya. Satu masalah datang membuatnya bertransformasi menjadi dia yang lain, yang tak dikenal dan tak mau dikenal. Hidupnya berubah hitam, monoton, tak bergairah. Namun, ketika muncul setitik harapan cerah yang datang untuk me...