Trust x 2.

225K 11.2K 115
                                    

Mara melepas earphone-nya ketika melewati gang kecil dengan sekeliling rumah yang tak tersusun rapi. Cewek itu melepas tasnya dari samping, membuka risleting dan memasukkan earphonenya. Menutup risletingnya lagi dan mengenakan tasnya kembali.

Ia mengeratkan pegangan pada tali tas, sambil berjalan santai ke arah di mana ia bisa pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah, meski pun begitu, cewek itu lebih sering meluangkan waktu untuk berjalan kaki setelah pulang sekolah. Seperti sekarang. Meskipun tak jarang, jika Mara benar-benar lelah ia akan menyetop Kopaja atau taksi atau apa pun kendaraan yang sejalan dengan arah rumahnya.

Bruk!

Mara terkesiap ketika ada seorang cowok berlari dengan begitu cepat ke arahnya. Bahkan hampir menabraknya dan membuatnya limbung jika saja cowok itu tak sigap menahan tubuhnya.

"Sori."

Mara melepas pegangan cowok itu di lengannya dengan kasar. Berniat bungkam dan tak menghiraukan sebelum cowok itu menarik lengannya lagi. "Kalo ada yang nanyain gue, please, jangan kasih tau gue di sini."

Balasannya, Mara hanya mendelik sekilas ke arah cowok itu. Menghentakan tangannya dengan kasar agar terlepas dan berniat meninggalkannya. Sebelum—lagi-lagi—cowok itu menarik tangannya. "Gue minta tolong!" tekannya agak membentak.

Mara melotot. Kesal, cewek itu kembali menghentakkan tangannya. "Gue nggak ngurusin."

"Gue minta maaf sama lo tapi lo liatin gue sinis, gue minta bantuan lo dan lo nggak acuh. Gue cuma minta lo buat bilang nggak ngeliat gue kalo ada yang nanya. Kalo nggak ada yang nanya ya udah!"

Mara balik menatap cowok itu menatang. "Dan gue juga bilang sama kalo gue nggak ngurusin."

Dana terkesiap mendengarnya. Ia mendesah frustasi, bersiap meluncurkan kalimat-kalimat menyebalkannya sebelum telinganya mendengar suatu kericuhan dari luar gang. Sial. Ia tahu berdebat dengan cewek di hadapannya ini tak ada gunanya, bahkan hanya membuang-buang waktu dan bisa membuatnya tertangkap.

Cowok itu buru-buru lari dan mengumpat di balik belokan dari dalam gang. Membuat Mara mengernyit, lalu menggeleng tak memperdulikan. Cewek itu mengeratkan kembali pegangannya pada tali tas dan berjalan keluar gang.

Tiba-tiba saja Mara terhadang oleh dua orang siswa SMA yang membawa benda tajam yang biasa beredar jika tawuran berlangsung. Cewek itu melotot, sedikit takut. Apa lagi ketika salah satu dari mereka berdua memperhatikannya dari atas hingga bawah, intens—membuat Mara merasa sedikit terintimidasi—,dan kembali menatap matanya.

"Lo... liat ada cowok lewat sini?"

Cowok yang bertanya tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Mara. Membuat cewek itu sedikit kalut. Dan sadar kalau yang dimaksud adalah Dana.

Dana pun menahan napasnya ketika mendengar suara cowok itu, menunduk, memejampakan matanya dalam-dalam dan menetralkan debaran jantung juga napasnya yang tak beraturan. Ia mendepetkan tubuh di balik bangunan kusam tanpa cat itu. Berharap tak ada yang melihat, apa lagi sampai siapa pun cewek yang tak ia kenal itu mengatakan keberadaannya.

"Gue nggak ngeliat apa pun... selain... orang yang lari ke arah sana."

Dana terkesiap, membuka matanya. Cewek itu... membantunya?

"Jangan coba-coba bohongin gue cuma karena kalian satu sekolah!"

Ada pergerakan kecil, suara tapak sepatu yang terdengar tersentak ketika diancam. Dan Dana yakin kalau cewek itu sedang terkaget kali ini.

"Gue nggak bohong."

Dana mendesah pelan. Apa lagi ketika mendengar suara orang berlari tiba-tiba dan semakin lama semakin hilang. Membuatnya yakin bahwa orang-orang tadi benar-benar sudah tak berada di sana.

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang