Mara menggigit bibirnya. Kini, di tangannya bertengger jaket hitam milik Dana, begitu pula dengan niatnya kali ini yang ingin mengembalikan. Berkali- kali berperang batin antara menghampiri cowok itu atau mungkin lain kali mengembalikannya. Tapi, jika lain kali, Mara tak mau disangka tidak bisa mengembalikan barang orang, meskipun bisa dibilang Dana cukup santai dengan hal itu. Namun, jika ia benar-benar mengembalikannya sekarang... resiko besarnya adalah dilihat banyak murid yang berlalu lalang.
Dan ia pun bertekad, keluar dari kelas di jam istirahat ini dengan debaran jantung yang tak karuan. Faktanya, ini mungkin jadi hal pertama baginya untuk menghampiri cowok itu setelah segala hal yang mereka lalui diawali dengan keisengan Dana. Okay, ini bukan iseng, bukan caper, bukan segala hal tentang itu, tapi... Cuma berniat mengembalikan barang yang memang seharusnya dikembalikan.
Mara keluar dari barisan kursi, menutup risleting tasnya. Dan kali ini, ia benar-benar melangkah keluar dari kelas. Letak kelas Dana lumayan jauh, cowok itu salah satu anggota kelas XII IPS 5, kelas yang berada di lorong sebelah letak kelasnya sendiri. dibatasi sekat tangga yang mengarah ke lantai tiga dan dasar gedung bertingkat itu.
Matanya menyipit dan lantas membola tanpa kedip, sebagai refleks dari apa yang mewakili perasaannya, Mara meremas jaket Dana. Tak jauh dari tempat ia berdiri, di depan balkon sepasang cowok cewek berbincang dan sesekali tertawa, menghadap pada lapangan yang berada di bawah mereka. Berdiri di tengah-tengah sekat kelas XII IPS 4 dan IPS 5. Kelas.. Karina dan Dana.
Tiba-tiba saja perasaannya campur aduk. Dahinya mengernyit bingung antara melanjutkan hal yang ingin ia tuntaskan ini atau mengurungkan niatnya dan pura-pura tak melihat lalu kembali ke kelas. Sedikit rasa tidak suka muncul tanpa bisa di bantah, entah kenapa hanya karena ia melihat Karina atau segala hal tentang cewek itu selalu membuatnya seakan ingin menjauh, marah, atau tak ingin dekat-dekat dengan cewek itu. sekaligus... hal-hal yang berada di sekitar cewek itu. termasuk Dana.
"Mara?"
Mara lantas menganggangkat kepalanya, tersadar bahwa sejauh ini ia menunduk. Dilihatnya Dana menatap padanya, lalu melangkah santai dan... tentu saja yang Mara fokuskan adalah cewek yang berada di balik tubuh Dana. Yang meliriknya dengan alis terangkat remeh, dan di detik selanjutnya tersenyum kecil. Oh.. tipikal senyum yang paling Mara benci.
"Lo ngapain?" Dana nyengir lebar mengatakannya. Pasalnya, ini pertama kali cewek itu ke kelasnya.
Mara menggigit bibir. Lantas menggeleng, mengalihkan pandangannya sepenuhnya dari Karina ke Dana. "Nggak."
Alis Dana terangkat. "Nggak?"
Mara melirik Karina lagi. "Enggak. Cuma lewat."
Kali ini Dana mengernyit. "Lo apa sih?"
"Lo yang apaan?"
"Lo mau nyamperin gue kan?" ada nada kesal dari pertanyaan Dana.
"Apaan sih? Kok lo jadi kepedean?"
Dana menyeringai kecil. "Itu?"
Pandangannya teralih kembali, terlebih ketika tatapan Dana tertuju pada benda apa yang ia peluk, atau tepatnya kali ini ia remas. Mara menelan ludahnya sendiri, ia mendesah pendek, dan langsung menyerahkan jaket Dana—atau lebih pantas dikatakan hampir melemparnya tepat di depan dada cowok itu dengan sedikit tenaga yang hampir terasa dan tentu saja jaket tersebut hampir jatuh jika tidak buru-buru Dana tahan menggunakan tangannya. Dana spontan mengernyit melihat kelakuan mara yang tak tertebak.
"Gue cuma mau balikin jaket. Thanks," ucap Mara dan ia berbalik berniat untuk buru-buru berlalu dari tempatnya sekarang juga. pergi kembali ke kelas dan merutuki kebodohannya siang ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trust
Teen FictionHidupnya indah, pada masanya. Satu masalah datang membuatnya bertransformasi menjadi dia yang lain, yang tak dikenal dan tak mau dikenal. Hidupnya berubah hitam, monoton, tak bergairah. Namun, ketika muncul setitik harapan cerah yang datang untuk me...