Pandangannya kosong ke depan tanpa minat atas apa yang ada di hadapannya. Siaran tv kacangan yang bahkan tak menarik perhatiannya sama sekali. Kepulan asap hangat dari cokelat panas di tangannya membuat Mara meniup-niup untuk berkali-kali, sementara mulutnya tak juga menyeruput isi mug putihnya itu. Membuat cokelat panas bukan kemauannya sendiri, melainkan inisiatif Bude Sri yang masih berada di rumahnya beberapa menit lalu. Lewat dari jadwal kepulangannya yang biasa, yakni tiap sore hari. Entah apa yang ada di pikiran wanita paruh baya itu masih menemani Mara hingga ia baru pulang tadi setelah membuatkan Mara minum.
Hingga seruan nyaring bel rumah muncul. Spontan Mara buru-buru meletakkan mugnya di atas meja, lalu bangkit untuk menghampiri pintu rumah cepat-cepat. Tangannya bergerak cepat untuk menarik salah satu pintu. Namun, keantusiasannya luntur ketika menemukan siapa yang berada di balik pintu rumahnya itu.
Bukan yang ia cari.
Tangannya pun lemas dan turun tanpa perintah, binar matanya meredup, dan tarikan ujung-ujung bibirnya kembali menurun menampakkan ekspresinya yang berubah seketika. Bahkan Mara tak menggubris senyum senang dari Tantenya yang baru datang itu, ia malah melangkah kembali duduk di sofa dan menarik satu bantal kecil untuk dipeluk. Melupakan satu hal yang ia tinggalkan barusan, cokelat panasnya yang mendingin.
Dan Sania lantas mengernyit mengetahui ada yang tak beres dari keponakannya itu.
Tentengan besar di tangannya ia bawa dengan susah payah masuk ke dalam rumah, dan buru-buru menjatuhkannya di ruang tersisa pada sofa yang diduduki Mara. dan Mara meliriknya, lalu pada tentengannya. Paper bag bergambar logo butik yang beberapa waktu lalu didatangi mereka berdua.
"Sambutan kamu itu bener-bener jelek barusan," ucap Sania sedikit menyindir. Ia ikut mendudukkan diri, menarik paper bag barusan ke atas paha dan mengeluarkan isinya. "Desain kamu bagus lho, Mar. Untung waktu itu kamu milih desain sendiri. Cobain dulu deh, aku rasa cocok banget navy blue sama kulit putih kamu yang pucet itu. Kalo nggak kamu yang punya, mungkin aku mau beli," ucapnya diselingi tawa.
"Ya udah buat tante aja."
Balasan Mara barusan membuat Sania menaikkan alis-alisnya sebal. Ia tahu ada hal yang memberatkan keponakannya itu, namun Sania memilih untuk membiacarakannya lain kali dan terfokus pada gaun yang ia pegang saat ini. "Nggak lah, ini punya kamu, ukuran badan kamu juga."
Mara mendesah, ia memandang gaunnya sendiri tanpa minat lalu menghadap Sania. "Aku bahkan udah nggak mikir untuk dateng ke Prom. Buat Tante pun juga nggak jadi masalah."
"Dan masalah buat aku kalo nggak muat di badanku, dan aku juga nggak tau mau pake gaun ini ke mana. Bahkan aku sendiri juga nggak punya acara-acara Prom kayak kamu itu, " kesal Sania. Ia bangkit dan memasukkan kembali gaun tadi ke dalam paper bagnya, lalu tangannya menarik Mara untuk ikut masuk ke dalam kamar cewek itu sendiri.
"Coba sana!" perintahnya sekali lagi sambil menyodorkan paper bag.
Dan Mara mau tak mau menerima perintah barusan sambil membawa paper bagnya ke dalam kamar mandi.
-o-
Sederhana namun elegan.
Sania benar, Mara tampak cocok dengan gaun tersebut. Seperti satu keseusaian tersendiri, saling melengkapi, saling membutuhkan, atau singkatnya seakan tampak serasi antara si pemakai dan apa yang dipakai. Gaun itu menjuntai sampai lantai, pilihan warna biru dongker cocok dengan kulit pucatnya, memiliki model halter pada bagian leher hingga mengeskpos sedikit bagian bahu sampai jari-jari lentiknya, dan pada bagian atasnya yang berbahan lace dengan payet-payet warna senada.
Pilihannya sendiri. Masih menggunakan biru sebagai warna favoritenya, dan masih menggunakan kebolehannya dalam corat-coret keindahan di kertas putih polos yang menghasilkan suatu gambaran bagaimana rupa gaun yang ia inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trust
Fiksi RemajaHidupnya indah, pada masanya. Satu masalah datang membuatnya bertransformasi menjadi dia yang lain, yang tak dikenal dan tak mau dikenal. Hidupnya berubah hitam, monoton, tak bergairah. Namun, ketika muncul setitik harapan cerah yang datang untuk me...