BAB 23 - MENUA BERSAMA?
Usiaku akan menginjak 27 tahun, drama percintaanku dengan Gentha sudah berakhir. Namun, Rezal yang hadir sejak sebelum berakhirnya hubunganku dengan Gentha mengusik kisah percintaanku kembali. Aku tahu, sejak pernyataan di Malioboro waktu itu, Rezal tidak main-main dengan ucapannya. Rezal memang suka becanda, tapi ketika serius tatapan mata terlihat sangat nyata. Apalagi pernyataan yang sangat jelas kemarin. Aku sangat bisa melihat keseriusan di balik matanya tersebut.
Rezal Danantya Sagara, nama lengkap yang baru ku ketahui dua minggu yang lalu ketika aku stalking sosial medianya. Untungnya akun sosial medianya tidak di privat sehingga aku dengan mudahnya menggali informasi tanpa perlu akun palsu. Semua postingan miliknya kebanyakan makanan dan minuman. Foto dirinya bahkan bisa dihitung dengan jari saking sedikitnya. Itu pun juga fotonya saat memasak.
Laki-laki dengan nama belakang Sagara tersebut bukan dari keluarga yang biasa. Damar Sagara, seorang dokter spesialis jantung terbaik dan mempunyai sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di jagat raya. Beliau adalah Ayah dari Rezal, yang ku ketahui dari sebuah artikel yang membahas keluarga Sagara.
Rezal tidak sebanding denganku. Aku hanya dari keluarga biasa. Bagaimana dia bisa jatuh cinta dengan seorang yang hanya bekerja sebagai asisten designer seperti aku. Seharusnya dia memilih seorang dokter yang sesuai dengan profesi yang dimiliki keluarga besarnya.
"Ngelamun apa sih, Dek?" tanya Mbak Andrea membuat lamunanku buyar. "Kamu katanya ke rumah mau diajarin buat kue, kok malah melamun."
Sekarang aku berada di rumah Mas Endaru dan Mbak Andrea yang baru saja dibeli mereka beberapa minggu yang lalu. Rumah ini tidak jauh dari rumah orang tuaku, hanya berjarak sekitar 500 meter saja. Dan soal membuat kue, sebenarnya hanya alibiku saja agar bisa menghindar dari Rezal. Setahuku dia belum tahu rumah ini. Karena Mas Endaru dan Mbak Andrea baru pindahan minggu lalu. "Eh iya mbak. Mbak Andrea jago bikin kue-kue dan roti, kenapa gak buka toko kue gitu mbak? Atau jualan online gitu. Sekarangkan lagi jamannya jualan online mbak. Sekadar saran mbak, hehe."
"Mbak juga pengen, Gab. Tapi takut mencoba. Temen mbak cuma dikit, siapa juga yang mau beli."
"Gini mbak... kalau kita takut mencoba, itu namanya menyerah sebelum perang. Nanti aku bantu promosi deh, temenku juga dikit sih." Aku terkekeh mengingat sosial mediaku saja sepi banget. "Atau nanti aku suruh Rezal aja prom—"
Aku membungkam mulutku karena reflek menyebut nama Rezal. Mbak Andrea tertawa melihatku yang panik. "Iya-iya yang punya pacar chef terkenal."
"Apaan sih mbak, belum jadian juga."
"Oh... belum jadian ya... Berarti berharap jadian dong," goda Mbak Andrea sambil mengaduk adonan roti menggunakan mixer.
Aku mengerucutkan bibirku. "Mbak sini, aku saja yang mixer. Nanti tangan mbak Andrea pegal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Palpable [Selesai]
Romance#Love and Hapinness 2 Perempuan keras kepala yang bertahan dengan rasa sakit. Bukannya mengobati luka, justru membuat luka untuk dirinya. Kapan menyerah? Kapan mau mencari obat untuk lukanya? Dan sampai kapan mengabaikan seseorang yang menawarkan di...