BAB 26 - BERITA DUKA

735 52 0
                                    

BAB 26 - BERITA DUKA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 26 - BERITA DUKA

Sekarang, aku dan Rezal sudah berada di mobil milik laki-laki tersebut. Kita meninggalkan suami istri yang kompak menggoda aku dan Rezal. Respon Nesta diluar dugaanku, aku kira dia akan mengejekku karena selama ini aku menolak Rezal justru akan menikah dengannya. Ternyata dia justru sangat mendukung dan terlihat lega.

"Zal, bukannya orang tua kamu masih seminggu lagi pulangnya?" tanyaku kepada Rezal. Seingatku ini baru seminggu, dan orang tua Rezal liburannya selama dua minggu.

Ku lihat Rezal tersenyum, kemudian melirikku. "Iya supaya lebih cepat ke rumah kamu, Gab."

"Jangan cepat-cepatlah, Zal. Ini aja aku mau ketemu orang tua kamu gemetar. Mereka kalau gak suka aku bagaimana?"

"Bukannya kamu sudah kenal Mama, ya?" tanya Rezal saat berhenti di lampu merah.

Aku mengangguk pelan. Aku memang sudah mengenal Mama Rezal, tapi beliau mengenalku sebagai karyawan Nesta. Beliau juga mengenalku sebagai perempuan yang punya kekasih. Apakah Rezal sudah menceritakan semuanya? "Orang tua kamu tahu kalau orangnya adalah aku?"

"Belum," jawab Rezal sambil terkekeh.  "Biar surprise, Gab. Aku cuma mau bilang, 'Pa, kalau Papa pulang... Temani Rezal melamar anak orang, ya!' terus Papa menyingkat liburannya jadi seminggu gara-gara Mama merengek pulang."

Aku semakin deg-degan. "Zal, kalau orang tua kamu gak suka aku bagaimana?"

Rezal meraih salah satu tanganku kemudian menggenggamnya erat. Setelah itu dia berbicara dengan suara lembut, "mereka pasti senang punya menantu kamu."

•••Palpable•••

Tanganku dalam genggaman Rezal, kita sedang berjalan menuju kedatangan domestik. Rasanya jantungku berdetak lebih kencang, dan perutku terasa mulas. Ini memang bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang tua dari laki-laki yang mempunyai hubungan denganku. Akan tetapi, kini statusnya berbeda. Aku dikenalkan bukan sebagai kekasih, melainkan seorang calon istri. Duh, menyebut calon istri benar-benar membuat perutku semakin mulas.

Dalam genggaman Rezal, aku merasa sangat nyaman. Rasanya ingin terus dalam genggamannya dan tak ingin terlepas. Rezal memang orang baru dalam kehidupanku, namun dia berhasil membuat duniaku begitu berarti. Aku sangat bersyukur dipertemukan dengannya.

"Kenapa senyam-senyum?" tanya Rezal ketika kita sudah berhenti berjalan. "Sudah gak deg-degan?"

"Gak papa," jawabku sambil menundukan kepala, menyembunyikan semburat merah yang kini menghiasi kedua pipiku.

Rezal meraih daguku, membuatku wajahku ini mendongak ke arahnya. "Kamu cantik kalau malu-malu."

"Ehem." Suara deheman dari sepasang suami istri di depan kami membuatku melepas genggaman kita. Namun, Rezal justru meraih pinggangku hingga aku kembali di dekatnya dengan lengan kokoh yang memeluk pinggangku.

Palpable [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang