BAB 4 - MALIOBORO
Aku menapakkan kaki di jalan Malioboro. Jalan yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga Kantor Pos Yogyakarta. Dengan langkah perlahan aku melewati tempat yang kini tengah ramai. Menikmati suasana keramaian di sini.
Kakiku tak lelah, terus berjalan dan berjalan. Hingga tak sadar ada seseorang yang kini tiba-tiba hadir di sampingku. Menampakan senyuman manisnya ketika aku menoleh ke arahnya. Seketika aku terkejut dan langsung memberhentikan langkah kakiku.
"Ngapain kamu di sini?" tanyaku dengan nada suara sinis.
"Halo... Gabriela." Bukannya menjawab, seseorang di sampingku ini justru menyapaku dengan nada suara yang dibuat-buat.
"Apaan sih..." Aku menatapnya curiga. "Ngapain kamu di sini? Mengikuti saya ya?"
"Ge er kamu, tadi saya kebetulan dari toko itu." Dia menunjukan sebuah toko yang berada di seberang jalan. "Terus lihat seorang cewek yang lagi berjalan sendirian. Kasihan kan, lalu saya temani deh."
Aku langsung memutar bola mata jengah mendengar ucapannya. "Saya tidak butuh di temani."
"Ah... masa?"
"Ya," jawabku cuek lalu duduk di salah satu bangku di dekatku.
"Tapi saya mau menemani kamu." Dia ikut duduk di sampingku.
"Bodoamat."
"Kamu kenapa sih Gab?" tanyanya membuatku menoleh ke arahnya.
"Kenapa apanya?" tanyaku balik.
Dia diam, seketika semua terasa hening. Dia tidak menjawab. Aku pun tidak bersuara. Sebenarnya aku cukup paham dengan pertanyaannya. Tapi seolah tak tahu dan justru bertanya balik.
"Saya tahu sebenarnya kamu paham."
"Hm..." Aku lalu menghela nafas sebelum berbicara. "Maksud kamu, kenapa aku selalu tidak suka dengan kehadiranmu?"
Laki-laki di sampingku ini mengangguk. "Kamu risih ya saya selalu berusaha mendekati kamu?"
Matanya terlihat sayu saat mengucapkan pertanyaan itu. Aku pun merasa bersalah dengannya. Bukannya aku risih akan kehadirannya. Tapi... ada alasan yang belum bisa aku jelaskan kepadanya. Haruskah aku jujur kepadanya? "Saya gak risih sama kamu. Tapi saya ada alasan yang belum saya jelaskan."
"Aasan apa? Kamu sudah punya pacar?"
Pertanyaannya membuat aku terdiam. Mungkin saat ini waktu yang tepat untuk jujur. Agar semua jelas dan tidak ada kesalahpahaman lagi.
"Iya," jawabku pelan.
"Sudah ku duga." Dia nampak kecewa. Matanya terlihat sayu dan raut mukanya terlihat berubah.
"Rezal," panggilku dengan suara pelan namun masih terdengar olehnya. Rezal pun langsung menoleh ke arahku. "Jujur saya sudah punya pacar. Maka dari itu saya selalu tidak menanggapi kamu bahkan menghindari kamu."
"Saya mengerti."
"Kamu, kamu gak papakan?" tanyaku hati-hati. Ini kedua kalinya saya melihat Rezal menjadi pendiam. Padahal aslinya dia selalu berbicara tak mampu diam.
Dia terkekeh, ah tidak, dia tertawa hambar. "Saya emang kenapa?"
Aku tersenyum. "Gak usah sok gak tahu. Saya pernah melihat kamu seperti ini ketika melihat Nesta bersama Adnan dulu."
Rezal ikut tersenyum. "Kamu hafal sikap saya eh? Suka memperhatikan ni?"
Alhamdulillah, Rezal sudah kembali seperti biasa. Aku merasa lega meskipun aku masih merasa bersalah. Aku tak mengira Rezal akan secepat ini move on dari Nessa. Bukannya aku ge er, tapi melihat sikap dan perilakunya kepadaku hampir sebulan ini membuatku paham jika dia ingin mendekatiku.
Aku juga berfikir. Apakah dia mendekatiku hanya untuk mengalihkan pikirannya tentang Nesta. Semua masih tanda tanya, belum bisa aku pertanyaakan.
"Sebenarnya kamu mendekati saya karena apa, Zal?" tanyaku akhirnya berani bertanya sejujurnya.
"Karena saya tertarik sama kamu." Aku menatapnya, menunggu kalimat yang akan dikatakan Rezal lagi. "Saya memang pernah menyukai Nesta. Tapi saat bersamamu saya sadar, ketertarikan saya kepada Nesta hanya karena rasa penasaran saya. Kamu tahu sendiri, Nesta itu anti sama laki-laki waktu itu."
"Lalu..." Aku ragu untuk bertanya ini, tapi dalam benak hatiku mengatakan harus bertanya. "Memang ketertarikan seperti apa yang kamu rasakan dengan saya?"
Laki-laki di sampingku ini tersenyum, sebuah senyumaj yang manis dan terlihat ketulusan. "Lebih dari sekedar suka."
"Zal?" Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kekerkejutanku. Maksudnya lebih dari suka itu cinta bukan?
"Its okay, Gab. Jangan terlalu dipikirkan." Aku masih dalam rasa terkejut. Menatap Rezal dengan raut muka tidak percaya. "Hei... Kamu gak kesambetkan, Gab?"
Aku tersenyum miris. Merasa bersalah telah mematahkan hati seseorang. "Maaf, Zal."
"Gak masalah, Gab. Saya mengerti kok. Dan percayalah kalau memang kita ditakdirkan untuk bersatu dan berjodoh pasti suatu hari nanti akan dipertemukan dan disatukan."
Aku menganggukan kepalanya. "Kita tidak tahukan semua ini berakhir bagaimana? Kita masih bisa berteman kok meskipun kita tidak ditakdirkan bersama."
"Iya." Dia tersenyum. "Oh iya btw, mana kekasihmu? Saya tidak melihat dia pernah bersamamu. Makanya saya tahunya kamu sendiri."
"Dia ada di Palembang. Kita backstreet, hanya keluarga dan sahabatku yang tahu."
Rezal akan menjawab, namun kedahuluan suara dering telfon di ponselku. Aku pun segera melihat dan terlihat nama seseorang yang mengisi hatiku selama tiga tahun ini.
Gentha Giyanta
"Halo, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, sayang. Gimana? Masih marah sama Ibu."
Aku tersenyum mendengar suara yang selama ini aku rindukan. "Sudah tidak. Malioboro selalu membuat marahku hilang."
"Ibu kamu ada benarnya loh. Kamu gak capek kerja di tempat orang terus? Kamu bisa buat butik sendiri, sayang."
"Kamu sama saja seperti Ibu." Aku menggerutu kesal.
Terdengar suara tawa di sana. "Iya-iya gak ngomong gitu lagi. Jangan marah sayangku."
"Udah ya. Aku mau pulang. Assalamu'alaikum."
Setelah aku mendengar jawaban salam dari Gentha aku pun mematikan telfonnya. Aku senyum-senyum sambil melihat layar ponselku yang terpampang wajah tampannya.
"Ehem." Aku menoleh, tak sadar bila Rezal masih ada di sampingku.
"Jadi itu pacar kamu?" tanyanya.
Aku menganggukan kepalaku. "Iya."
"Oh..."
•••Palpable•••
Selamat malam minggu😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Palpable [Selesai]
Romance#Love and Hapinness 2 Perempuan keras kepala yang bertahan dengan rasa sakit. Bukannya mengobati luka, justru membuat luka untuk dirinya. Kapan menyerah? Kapan mau mencari obat untuk lukanya? Dan sampai kapan mengabaikan seseorang yang menawarkan di...