Happy reading chingu!
.
.
.Sudah satu minggu sejak kepergian nenek Kim dan hari berkabung itu sudah terlewati dengan normal. Tak ada lagi sisa kesedihan karena semuanya telah berjalan seperti hari-hari biasa.
Amanda kembali beraktivitas sebagai mahasiswi di kampusnya dan Seokjin yang kembali sibuk dengan urusan pekerjaannya di restoran. Semuanya berjalan seperti sedia kala.
Sampai hari ini entah apa yang salah. Tiba-tiba saja terjadi keributan di restoran milik pria bermarga Kim itu. Seorang pelanggan dan salah satu pelayan terlihat berseteru entah meributkan apa, bahkan Seokjin sendiri sampai harus turun tangan untuk menghadapi keributan yang terjadi.
"Ada apa ini?" Tanya Seokjin menatap sekelilingnya. Tampak beberapa pelanggan lain yang saling berbisik karena merasa terganggu. Suasana tampak kacau sekali, nampan yang berserakan, piring dan gelas yang pecah serta makanan yang tidak bisa di katakan bernilai murah berceceran terbuang di atas lantai.
"Lo owner restorannya?" Seorang wanita dengan dress hijau muda bertanya kepada Seokjin.
"Benar. Saya owner nya."
"Semua pelayan lo emang gak bermutu ya? Lihat! Dia udah numpahin makanan ke baju gue. Harga baju gue bahkan lebih mahal dari isi restoran ini!"
Kim Seokjin menatap pelayannya yang tertunduk. Raut wajah lelaki itu tampak tenang, bahkan tak ada emosi sedikitpun saat mendengar kata-kata kasar yang di lontarkan sang wanita.
"Benar, kamu yang numpahin semua makanan ini?" Tanya sang owner.
Sang pelayan mengangguk pelan dan menjawab dengan suara yang bergetar. "I-iya chef. Sa-saya tidak sengaja karena kesandung kaki meja. Ta-tapi awalnya cuma minumannya saja yang tumpah dan saya juga sudah minta maaf, tapi nona ini malah mendorong saya sampai makanannya tumpah semua."
"Eh! Kenapa lo jadi nyalahin gue sekarang!"
Saat Seokjin ingin menyela, seorang security tiba-tiba saja datang dan terlihat membisikkan sesuatu kepadanya. Security itu menjelaskan semua yang di lihatnya dari ruangan keamanan, membuat Seokjin mengangguk lalu meminta sang security menyerahkan flashdisk yang di bawanya.
"Maaf. Tapi berdasarkan hasil cctv yang di pantau security kami, kalau semuanya yang di katakan pelayan saya tadi benar. Dan kalo anda masih tidak terima kami bisa meminta keterangan dari pelanggan lain yang melihat kejadian secara langsung."
"Apa? Jadi maksud lo yang salah itu gue?!" Wanita itu maju satu langkah, matanya memandang tajam Seokjin yang masih terlihat tenang tanpa emosi sedikitpun. Membuat wanita itu menggeram karena merasa kalau harga dirinya di rendahkan dengan ekspresi memuakkan itu.
"Saya tidak bilang kalo pelayan saya tidak salah. Saya minta maaf atas kesalahan yang terjadi. Tapi bukannya di sini anda juga salah karena sudah mendorong pelayan saya dan membuat keadaan semakin memburuk. Tidak hanya anda, saya juga di rugikan di sini."
Wanita itu tertawa sarkas. Ia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. "Lo emang gak tau siapa gue rupanya."
"Saya di sini tidak ingin membesar-besarkan masalah. Tapi kalo anda memang ingin membawa masalah ini dengan serius, saya punya bukti dan banyak saksi mata yang siap angkat bicara." Seokjin menunjukkan flashdisk di tangannya. Sang wanita yang tahu kalau benda itu adalah rekaman cctv restoran langsung mematikan ponselnya dan menatap Seokjin nyalang.
"Tapi jika anda ingin semuanya di selesaikan secara baik-baik saya rasa anda boleh angkat kaki dari sini karena saya tidak mau kenyamanan costumer saya yang lain jadi terganggu."

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanfictionKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...