Happy reading chingu!
.
.
.Kedua laki-laki itu duduk berhadapan di teras depan restorant 'Osteria Francescana', selain karena di luar sini lebih terasa nyaman karena tak banyak pengunjung, juga karena keduanya ingin menikmati suasana sejuk di penghujung musim gugur.
Soobin menikmati dessert tiramisu dan creme brulee miliknya dengan nikmat, sesekali mulutnya akan menggembung lucu sangkin banyaknya melahap kudapan manis tersebut.
"Enak bang. Dessertnya menu baru ya? Gak pernah nyoba sebelumnya." Tanyanya kepada lelaki dewasa di depannya.
Seokjin mengalihkan tatapan dari ipad di tangannya kepada sang adik sepupu, mengangguk sekilas.
"Iya, pastry chef baru ngeluarin minggu ini."
Yang lebih muda mengangguk saja, masih fokus menikmati makanannya sampai habis tak bersisa.
"Tambah lagi, bang."
Seokjin menatap semua piring di atas meja yang licin seperti habis di cuci. Pantas saja badan Soobin tinggi menjulang macam tower, selain suka mengkonsumsi susu makannya pun juga banyak. Tak heran sih.
Seokjin memanggil salah satu pelayan restorantnya.
"Ya chef, ada pesan yang anda inginkan lagi?" Tanya pelayan pria itu sopan, dia menyerahkan buku menu saat Soobin memintanya.
"Dessert tiramisu satu sama almond peanut butter pancake."
"Baik pak, mohon di tunggu sebentar."
Soobin mengangguk saat sang pelayan undur diri. Pemuda tampan itu langsung menyender ke kursi dengan muka sumringah. Senang sekali bisa makan banyak, gratis pula.
"Dasar rakus." Sahut Seokjin masih tak mengalihkan fokusnya dari ipad. Soobin sendiri pura-pura tak mendengar.
"Bang gimana?" Tanyanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Apanya?"
"Benih-benih udah ada belom?"
Seokjin menatap Soobin dengan kening yang mengernyit bingung. Benih? Seingat Seokjin dia tak ada menanam apapun deh, kenapa pula Soobin tiba-tiba jadi membahas pembenihan kepadanya?
"Gue gak lagi berkebun. Gak punya benih."
Terdengar helaan nafas dari yang lebih muda. "Cinta bang, benih cinta maksud gue, astaga."
Soobin membuang pandangannya ke jalanan di depan, bergumam pelan. "Bolot banget dah, dasar orang tua."
Terdengar jelas sebenarnya di telinga Seokjin, tapi pria itu hanya menanggapinya sebagai angin lalu semata. Rasanya tak sudi bila harus ikut-ikutan meladeni tingkah kurang ajar adiknya itu.
"Gimana? Udah ada perasaan sama istri lo?"
Usapan scrool di layar ipad itu terhenti. Meski begitu kedua mata Seokjin tetap tak beralih dari benda elektronik di tangannya tersebut. Lelaki itu masih saja diam mendengarkan ucapan Soobin.
"Setidaknya perasaan nyaman yang lo rasain sama dia pasti ada kan?"
Kini Seokjin meletakkan ipadnya ke atas meja. Di tatapnya sang adik di sebrang meja dengan pandangan datar. "Gak ada."
Soobin terlihat tak percaya. Dia melipat tangannya di dada dan balik melemparkan tatapan menantangnya.
"Gak mungkin, kalo lo emang gak ada rasa kenapa waktu itu mau-mau aja nerima perjodohan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanfictionKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...