Happy reading chingu!
.
.
.Amanda merebahkan tubuhnya di sofa depan tv, sebelah tangannya terangkat—memijit-mijit sebelah pelipisnya yang berdenyut sakit.
Siapa sangka, kedatangan Serin di rumahnya sanggup membuat emosi Amanda naik hingga ke ubun-ubun. Entah memang sudah tabiatnya karena tinggal di negara bebas seperti eropa atau karena gadis itu memang sengaja ingin membuat kerusuhan di rumahnya. Yang pasti sejak kejadian di dapur tadi pagi, Serin kembali membuat ulah yang sanggup membuat Amanda mengelus dada sabar.
Dari gadis itu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya, membuka-buka nakas dan laci kemudian mengeluarkan album pernikahannya dan Seokjin. Gadis itu tertawa-tawa melihat album foto sambil gegulingan di kasurnya. Tak sadar kalau Amanda yang baru keluar dari kamar mandi, terkejut melihat tingkah lancangnya tersebut.
"Kamu ngapain?!" Amanda bertanya tak senang. Serin yang menyadari keberadaan sang pemilik kamar hanya menoleh sekilas, menutup kembali album lalu dengan langkah malas keluar dari kamar dengan wajah tanpa dosa.
Amanda hanya bisa mengelus dada sabar.
Tak sampai di situ, Serin justru kembali lagi. Dia masuk ke dalam walk in closet Amanda. Membuka-buka setiap sudut lemari dan mengacak-acak semua pakaian. Amanda yang mendengar adanya keributan di kamarnya masuk untuk mengecek. Dan saat itu juga dia membolakan mata bulatnya melihat keadaan walk in closet-nya yang seperti kapal pecah. Amanda melirik tajam si pelaku yang asik tertawa di depan kaca sambil memegang setelan jas milik suaminya.
"Coba aja kalo waktu itu gue sama kak Jin jadi nikah, pasti tiap pagi gue yang bakalan pakein dasi sama jasnya. Hihi, duh romantisnya."
Gadis sinting!
Amanda kehilangan kata. Serin ini memang punya kelainan jiwa atau terobsesi dengan suaminya. Amanda tak habis fikir. Dia pun akhirnya cuma bisa pasrah dan menyerah akan tingkah laku si gadis pirang. Membiarkan apapun yang di lakukan Serin sambil membatin 'paling kalo lelah bakalan berhenti sendiri.' Bukankah orang gila seperti itu?
Amanda memejamkan matanya, hampir tertidur sebelum deringan bel rumah membuatnya kembali sadar dan bangkit dari sofa, berniat membuka pintu.
"Biar gue aja!"
Tiba-tiba Serin berteriak dari dapur, dia berlari melewati Amanda untuk membuka pintu. Amanda membiarkannya saja, kembali merebahkan tubuhnya karena demi apa seluruh sendinya terasa lumpuh karena harus membereskan semua kekacauan yang di buat Serin.
Ceklek.
Pintu terbuka. Serin menatap seseorang di depannya yang balas menatapnya aneh. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan meluncur dari sang tamu.
"Siapa lo?"
"Lo yang siapa?"
Serin menatap angkuh sosok di depannya. Dia melipat tangannya di dada dan menaikkan dagunya ke atas.
"Sori ya, lo yang tiba-tiba datang ke rumah gue dan nanya gue siapa, lucu lo! Kalo mau ngemis jangan di sini, gue gak nampung gembel."
Serin menyunggingkan senyuman sinis saat sosok di depannya terkejut dan menunjukkan raut kesalnya. Namun selanjutnya dirinya yang justru terkejut saat sosok itu menarik lengan dan tubuhnya kasar hingga terhempas keluar rumah.
"LO GILA YA?!"
Sosok itu tak menggubris Serin yang tersungkur jatuh ke atas lantai. Dirinya justru berjalan melewati gadis itu dan masuk ke dalam rumah dengan wajah dingin.
"Amanda!"
Teriakannya menggema hingga membangunkan Amanda yang terlelap nyenyak. Amanda terduduk dengan wajah setengah sadar dan celingak-celinguk seperti orang ling-lung.
"Gue gak tau lo punya pembantu kelakuannya kayak jablay."
Amanda menoleh. Dan saat itu juga dia melihat sosok sang sahabat yang berkacak pinggang menatapnya.
"Febi? Lo kok gak bilang mau datang?"
"Shit, Amanda. Ini pertama kalinya gue ke rumah lo dan sambutan pembantu lo itu sama sekali gak ada sopan-sopannya!"
"Pembantu?" Amanda mengernyit bingung. "Gue gak punya pembantu. Lo lupa ya? Kan gue pernah bilang kalo bunda gak ngasih gue buat pekerjain pembantu."
Febi terdiam. Belum sempat dia membuka suara, seseorang yang di sebutnya pembantu itu muncul dan menyergak marah kepadanya.
"DASAR GEMBEL GAK TAU DIRI, BERANI BANGET LO MASUK RUMAH GUE DAN DORONG GUE SEENAKNYA!"
Febi menatap Serin tak minat. Lalu beralih menatap Amanda dengan tatapan tak percaya.
"Jadi lo pelihara jablay buat jaga rumah? Astaga Man, anjing lo yang di rumah lebih beretika daripada jablay jamet ini. Please lah, kalo mau melihara hewan penjaga tuh yang elite dikit."
"APA LO BILANG! GUE JABLAI?! ANJING! HEWAN PENJAGA! DASAR GEMBEL GAK TAU DIRI YA LOOO!!"
"Eh, mbak tolong. Jangan tarik-tarik kemeja saya. Ini gucci, harganya mahal—
—Lebih mahal dari harga diri lo."
TBC
*******
HALO GAISS! SAYA KEMBALI! ✌️😚😁😁
Udah lama banget ya rasanya, hahaha. Kalian kangen saya tidak???😋
TIDAK?
Hm yauda gapapa😚🤸♂️ mungkin kalian kangennya sama mas seokjin dan sekeluarga :")Karena saya kangen, makanya saya memutuskan buat update di tengah kesibukan real life yang memusingkan ini T T
Oke deh sampai sini dulu!
Borahae para warga oranye💜💜💜
-kaaafyh

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanfictionKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...