Dua puluh

148 33 36
                                        

Happy reading chingu!
.
.
.

Belum ada menginjak satu jam Seokjin meninggalkan rumah, namun Amanda sudah sangat uring-uringan sekali. Bahkan sepertinya pesawat yang di tumpangi pria itu masih mengudara bebas di langit sana, tapi ia sudah merasa sebegini rindunya. Sejenak Amanda merasa kesal karena tadi tak bisa ikut mengantar suaminya ke bandara karena harus mengikuti kelas di kampus.

"Gak usah galau, suami lo cuma pergi dua minggu bukan pergi ninggalin dunia."

Soobin yang duduk santai di tempatnya membuka suara. Membuat Amanda mengernyit kesal bahkan hampir melemparkan bantal sofa yang ada di pangkuannya.

"Ngapain kesini?"

Soobin menyesap tehnya dengan pelan sebelum menjawab. Setelah puas menikmati hidangan, ia kembali meletakkan gelas ke atas meja. "Pesan bapak Seokjin. Gue di suruh nemenin lo biar gak galau terus kayak janda yang di tinggal mati suami.

"Soobin!"

Pemuda itu terkekeh tanpa dosa, lantas menyeletuk dengan jahilnya. "Bucin banget, mbak."

Amanda memberikan respon berupa delikan maut. Soobin yang di tatap sedemikian tajamnya hanya tertawa keras. Entah mengapa, semenjak Amanda berani mendeklarasikan perasaannya secara terang-terangan terhadap sang kakak, Soobin senang sekali menggoda gadis itu.

"Jadi istrinya chef Kim Seokjin mau di temenin kemana nih? mall, kebun binatang, lotte world—atau mau langsung di antar ke macau?"

"UBINNN!"

"HAHAHA..."

Serin yang baru saja keluar dari kamar, menghentikan langkah saat indra pendengarnya menangkap kerusuhan yang terjadi. Tujuan awalnya yang ingin pergi ke dapur lantas seketika berubah haluan menuju ruang tamu. Kedua sorot mata kembar itu memicing saat mendapati lelaki asing di depan Amanda. Bahkan Serin hampir saja mengira kalau pemuda itu adalah selingkuhan Amanda sebelum wajah familiar sosok itu mengingatkannya akan seseorang.

"Soobin! Choi Soobin ini beneran lo kan?!!"

Serin langsung berlari menerjang Soobin, menarik pipi pemuda itu sembari di gerakan ke kiri dan ke kanan. Soobin yang mendapati perlakuan tiba-tiba tersebut tentu saja merasa terkejut.

"Astaga Bin! Kemana muka cupu lo yang dulu, kenapa sekarang berubah jadi oppa-oppa. Lo operasi plastik ya?!"

Rasanya kepala Soobin akan lepas jika terus-terusan di tarik seperti ini. Pemuda itu melepaskan kedua tangan itu dari wajahnya, lalu mengelus pipinya yang terasa sakit. Ia menatap wajah gadis di depannya, sempat mengernyit heran karena tak mengenali. Sebelum akhirnya ingatan itu muncul dan kedua bola mata hitam itu pun memutar malas.

"Serin dari dulu gak berubah ya, masih aja nyebelin."

Serin memalingkan muka kesal mendengar respon Soobin. Apa-apaan, kenapa respon Soobin seperti itu sih. Masih dengan wajah kesalnya, Serin kembali menatap lelaki itu dengan lirikan curiga.

"Operasi di mana lo, bisa sebagus ini. badan lo juga kenapa jadi atletis begitu, pasti elo sedot lemak ya? Kan dulu badan lo gendut!" Ucap Serin dengan tangan menuding. Rasanya sungguh tak percaya melihat penampilan Soobin seperti ini. Dulu yang Serin ingat, adik sepupu dari Seokjin ini adalah anak yang sangat cupu, gendut dan suka sekali mengintilinya dan Seokjin kemanapun. Tak jarang juga dulu Serin suka diam-diam mendorong atau memarahinya karena memang badan Soobin saat itu jauh lebih kecil di banding dirinya. Tapi lihatlah sekarang. Bagaimana bisa ia setinggi ini bahkan mungkin melebihi Seokjin.

"Suka-suka deh, Rin." Ucap Soobin akhirnya. Ia pasrah saja karena memang dulu fisiknya tak seperti ini. Tapi setiap manusia itukan bisa upgrade dan punya kemampuan merubah diri. Walau Soobin bisa merubah dirinya, tapi tetap saja operasi plastik bukanlah jalan pilihan Soobin untuk bisa glowing. Bisa-bisa yang ada ia di gantung hidup-hidup sama orang tuanya kalau ketahuan merubah wajah.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang