Happy reading chingu!
.
.
.Febi melangkah masuk ke dalam mansion besar milik sahabatnya. Kedua tungkainya berjalan santai dengan sebelah tangan di saku jeans serta mulut yang bersiul-siul menyenandung nada. Saat di ruang tamu dirinya sempat berpapasan dengan sang pemilik rumah yang terlihat tergesa-gesa dengan tas jinjing di tangan.
"Mau kerja, kak?" Febi yang berpapasan dengan sang pemilik rumah, menyapa ramah.
Seokjin yang tampak terburu-buru hanya mengangguk sekilas. Ekspresi wajahnya terlihat kesal dengan kerutan samar di dahi. Febi tertawa dalam hati. Dia tahu apa penyebab wajah tampan itu begitu muram.
"Masuk aja, gabung sarapan sama mereka."
Terlampau hapal dengan aktivitas Febi yang seminggu ini selalu bertandang ke rumahnya. Seokjin jadi terbiasa melafalkan kalimat yang sama saat gadis itu datang.
"Tolong jaga mereka ya, bisa adu gulat kalo di tinggal berdua aja."
"Siap. Hati-hati kak!"
Febi melambaikan tangan saat Seokjin melangkah pergi. Dan saat punggung lebar Seokjin telah menghilang di balik pintu, gadis itu pun melangkah menuju dapur.
"Wow! Apakah di sini baru aja ada aktifitas makhluk supranatural?"
Keadaan dapur yang seperti kapal pecah sukses membuat Han Febi membulatkan matanya. Berantakan sekali, belum lagi suara dentingan besi yang beradu membuat sakit telinganya.
Mendengar suara seseorang, Amanda dan Serin yang tadinya saling adu senjata dengan sudip dan penggorengan seketika menghentakan pertikaian. Benar kata Seokjin, belum ada lima menit di tinggalkan kedua gadis itu sudah saling adu gulat.
"Febi?"
"Dih! Lo lagi lo lagi, ngapain sih lo tiap pagi kesini? gak punya rumah ya lo!"
"Iya gak punya rumah gue, gue kan miskin." Jawab Febi sekenanya, dia lantas menatap Serin dengan muka kalem. "Sama kaya lo. Elo kan numpang disini."
*******
"Lo gak bosen apa tiap pagi kesini?"
Amanda yang duduk di depan meja rias menatap pantulan siluet sahabatnya dari balik cermin.
"Kenapa? Gak suka kalo gue sering dateng?"
"Bukan gitu." Amanda buru-buru menyaut saat suara sahabatnya itu terdengar tersinggung.
"Rumah lo dari sini kan jauh. Emangnya gak capek apa, tiap hari jauh-jauh dateng cuma untuk ngajak gue pergi ngampus bareng? Kita itu beda kampus, kalo lo lupa."
Iya. Selama seminggu ini Febi rutin sekali menjemput Amanda untuk berangkat ke kampus bareng. Alasan saja kalau di bilang. Karena sebenarnya bukan alasan itu yang membuat Febi jadi sering mengunjungi kediaman Amanda akhir-akhir ini.
"Kalo lo emang kasian, cuma satu solusinya. Usir ular itu dari rumah lo, beres."
Amanda berbalik. Menatap Febi yang tiduran dengan posisi telentang di kasurnya.
"Gue gak punya hak buat ngusir Serin."
Febi tiba-tiba bangun, beralih posisi menjadi duduk di atas kasur. "Ya ada dong! Lo kan tuan rumahnya."
"Gak bisa, Febi. Gak segampang itu, Mas Seokjin pasti gak bakalan setuju." Amanda menundukkan kepalanya, tangannya bertaut saling meremas halus. Tiba-tiba saja bayangan Seokjin yang tampak tak suka saat Amanda meminta Serin untuk tinggal di rumah kakak iparnya, terlintas kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanficKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...