Tiga puluh delapan

191 30 17
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

"Febi... gue mohon, bawa gue pergi sejauh mungkin... gue gak mau disini... gue gak mau disini lagi."

Febi menatap Amanda yang saat ini memohon frustasi padanya. Meski begitu gadis itu tetap saja terdiam tak merespon seolah saat ini di hadapannya tak ada siapapun.

Hingga akhirnya Serin tiba-tiba saja muncul dan mendorong Febi hingga membuat gadis itu terhuyung ke belakang.

"AMANDA LO KENAPA!?" Serin menghampiri Amanda. Terkejut melihat keadaan gadis itu yang amat begitu kacau. Tak kunjung mendapat jawaban dari yang di tanya, Serin lantas melirikkan matanya kepada Febi.

"LO APAIN HAH!!!" Teriaknya emosi. Febi yang tak tahu menahu tiba-tiba di teriakin seperti itu tentu saja balas berteriak.

"APASIH BUKAN GUE!"

Keduanya hampir saja saling menerkam sebelum Amanda dengan sigap menahan tangan Serin dan menggeleng.

"Mas Seokjin, aku... aku gak mau ketemu mas Seokjin lagi."

Serin mematung mendengarnya. Bergitu pun Febi yang saat ini diam-diam mengepalkan tangannya erat. Tapi tiba-tiba saja bayangan saat mereka bertengkar waktu itu muncul kembali hingga membuat amarah Febi bangkit seketika.

"Terus lo ngapain lari kesini?" Febi berkata dingin, menatap tajam Amanda yang kini menunduk menahan isakannya. "Lo pernah bilang kan kalo gue harus sadar diri buat gak ikut campur urusan rumah tangga lo. Tapi sekarang ngapain lo kabur kesini, hah? Gue bukan orang tua lo, gue cuma orang asing kan, iyakan! Jadi gak usah ngadu atau ngerengek sama gue!!!"

Plak!

Serin memukul belakang kepala Febi. Membuat gadis itu mengaduh lalu melototkan matanya kesal. Bukannya takut, Serin justru ikut melototkannya matanya tak kalah seram.

"Gak usah sok drama lo. Lihat kondisi, Amanda lagi down jadi mendingan singkirin dulu ego lo itu, ngerti!"

Setelahnya Serin menarik Amanda masuk, meninggalkan Febi yang saat ini menyumpah serapahi gadis pirang itu sambil mengusap kepalanya yang sakit.









Amanda menceritakan semuanya. Dari kejadian saat mendapatkan pesan foto pertunangan suaminya hingga Jia yang pagi tadi tiba-tiba datang dan membawa kabar menyakitkan untuknya.

Serin yang mendengar hal itu tak berhenti mengibas-ngibaskan tangan ke wajahnya yang memerah akibat menahan gejolak emosi.

Sementara Febi yang duduk di hadapan kedua gadis itu juga diam-diam menahan amarah. Walau raut wajahnya terlihat datar seolah tak perduli tentang keadaan Amanda, namun siapa sangka gadis itu diam-diam sudah menyusun sebuah rencana untuk melindungi sahabatnya itu.

"Gue tinggal sebentar. Gue tau kalian pasti butuh waktu privasi buat ngobrol berdua." Serin mengusap bahu Amanda sembari tersenyum meyakinkan.

"Dan lo awas aja kalo buat Amanda sampe nangis lagi, gue cekek beneran lo pake tali tambang." Febi memutar bola matanya saat Serin memberikan ancaman kepadanya.

"Ingat! Jaga ucapan lo, jangan kasar-kasar banget, gimana pun Amanda tetap—"

"Iya, Iya! Bawel. Sana lo!"

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang