Happy reading chingu!
.
.
.Suasana gelap dan sepi menyambutnya. Kaki jenjang berbalut celana bahan hitam itu melangkah masuk melewati pintu rumah. Dirinya sempat melirik jam besar yang ada di ruang tamu yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Larut sekali.
Dengan sisa kepenatan yang melekat di tubuh, akhirnya dia membawa kedua kakinya menaiki tangga satu-persatu.
Saat sampai di kamar, lagi-lagi suasana minim dari lampu tidur yang merangsek ke penglihatannya. Seokjin melirik seseorang yang tertidur di atas kasur, terkekeh kecil melihat sang istri yang bergelung di dalam selimut persis seperti bayi. Lantas setelahnya pria kepala tiga itu berjalan ke arah walk in closet.
Seokjin melepaskan jam tangannya dan menyimpannya kembali ke dalam laci. Sebelah tangannya lalu beralih membuka kancing kemeja abu-abunya satu-persatu.
"Mas."
Gerakan tangannya terhenti pada kancing yang ketiga. Seokjin berbalik, menatap Amanda yang berjalan ke arahnya sambil mengucek-ngucek kedua mata.
"Baru pulang?"
"Iya. Tadi sempat ada beberapa kendala waktu rapat."
Amanda mengangguk samar. Dia lalu terdiam, mendengung pelan namun kata-katanya justru tertahan di bibir. Seokjin yang menangkap kegelisahan itu membuka suara.
"Kenapa? Ada yang mau di omongin?"
"I-itu mas. A-aku mau minta maaf."
Seokjin terkekeh. "Selain hobi ngambek, ternyata Amanda juga hobi minta maaf ya."
"Bu-bukan gitu mas." Amanda menyela, dia menunduk dan meremas ujung piyamanya.
"A-aku minta maaf, karna udah nuduh mas yang macam-macam."
Seokjin membolakan matanya. Menutup mulutnya dramatis sementara wajahnya terlihat menunjukan ekspresi terkejut yang di buat-buat.
"Kamu nuduh mas? Duh! Sungguh teganya." Ucapnya sambil menunjuk Amanda dengan raut wajah yang terlihat seperti orang tersakiti.
Amanda manyun seketika. Ini kenapa suaminya tak pernah bisa serius sih kalau di ajak ngomong? Padahal kan Amanda sudah capek menyiapkan mental untuk meminta maaf.
"Mas, ih!" Bahu Seokjin di pukul keras, membuat empunya meringis kesakitan karena merasakan pedasnya tangan sang istri.
"Aku tuh mau minta maaf karena udah nuduh mas. Aku fikir mas balik ke kantor buat nemuin Serin dan nyuruh dia tinggal di sini."
Seokjin mengernyitkan keningnya. "Serin di sini?"
Amanda mengangguk. "Iya. Tadi dia tiba-tiba datang, terus sekarang ada di kamar tamu di bawah."
Terdengar sebuah helaan nafas berat yang keluar. Seokjin melangkah keluar dari walk in closet di ikuti Amanda yang mengekor di belakangnya.
"Mas mau kemana?"
"Mau bicara sama Serin. Dia udah kelewatan."
Amanda terdiam di tempat. Duh, Amanda tak bermaksud untuk menjadi seorang pengadu, sungguh! Dia hanya berfikir kalau Seokjin berhak mengetahui hal ini. Tapi kalau gara-garanya Seokjin sampai mengusir serin tengah malam begini, bisa gawat. Lagian yang meminta Serin tinggal di sini itu Hyera dan Amanda sudah kepalang berjanji kepada sang ibu mertua.
"Mama yang nyuruh Serin tinggal di sini, mas."
Pergerakan tangan Seokjin yang hendak membukan knop pintu terhenti. Lelaki itu membeku di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanficKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...