Dua puluh lima

132 34 38
                                        



Hai!

Masih adakah yang menanti update-an book ini?🤗










Happy reading chingu!
.
.
.

Tidak ada sosok yang sempurna di dunia ini. Hal itu rasanya sudah menjadi pemikiran yang cukup lazim, benar? Semua orang pastinya punya celah masing-masing yang kadang kala menjadi nilai insecure pada saat-saat tertentu.

Amanda sendiri tak pernah menyadari kalau ia adalah satu dari orang-orang yang hanya memiliki celah sedikit. Amanda memiliki rasio nyaris mendekati sempurna menurut orang-orang yang mengenalnya. Keluarga, sahabat, teman-teman kampus, bahkan penjaga kantin dan cleaning service mall yang sering ia datangi saat sma dulu pun mengakui hal yang sama. Namun Amanda sendiri justru tak sependapat dengan hal itu. Amanda sering merasa insecure melihat gadis-gadis yang memiliki bentuk tubuh yang bagus dan tinggi. Merasa kecil melihat teman-teman kampusnya yang terlihat begitu cerdas dan punya wawasan luas saat di dalam kelas. Amanda selalu iri. Bahkan sangkin terlalu mengagung-agungkan kelebihan orang lain ia tak sadar kalau sosok dirinya sendiri jauh lebih murni dan polos dari manusia manapun. Dia memang tak secantik atau seahli orang lain dalam merias diri, namun Amanda selalu punya aura menyenangkan yang sanggup membuat orang-orang tersenyum karenanya. Dia memang tak secerdas atau sebijak teman kampus yang lain, tapi Amanda selalu bisa membuat orang nyaman dengan sikap jujur dan apa adanya. Dia memang tak punya badan yang bagus dan tak setinggi gadis lain pada umumnya. Namun wajah baby face yang selalu menebarkan senyuman tulus itu sanggup membuat siapa saja jatuh cinta oleh kemurnian dan kepolosan miliknya.

Seokjin mengakui hal itu. Meski dia bukan salah satu dari orang-orang yang jatuh cinta karena sosok Amanda, karena lelaki itu tahu kalau ia buta dengan perasaan. Tapi Amanda memang memiliki aura yang berbeda dari gadis manapun. Apalagi dengan penampilannya saat ini. Seokjin benar-benar pangling, bahkan sejenak tak mengenali sang istri dalam sekali pandang. Namun saat suara halus itu memanggil namanya barulah ia tersadar jika sosok di depannya ini memang benar Amanda.

"Gi... gimana?" Pertanyaan barusan memang terdengar ambigu, namun Seokjin paham sekali kalau istrinya itu sedang bertanya mengenai penampilannya.

Seokjin menurunkan pandangannya. Menatap hells setinggi 7 cm berwarna peach di kedua kaki Amanda, lalu pandangannya naik menatap dress lace di bawah lutut dengan warna senada yang membalut tubuh istrinya. "Bagus."

Amanda tiba-tiba cemberut. Ia tak puas mendengar jawaban Seokjin. Amanda menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggung, menggigit bibir bawahnya gugup. "Ka... kalo yang lain, gimana?"

Seokjin mengalihkan pandangannya, menatap Amanda lekat. Wajah yang biasanya terlihat polos dan terkesan baby face itu kini tersamarkan oleh riasan tipis make-up. Membuat image polos dan anak-anak Amanda hilang seketika tergantikan oleh aura gadis dewasa yang manis dan elegan.

"Cantik..."

Pipi Amanda memanas. Gadis itu membalikkan tubuhnya, berusaha menyembunyikan pipi bulatnya yang di hiasi rona merah muda dengan kedua tangan. Padahal dia sendiri tadi yang meminta pendapat tapi giliran di puji dia juga yang malu-malu kucing seperti ini. Mungkin karena akhir-akhir ini Seokjin jadi lebih terbuka dan spontan dalam berbicara.

Amanda melirik ke belakang saat mendengar kekehan kecil suaminya. Lelaki itu sendiri tampak menawan dengan kemeja hijau army dan celana bahan berwarna putih. Rambut hitam pekat yang biasanya selalu di sisir rapi dengan poni yang di tata ke atas kini di biarkan jatuh menutupi jidat yang biasanya selalu terekspos itu. Seokjin jadi terlihat seperti senior populer yang ada di kampusnya.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang