Dua puluh tiga

143 27 17
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

Kelap-kerlip bintang berpendar saling menunjukkan kilaunya di galaxi malam. Cuaca sedang cerah, jadi kemungkinan tak ada segumpalan awan yang akan menutupi suasana indahnya malam ini. Di halaman belakang pavillun, Amanda membantu Soobin menyiapkan makan malam. Menyusun segala perlengkapan makan di meja yang sengaja di geser ke tengah halaman, sementara pria itu sibuk dengan panggangannya— membolak-balik aneka seafood bakar dengan siraman kuah saus tiram.

Febi keluar dari pintu belakang, kedua tangannya menarik sisi cardigan dan merapatkannya ke tubuh kala terpaan angin pesisir berhembus membawa hawa dingin. Langkahnya mendekat ke arah ayunan kayu di samping kolam ikan, lalu duduk di sana—tepat di sebelah Dean yang sibuk bermain gitar.

"Gue gak tau lo bisa main gitar, De?"

Dean menoleh sekilas sebelum kembali fokus dengan gitar hitam miliknya. "Gue sering ngeband kalo ada acara di sekolah. Jadi yah, bisa lah dikit-dikit main alat musik."

Kedua bola mata Febi berbinar takjub. Dean yang melihatnya tertawa karena respon tersebut.

"Dean, lo ini sempurna banget. tapi sayang gue gak demen sama berondong."

Cengiran kecil menjadi respon Dean. Sedikitnya merasa bangga saat mendengar pujian Febi barusan.

"Request lagu dong."

Tiba-tiba Serin muncul, mengambil tempat di kursi kosong depan ayunan—ikut menimbrung pembicaraan sambil mengemil popcorn karamel.

"One song, one dollar."

"Dih, penyanyi juga bukan lo pake minta bayaran segala."

"Pengamen lampu merah aja di bayar. Masa gue yang orang ganteng gini harus nyumbang suara emas gue secara cuma-cuma. Sama lo pula."

Satu lemparan berondong jagung tepat mengenai kepala Dean. Febi yang melihat hal itu pun langsung melemparkan tatapan tajamnya ke si pelaku. "Jangan sakitin dede gemas gue!"

Putaran bola mata menjadi respon Serin karena perilaku berlebihan itu. Dirinya lanjut mengemil popcorn di pangkuannya dengan kaki yang kini terlipat naik ke atas kursi.

Tak lama, sayup-sayup alunan nada  mulai terdengar saat Dean menarikan jari-jarinya dengan lihai di atas senar gitar. Lelaki muda itu bersenandung lirih, menyanyikan salah satu lagu barat yang populer.

"Oh, there she goes again... every morning it's the same."

Suara halus bercampur ngebass milik Dean sukses membuat semua pasang mata yang ada disana membulat terkejut. Seolah tak percaya mendengar vokalisasi penuh bakat itu, sementara sang objek sendiri terlihat tenggelam dengan alunan musik yang di ciptakannya—tak perduli akan tatapan takjub semua orang yang menyorot kepadanya.

Dean membasahi bibir bawahnya sekilas sebelum melanjutkan kembali nyanyiannya. "You walk on by my house... I wanna call out your name."

"Dean penuh bakat ya?"

Amanda menatap ke arah Soobin yang terlihat mencuri pandang ke arah Dean.

"Iya, dari kecil udah penuh kejutan anaknya sampe kadang suka buat orang kaget sendiri. Walau kadang sikap jahilnya sih yang lebih banyak buat kagetnya." Jawab Amanda kemudian tertawa kecil. Soobin yang melihatnya ikut tertawa tanpa sadar, sebab teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu saat dirinya sempat menjadi korban kejahilan dari remaja itu.

"Btw kalo di rumah lo juga sering bantuin bang Jin masak kayak gini ya?" Soobin membuka suara setelah sempat di isi keheningan beberapa saat.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang