Happy reading chingu!
.
.
.Dua kakak beradik itu berjalan terburu-buru menuju pintu keluar salah satu pasar tradisional yang mereka datangi. Agaknya hari ini mereka berdua kurang beruntung karena kondisi pasar yang nampak lebih ramai dari biasanya.
"Gila! Gak bakal mau lagi deh gue dateng ke tempat-tempat kayak gini!" Yang lebih muda mengomel saat keduanya sampe di sebuah halte bus yang tak jauh dari pasar.
"Udah di jadiin babu! Kegencet pula sama manusia-manusia bau keringat!"
Amanda langsung melotot tajam saat Dean dengan sengaja menjatuhkan semua kantong plastik belanjaan yang di bawanya ke atas trotoar. Bocah gendeng! Sayuran dan buah-buahan Amanda jadi pada menggelinding keluar semua kan.
"Heh, dodol! Pungut gak tuh buah sama sayurannya." Ujarnya galak sambil menunjuk ke arah barang belanjanya yang berserakan.
"Males, pungut aja sendiri. Gue capek."
Amanda jelas naik pitam. Di tendangnya tulang kering si bungsu hingga membuat bocah remaja itu mengaduh kesakitan.
"Capek ngapain lo bocil? Capek ngedumel iya! Lo di suruh bawa belanjaan bilangnya capek tapi giliran minta beli jajanan semangatnya nomor satu!"
Dean meringis mendengar ocehan kakaknya. Mau tak mau, demi menghindari tatapan orang-orang yang melihat mereka sebagai tontonan, remaja itu pun mengutipi belanjaan yang berserakan dan mengangkatnya kembali.
"Nih, udah." Katanya kepada sang kakak sambil menunjuk kedua tangannya yang membawa kantong plastik dengan wajah memelas minta di kasihani. Amanda mengangguk malas, total abai akan ekspresi wajah Dean yang cemberut.
"Kak, haus." Barangkali si bungsu ini sudah tak tahan. Dia merengek, menubrukkan bahunya ke bahu sang kakak untuk mendapatkan perhatiannya.
Amanda yang mendapatkan perlakuan demikian menghela nafas. Namun setelahnya dia menganggukan kepalanya, yang mana langsung membuat Dean bersorak senang seketika.
"Ke kafe yang di depan sana aja, sekalian ngadem nunggu jemputan."
Tanpa memperdulikan sang kakak, Dean langsung melipir menyebrang jalanan, berlari masuk ke dalam kafe yang barusan di tunjuk oleh Amanda.
Amanda menyusul bocah tengil itu. Dalam hati mencoba ikhlas karena tahu bakal di porotin habis-habisan lagi oleh si bungsu. Tapi tak apa, hitung-hitung imbalan untuk Dean karna sudah mau menemaninya dan rela terjepit di antara desak-desakkan orang-orang.
Amanda menghampiri Dean yang memilih tempat duduk di sudut kafe tepat di sebelah dinding kaca.
"Pesan gih, gue tungguin di sini." Amanda menyerahkan beberapa lembaran uang yang langsung di sambar kilat oleh Dean.
"Lo mau apa?"
"Strawberry milk latte, satu."
"Oke!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
أدب الهواةKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...