Happy reading chingu!
.
.
.Seorang pria paruh baya dengan jas expensive-nya tersenyum senang saat mendapati sosok di depannya yang kini tengah menunjukkan tatapan tajamnya, menandakan jika emosi yang sejak tadi di tahannya mulai tersulut sedikit demi sedikit.
"Bagaimana, chef? Bukankah dari semuanya karier adalah hal yang paling penting untuk anda. Saya ini bukan orang yang suka basa-basi, jadi akan lebih baik kalau anda langsung menyetujui permintaan saya—Ah! Setelah puluhan kali anda menolak tawaran saya akhirnya anda berada di situasi seperti ini juga. Hahaha... bukankah ini sangat lucu, chef Kim?"
Kedua mata Seokjin terpejam pelan, sebelum akhirnya kelopak mata itu terbuka bersamaan dengan hembusan nafas yang keluar dari bibirnya. Seokjin tidak boleh gegabah, ia harus bisa mengontrol emosinya dengan baik apalagi saat berhadapan dengan manusia licik penuh keangkuhan seperti tuan Li. Pria tiongkok itu benar-benar menggilai Seokjin rupanya, lebih tepatnya begitu terobsesi untuk menjadikannya seorang menantu dari putri tunggalnya.
Seokjin bahkan tak menyangka jika wanita yang sempat berselisih dengannya di restoran tadi siang, sekarang berada di hadapannya dengan kedua tangan terlipat di dada dengan mata yang menatap tak suka kepadanya.
Wanita ini, Jia Li—putri tunggal tuan Li yang sangat di bangga-banggakan bagaikan sebuah berlian. Rasanya Seokjin ingin tertawa geli saat bayangan tuan Li yang selalu mengagung-agungkan putrinya, mengatakan sangat cocok bila di sandingkan dengan Seokjin-ternyata tak lain hanyalah seorang wanita licik dan angkuh. Sama seperti ayahnya.
"Anda terlalu banyak berfikir, chef Kim. Bukankah ini sesuatu yang sangat menguntungkan untuk kita berdua, lalu apalagi yang anda ragukan."
Seokjin menghela nafas. Pria tua ini terlalu berambisi. Jujur saja, tak ada yang Seokjin takutkan di sini. Hanya saja ia ingin bermain-main sedikit dengan kesombongan pria itu. Ingin melihat sejauh mana kesombongan itu akan bertahan sampai Seokjin menolaknya untuk yang sekian kali.
Senyuman tipis terukir di wajah tampan si pria Kim. Seokjin mengambil gelas bertangkai di depannya, menyesap pelan-pelan champagne berkadar tinggi itu seakan menikmati setiap rasa mewah yang mengalir di rongga lidahnya.
"Saya sudah menikah, tuan Li."
Tidak terduga, reaksi tuan Li rupanya berbeda jauh dari apa yang Seokjin bayangkan sebelumnya. Pria itu justru tertawa sumbang seolah ucapan Seokjin barusan adalah lelucon paling lucu sedunia.
"Saya tau, chef. Apa anda fikir saya akan diam saja saat anda menolak lamaran saya di macau waktu itu? Oh tentu saja tidak. Haha, seharusnya anda tahu kalau saya ini adalah orang yang ambisius pada apapun, saya bisa mencari banyak informasi tentang anda termasuk informasi mengenai status anda yang ternyata diam-diam sudah menikah."
Tak ada balasan apapun. Seokjin menatap tuan Li dengan ekspresi yang tak berubah sejak tadi, masih terlihat tenang tanpa ada percikan emosi. Membuat tuan Li yang melihat respon tersebut jadi menaikkan alisnya bingung.
"Jadi bagaimana? Pilihan anda saat ini hanya satu. Karier anda hancur atau menikah dengan putri saya."
Tiba-tiba Seokjin bangkit berdiri. Kedua tangannya ia selipkan ke dalam saku celana sementara matanya menatap tuan Li begitu tajam.
"Hanya karena satu restoran saya hancur bukan berarti karier saya juga akan hancur. Anda seharusnya bisa lebih berfikir seperti seorang ayah, tuan Li. Bagaimana bisa anda menyuruh putri anda menikah dengan seorang laki-laki yang sudah punya istri. Bukan kah itu sama saja seperti anda sedang menjual putri anda."

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
ФанфикKim Seokjin itu buta dengan ketulusan. Menurutnya sebuah perasaaan selalu mengalir dari pikiran oleh logika yang tercipta, bukan dari hati. Topeng. Itulah dirinya. Penuh kepalsuan dan sulit di tebak. Sampai akhirnya seseorang hadir di kehidupannya...