Tiga puluh tujuh

115 31 26
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

Senin pagi Serin habiskan di salah satu rumah sakit swasta. Menemani Soobin berobat karena lelaki itu mendadak terserang flu ringan tadi malam. Selain karena kebanyakan bekerja, pemuda Choi itu juga sering sekali mengkonsumsi minuman dingin bila sedang lembur di kantor. Tapi memang Soobin nya saja yang bebal, giliran sakit baru merengek seperti bayi.

Kalau saja bukan demi Soobin, sebenarnya Serin malas sekali menghabiskan waktunya di antara lalu lalang perawat dan pasien rumah sakit, untung saja dia tak ada kelas pagi ini.

Serin menyenderkan punggungnya di kursi tunggu rumah sakit. Soobin tak mengizinkannya untuk ikut ke ruangan karena nanti katanya akan mengganggu. Jadilah gadis itu hanya bisa memainkan ponselnya sejak tadi demi mengusir kebosanannya, berkirim chat dengan Febi yang saat ini lagi berada di kampus.

FeBi (FebiBabi)🐽♥️
'Jangan nyepam anjir! Ada dosen ngajar lo ganggu gue nyet'

Serin tertawa membaca pesan chat Febi di ponselnya. Serin sengaja mengganggu gadis itu, lucu saja melihat balasannya yang penuh oleh makian.

'Wkwkwk cupu lo, sama dosen aja takut. Biasanya juga preman, begal segala lu ajak gelut.'

FeBi (FebiBabi)🐽♥️
Bapak-bapak jual kayu...
Pakyuuuu!

Serin tertawa terbahak-bahak, apalagi setelah Febi mengirim sebuah stiker kucing dengan kedua tangan menjulurkan jari tengah. Astaga kenapa wajah kucingnya mengesalkan sekali. Mirip dengan yang mengirim, iya mirip Febi.

Tawa Serin mereda. Gadis itu kini menyimpan ponselnya, menyudahi kegiatannya mengganggu Febi. Kasihan, dia sudah banyak sekali mendapatkan kartu kuning dari dosen-dosennya.

Pandangan Serin kini menjelajah ke seluruh rumah sakit. Melihat orang-orang yang berhilir keluar masuk dari pintu depan. Namun detik berikutnya gadis itu tiba-tiba menegakkan tubuhnya, melotot melihat seseorang yang baru saja masuk.

Meski tak pernah bertemu secara langsung, namun Serin sudah berulang kali melihat fotonya dari Soobin. Jadi tak mungkin sekali jika saat ini ia salah melihat atau berhalusinasi.

Sosok yang mengenakan kemeja maroon itu menghilang di balik lorong. Dengan segera Serin mengikutinya demi memastikan kecurigaannya. Gadis berambut pirang itu mempercepat langkahnya begitu mendapati punggung orang yang tengah di kejarnya berbelok ke arah kanan.

Serin bersembunyi di balik pot besar saat sosok itu berhenti di sebuah ruangan dokter. Setelah sosok itu masuk barulah Serin keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekat ke ruangan tersebut.

Serin mengerutkan keningnya bingung. Ngapain dia ada disini? Batinnya tak mengerti. Ada yang aneh, Serin mencurigai sesuatu disini.

"Ngapain?"

Serin berjengit kaget saat seseorang menepuk pundaknya. Gadis itu lantas berbalik dan menemukan Soobin yang menatapnya dengan raut heran.

"Udah selesai check-up nya?" Tanya Serin tanpa membalas pertanyaan Soobin di awal.

Pemuda Choi itu mengangguk, tersenyum kecil. Tampak sekali jika ia sedang tak sehat. Wajah tampannya yang sedikit pucat, kedua mata yang melayu tak berenergi, pucuk hidung yang tampak memerah serta suara lelaki itu yang berubah.

"Tadi gue cari-cari lo gak ada, eh taunya nyasar kesini." Soobin melirik ruangan di depannya, kedua matanya kemudian menyipit saat membaca papan nama di atas pintu ruangan.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang