Dua puluh enam

124 28 4
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

Amanda menatap dua lembar tiket pesawat di tangannya. Tiket-tiket itu baru saja di berikan Soobin atas perintah nenek Kim. Wanita tua itu rupanya benar-benar memberikan imbalan kepada Amanda sebagai bentuk reward untuk pijat-memijat dua minggu lalu. Amanda tak menyangka jika nenek Kim membawa serius perkataan main-mainnya waktu itu. Amanda menghela nafasnya, tak habis fikir.

"Udah deh terima aja, toh gratis kan. Lagian rejeki itu gak boleh di tolak." Soobin berucap setelah menyesap kopi dingin yang di sajikan Amanda.

"Masalahnya oma bukan ngasih tiket ini untuk liburan semata. Dia mau aku gunain tiket ini untuk honeymoon-Honeymoon Soobin! Gimana aku nanti ngomongnya sama mas Seokjin?"

"Lo sama bang Jin suami istri kan? Pasangan sah? Apa yang salah kalo oma minta kalian berdua pergi honeymoon. Itu hal yang wajar, justru kalo orang-orang sampe tau kalian bahkan sama sekali gak pernah honeymoon, gue yakin itu bakal jadi momok yang empuk untuk bahan gosipan."

Semua perkataan Soobin memang benar. Bagaimana kalau selama ini semua orang jadi bertanya-tanya tentang hubungan Amanda dan Seokjin yang tampak berbeda dari orang lain pada umumnya. Bisa-bisa mereka menyimpulkan hal buruk sendiri.

"Umm... ta-tapi tetap aja aku ga tau gimana mau ngomongnya sama mas Seokjin. Aku takut dia gak bakalan setuju.

"Setuju! Pasti setuju, percaya sama gue."

Soobin terlihat yakin sekali. Ia bahkan mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Seokjin yang saat ini sedang berada di restoran.

"Bang gawat bang!" Soobin merubah nada suaranya agar terdengar sepeti orang yang sedang panik.

Setelah mendengar respon dari sang kakak, Soobin melanjutkan kembali aktingnya. "Amanda, dia di bawa ke luar negeri sama mertua lo."

Soobin bangkit berdiri saat mendengar nada cemas dari sang lawan bicara.. "Bang, tenang bang! Tenang!"

"Mereka bawa istri lo karena katanya mereka udah muak sama sikap lo ke Amanda yang flat-flat aja kayak dinding. Mereka juga kecewa karena kalian berdua gak juga ngasih mereka cucu."

Sumpah, Soobin menahan tawanya saat tak sengaja melihat ekspresi Amanda yang cengo. Soobin menjauhkan ponselnya saat Amanda mencoba merebut benda pipih itu dari tangannya.

"Soobin apa-apaan sih! Siniin gak hpnya, jangan ngibul yang enggak-enggak."

Soobin berlari menjauh, bahkan sempat-sempatnya menjulurkan lidah kepada Amanda yang mengejarnya. Keduanya kini sedang berkejar-kejaran mengelilingi ruang tamu.

"Bang! Kalo lo gak datang ke bandara satu jam lagi, lo bakal kehilangan Amanda selamanya. Buruan, gue tunggu! Cuma lo yang bisa nahan istri lo pergi."

Tanpa mendengar balasan apapun lagi, Soobin langsung mematikan ponselnya secara sepihak. Lelaki itu menghentikan Amanda yang masih berusaha mengejarnya.

"Udah-udahhh, hahh udahh selesai." Pria itu mencoba mengatur nafasnya yang memburu. Amanda juga ikut mengatur nafasnya. Setelahnya ia melirik Soobin sinis lalu menendang tulang kering pria itu keras-keras.

"Akting kamu buruk banget, asli."

"Aduh Man! Gue udah bantuin loh, bilang makasih kek malah ngasih tendangan."

"Bodo! Soobin kamu ngeselin banget. Bisa-bisanya kamu bohong kayak gitu sama mas Seokjin." Amanda merebahkan tubuhnya di sofa. Ia tak tahu harus menjelaskan apa nanti pada suaminya kalau ketahuan berbohong seperti ini. Mana Soobin membawa-bawa nama kedua orang tuanya lagi. Habislah Amanda.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang