Tiga puluh lima

133 25 27
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

"Lo tetap gak mau jujur?"

Choi Soobin berdiri menghadap jendela restoran di lantai dua itu. Satu helaan nafas keluar dari bibir lelaki itu sebelum akhirnya dia berbalik dan menatap seorang gadis yang duduk di meja yang ada di ruangan VIP tersebut.

"Gue jujur pun percuma kalo lo sendiri juga udah tau." Soobin berjalan mendekat.

"Gue cuma mau mastiin satu hal. Tentang Seokjin yang tunangan sama orang lain itu benarkan?"

Soobin berhenti tepat di depan meja kemudian menunjukkan wajah menantangnya.

"Iya benar. Dan lo mau apa?"

Han Febi tertawa sarkas. Lucu, pemuda di hadapannya ini masih bertanya apa yang dia mau?

"Lo masih nanya gue mau apa? Yang jelas gue gak akan tinggal diam."

Soobin berjalan mendekat hingga kini posisinya berdiri di samping Febi. Dia lantas membungkukkan badannya dan berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Gak usah ikut campur. Lo gak berhak ngurusin masalah rumah tangga orang lain."

Brak!

Febi menggebrak meja di depannya lalu berdiri penuh emosi, tanpa di duga gadis itu menarik kerah kemeja Soobin dan menatapnya nyalang.

"Jangan sok berani nyuruh-nyuruh gue kalo lo sama aja kayak kakak lo itu. Sama-sama brengsek!" Febi menghempaskan tarikannya dan meraih tasnya di atas meja. Benar-benar sebuah kesalahan besar meminta Soobin untuk bertemu. Seharusnya Febi tak menemui Soobin dan menghabiskan emosinya untuk meladeni lelaki Choi itu.

"Amanda sahabat gue, dan gue gak akan tinggal diam kalian nyakitin dia kayak gini. Lihat aja nanti!" Setelah mengeluarkan ancamannya, Febi berjalan menuju pintu keluar. Namun pergerakannya yang ingin menyentuh engsel pintu terhenti saat Soobin berkata dengan suara dingin.

"Dan Seokjin kakak gue. Gue juga gak akan tinggal diam kalo ada yang berani ikut campur sama kehidupan rumah tangganya."

*******

Sore itu Seokjin memutuskan untuk menghentikan mobilnya di salah satu restoran mewah yang ada di Seoul. Pulang dari Jeju, Jia tiba-tiba memintanya untuk makan malam bersama dahulu sebelum gadis itu di antar pulang ke apartemennya.

Padahal Seokjin sendiri ingin cepat-cepat pulang dan bertemu dengan istrinya. Tiga hari tak melihat Amanda rasanya tersiksa sekali. Seokjin sangat merindukan Amanda. Namun di satu sisi ia juga tidak bisa menolak keinginan tunangannya.

Jia memeluk lengan Seokjin begitu keduanya masuk ke dalam restoran. Gadis itu bertanya kepada Seokjin dengan senyuman manis. "Mau duduk di mana? Gimana kalo kita pesan ruangan VIP?"

"Terserah kamu aja." Jawab Seokjin sekenanya. Dia bahkan pasrah saat dirinya di seret menuju resepsionis untuk reservasi meja.

"Ruangan VIP satu untuk pasangan." Ucap Jia kepada resepsionis yang menyambut mereka dengan sopan.

"Baik atas nama siapa ya?"

"Jia—"

"Kim Seokjin."

Jia menoleh saat Seokjin memotong ucapannya. Pria itu mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan sebuah kartu kepada resepsionis.

Diam-diam senyuman terkembang di wajah gadis berambut ombre magenta itu. "Aku bisa bayar sendiri kok. Duit aku banyak."

Seokjin menerima kembali kartunya yang di berikan sang resepsionis, tanpa menoleh lelaki itu menanggapi ucapan Jia dengan singkat. "Manner. Mau kamu lebih kaya, di sini saya tetap yang bertanggung jawab."

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang