Tiga puluh dua

121 29 22
                                    

Ada yang kangen gak nih? 👻








Happy reading chingu!
.
.
.

Seokjin berubah. Bukan hanya semata-mata perasaan Amanda saja atau sebatas overthinking yang berlebih, namun karena sikap pria itu yang terlihat lebih dingin dari biasanya juga gelagatnya yang seakan tengah mencoba menghindar membuat Amanda yakin jika ada sesuatu yang salah.

Tapi Amanda sama sekali tak tahu dimana letak kesalahannya tersebut.

Amanda bingung, ia menggigit bibir bawahnya samar. Gadis itu memang tak menangis, hanya berdiri di sudut kamar sembari memperhatikan suaminya yang sibuk menyusun barang-barang di dalam koper.

"Aku ada salah ya?"

Seokjin menoleh begitu mendengar lirihan sang istri. Jas di tangannya ia letakkan begitu saja di atas koper yang terbuka, tak jadi di lipat. Pria itu berbalik menatap Amanda yang matanya sudah berkaca-kaca dengan bibir melengkung ke bawah.

"Enggak, Amanda. Mas gak marah sama kamu."

"Terus kenapa pergi!" Amanda berteriak, bukannya merasa tenang mendengar jawaban sang suami ia justru bertambah kesal.

Sejenak helaan nafas keluar dari mulut si pria Kim. Ia berjalan mendekati Amanda, menariknya ke dalam pelukan erat. "Cuma tiga hari, Amanda."

Amanda mencoba menahan tangisnya sekuat tenaga. Namun tak bisa, membayangkan dirinya yang akan kembali di tinggal Seokjin, membuat air matanya langsung meleleh tanpa bisa di cegah, mengalir ke pipi hingga ke ujung dagu bahkan ikut merembes membasahi kemeja milik Seokjin.

"Meeting ini penting untuk kenaikkan jumlah omset restoran. Jadi mau gak mau mas harus datang langsung ke jeju."

Masa bodoh. Amanda sama sekali tak mengerti tentang omset dan strategi marketing lainnya. Ia cuma ingin Seokjin di sini bersamanya. Ada sesuatu dalam dirinya yang seakan mendorongnya untuk tak membiarkan Seokjin pergi. Amanda hanya takut kalau firasatnya ini benar-benar terjadi.

"Yaudah kalo gitu aku ikut ke jeju, aku juga lagi masa liburan jadi gak ada alasan aku gak bisa ikut. Aku juga janji kalo di sana gak bakalan ganggu dan buat kacau. Aku boleh ikut ya mas?" Amanda mencengkram kemeja Seokjin, wajahnya sengaja di buat tampak sememelas mungkin agar di izinkan ikut. Yah kalau Amanda tak bisa menahan Seokjin pergi, maka Amanda sendiri yang akan ikut.

"Kamu lupa tiga hari lagi tanggal berapa?"

Amanda memiringkan kepalanya, tak mengerti. Seokjin terkekeh lalu mencubit pipi tembam itu dengan gemas.

"Tanggal 18 september, ulang tahun ayah."

Seketika cengkraman Amanda di kemeja Seokjin terlepas. Ia menunduk, meremas tangannya gusar. Tanggal 18 september itu adalah ulang tahun ayah Amanda. Sangat tak benar rasanya kalau ia tak ada di hari kelahiran ayahnya sendiri. Apalagi setiap tahun selalu di adakan acara sederhana untuk memperingati ulang tahun sang ayah, tak mungkin kalau Amanda tak datang. Ia tak mau membuat ayahnya sedih.

"Mas harap kamu bisa jadi perwakilan untuk nyampein permintaan maaf mas ke ayah karena gak bisa datang. Sekalian mas mau nitipin kado ayah sama kamu."

Rasanya tetap tak rela membiarkan suminya itu pergi. Amanda ingin egois kali ini. "Aku ikut. Aku bakalan ikut selama dua hari, lalu besoknya sebelum acara ulang tahun ayah aku pulang. Gak papa aku pulang lebih dulu yang penting aku tetap ikut."

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang