Tiga puluh empat

118 27 12
                                    

Happy reading chingu!
.
.
.

Seokjin mengusap wajahnya yang terasa dingin, angin malam yang berhembus membuat suhu tubuhnya menjadi sejuk walau bagian dalam tubuhnya saat ini justru merasakan termo yang berlawanan, panas.

Beberapa botol wine kosong tampak berserakan di bawah sofa. Sebenarnya Seokjin bukan tipikal pria yang suka mabuk-mabukkan untuk mengalihkan sebuah masalah. Tapi malam ini entah kenapa ia tak bisa berhenti menegak minuman beralkohol itu. Mungkin sensasi terbakar dan rasa pahitnya bisa sedikit mengalihkan pikirannya yang saat ini sedang kacau.

Dengan sekali tarikkan kasar, Seokjin melepaskan dasi yang melilit lehernya. Pria itu berdiri menghadap balkon hotel, merenungi masalah yang tengah di hadapinya dan tentang segala keputusannya.

"Nikahi Jia Li atau ceraikan Amanda. Pilih salah satunya."

Ucapan Hyera di parkiran restoran tempat di mana dia melakukan pertemuan dengan tuan Li malam itu kembali terlintas.

"Seokjin gak bisa, mah."

Seokjin menunduk, tak mau melihat sang ibu yang berdiri di hadapannya. Kenapa ia harus di hadapkan dengan pilihan yang sulit? Seokjin tak bisa memilih salah satunya. Keduanya sama-sama akan berefek menyakiti wanitanya.

"Lihat, kamu mulai membantah mamah karena perempuan itu kan?"

Seokjin mendongak dan saat itu juga dia bisa melihat tatapan sayu Hyera yang penuh intimidasi. Membuat Seokjin cepat-cepat menggelengkan kepalanya karena rasa takut yang kian muncul.

"Untuk apa mama hidup kalo kamu sendiri udah berpaling dengan orang lain. Sekarang kamu udah berani melawan dan membangkang mama Kim Seokjin!!"

Kerongkongan Seokjin terasa tercekat, lelaki itu memejamkan matanya saat mendengar nada suara sang ibu yang mulai meninggi.

"Lebih baik mama mati kalo kamu berubah seperti ini."

Seokjin langsung berlutut di depan ibunya. Berkata dengan suara bergetar penuh emosi. "Ma-maafin Seokjin, mah. Seokjin minta maaf. Seokjin janji akan turutin semua kemauan mama."

Hyera bisa melihat mata putranya yang memerah. Senyuman tipis perlahan terkembang di bibir wanita itu saat dia menarik bahu sang anak untuk berdiri.

"Bukannya mama udah kasih kemudahan sama kamu. Mama gak bakal ngusik perempuan itu kalo kamu nurut dan gak membangkang satupun perintah mama. Paham?"

Seokjin mengangguk pelan. Menahan sekuat tenaga air matanya saat Hyera membawanya kedalam sebuah pelukan dan menepuk halus belakang kepalanya.

"Kamu tau mama sayang sama kamu, mama ngelakuin ini semua demi kebahagian kamu. Kamu itu hidup mama, jadi jangan pernah kecewain mama sekalipun, Seokjin."

Rasanya teramat sulit memilih satu di antara kedua hal terpenting di hidupnya. Di satu sisi Seokjin tak mau mengecewakannya Hyera, sementara di sisi lain dia juga tak sanggup menyakiti istrinya apalagi harus kehilangannya.

Tidak. Seokjin tak mau bila harus kehilangan sosok Amanda. Membayangkan hari-harinya tanpa melihat Amanda saja rasanya sudah begitu menyakitkan, apalagi harus kehilangan sosok tulus itu.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang