12. Memilih Dia

1.2K 114 26
                                    

Happy reading guys🔥

.

.

.

     Fira, Vita, dan Bulan saat ini sedang berjalan di koridor ingin pergi ke kelas XII IPA 5, bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Sesuai ucapan Adit kemarin, bahwa ia akan mentraktir mereka untuk makan di kafe dalam rangka merayakan hari jadiannya dengan Vita.

     Mereka berjalan sembari tertawa-tawa karena aksi konyol yang ditunjukkan Bulan.

     "Fira!" panggil Revan sembari berlari menuju mereka bertiga. Fira menghentikan langkahnya membuat kedua sahabatnya juga ikut berhenti.

     "Mau langsung pulang?" tanya Revan saat sudah sampai dihadapan Fira.

     "Oh iya, aku lupa bilang kalau hari ini ada acara bareng Bulan sama Vita," ucap Fira sambil menepuk jidatnya. Ia lupa memberitahu pacarnya ini kalau ada acara.

     "Acara apa?" tanya Revan.

     "Kan kemarin Vita habis jadian sama Kak Adit, jadi Kak Adit pengen traktiran gitu." Revan menoleh ke arah Vita yang sedang tersipu malu. "Selamat ya, Vit," ucap Revan memberikan selamat.

     "Kayak habis menang apa aja, dikasih selamat," celetuk Bulan.

     "Iri bilang, Lan," ucap Revan membuat Bulan memutar bola matanya malas. Bulan dengan Revan memang tidak pernah akur, apapun obrolannya pasti ujung-ujungnya akan berdebat.

     "Makanya cari pacar sono, sahabat-sahabat lo aja udah pada punya pacar, masa lo jomblo mulu?" beber Revan.

     "Oh gue tau, pasti lo itu lagi nunggu cowok yang...." Revan sengaja menggantungkan ucapannya, membuat Bulan penasaran.

     "Cowok yang apa?"

     "Cowok yang bisa menerima segala kelakuan aneh lo, sifat bobrok lo, kecerewetan lo, dan otak lo yang sedikit geser itu," jawab Revan setelah itu ia tertawa puas karena berhasil membuat wajah Bulan merah padam karena berusaha menahan kesal dan amarahnya.

     Revan menghentikan tawanya. "Eh eh, ralat, maksud gue gesernya banyak." Revan kembali melanjutkan tawanya, kali ini lebih keras sampai siswa-siswi yang lewat di koridor tersebut memperhatikannya.

     Bulan menjitak kepala Revan, membuat si empunya kepala menghentikan tawanya berganti dengan meringis kesakitan. Bulan tidak main-main menjitaknya, ia menggunakan tenaganya yang lumayan kuat untuk ukuran perempuan.

     "Sakit tau, Lan!" kesal Revan yang masih mengelus-elus kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.

     "Bodo amat, habisnya lo ngeselin." Bulan memasang tampang garang dan menatap tajam Revan seakan ingin membunuhnya saat ini juga. Revan yang melihatnya pun langsung bergidik ngeri.

     "Serem amat muka lo, nanti makin enggak laku baru tau rasa," ungkap Revan sembari tertawa mengejek.

     Bulan yang kesal dengan makhluk satu ini berniat menjitak sekali lagi kepala Revan, tetapi gagal karena Revan telah berlari dan bersembunyi di balik punggung Fira.

     "Udah, Van, Lan!" Fira menyuruh keduanya untuk berhenti, jika tidak dihentikan mungkin mereka akan berdebat sampai malam.

     "Kita ini mau ke kelas XII IPA 5, kenapa kalian malah berdebat di sini?" Fira mengingatkan tujuan awal mereka.

     "Oh iya, gue lupa, gara-gara lo sih, Kain Kafan!" ucap Bulan menyalahkan Revan.

     "Kok gara-gara gue sih, Tali Pocong?" kesal Revan. Selain kesal karena disalahkan ia juga kesal karena namanya diubah menjadi kain kafan. Nama sudah keren-keren gini masa diganti jadi kain kafan?

NOUVAL (Almet Ijo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang