13. Tendangan Bulan

1.3K 122 25
                                    

Happy Reading🧚

.

.

.

     Nouval menaruh motornya di garasi rumahnya. Ia melepas helmnya dan turun dari motor. Kakinya melangkah menuju ke depan pintu. Karena pintu yang sudah ditutup, Nouval segera mengetuknya agar ada yang membukakannya pintu. Ia berharap semoga yang membukakan pintu bukan Papanya, hari ini sudah cukup lelah baginya, ia sangat malas jika harus berdebat dengan Papanya lagi.

     Nouval melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 01:25. Nouval pulang terlalu larut karena habis dari kafe tadi ia pergi ke warung Mbok Sri untuk nongkrong bersama teman-temannya. Sebenarnya warung Mbok Sri hanya buka sampai jam sembilan malam saja, tetapi Nouval tidak langsung pulang setelah dari situ, ia diajak oleh Adit untuk ke rumahnya bersama Tatan dan juga Reno.

     Melihat pintu yang tidak dibuka-buka juga, Nouval memutuskan untuk mengetuk kembali, kali ini lebih keras agar Bi Inah selaku pembantu di rumahnya bisa mendengar suara ketukannya. Sebenarnya Nouval sudah sering pulang larut dan selalu masuk rumah dengan memanjat menggunakan tangga yang selalu ditaruh di samping rumahnya. Dengan tangga itu ia langsung bisa naik ke balkon kamarnya. Tetapi entah kenapa, rasanya Nouval sangat malas untuk memanjat malam ini.

     Nouval terus mengetuk pintu sampai akhirnya kenop pintu itu pun terputar menandakan bahwa ada yang membukanya. Bukan wajah Bi Inah yang diharapkannya akan muncul, melainkan wajah Papanya yang sedang berdiri di depannya dan menatapnya tajam.

     "Masih ingat rumah kamu?" sindir Ari—Papa Nouval.

     Nouval tidak ingin menjawab sindiran itu. Ia hanya mendiamkan Papanya yang masih setia berdiri di depan pintu menghalanginya untuk masuk.

     "Oh, jadi sekarang selain nggak punya malu karena selalu pulang larut malam, ternyata kamu juga nggak punya mulut, ya?" ucap Ari dengan keras membuat Lena dan Bi Inah yang tadinya sudah tertidur menjadi terbangun dan segera menuju ke sumber keributan. Untung saja Dira sang Adik tidak ikut terbangun juga.

     "Ada apa, Pa? Kok ribut-ribut di depan pintu?" Lena bertanya setelah melihat kedua lelaki yang disayanginya itu berdiri di depan pintu.

     "Ini anak kamu nggak bisa dibiarin gini terus, mau jadi apa dia nanti, kalau setiap malam selalu pulang jam segini!?"

     "Sudah, Pa. Jangan marah-marah di depan pintu gitu, nanti kalau dilihat atau didengar tetangga kan nggak enak? Ceramahnya dilanjut besok aja, ya?" Lena berusaha membujuk suaminya itu dan sepertinya ia berhasil karena setelah itu suaminya berlalu pergi ke kamarnya meninggalkan Nouval yang dari tadi hanya diam di depan pintu.

     "Ayo masuk, Sayang!" Lena menyuruh Nouval masuk setelah itu ia juga kembali ke kamarnya.

     Nouval naik ke atas menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasurnya yang nyaman tanpa membuka sepatunya. Entahlah. Nouval sudah sangat lelah hari ini. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya dengan istirahat.

***
     Kelas XI IPS 3 pagi ini mendapat pelajaran olahraga yang diajar oleh Pak Wildan. Mereka sekarang sudah berkumpul di lapangan dan melakukan pemanasan yang dipandu oleh Andra, salah satu teman sekelas Bulan yang kelakuannya bisa dibilang sangat bobrok. Entah kenapa Pak Wildan malah memilihnya. Padahal gerakannya sama sekali tidak ada yang benar, membuat para siswa yang hendak mengikutinya malah tertawa melihat gerakannya yang aneh-aneh serta ekspresi wajahnya yang tengil itu.

     Setelah selesai melakukan pemanasan yang malah membuat perut mereka keram karena kebanyakan tertawa, Pak Wildan menjelaskan sedikit materi mereka yaitu mengenai sepak bola, ia tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar, karena sudah tentu materi ini sudah sering diajarkan, bahkan dari sekolah dasar pun materi ini sudah ada.

NOUVAL (Almet Ijo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang