Wooseok langsung merebahkan tubuhnya di lapangan setelah satu jam bermain basket seorang diri di taman dekat kompleks perumahannya. Nafasnya tersengal-sengal, keringatnya sudah memenuhi wajahnya.
-flashback on-
Tersisalah Wooseok dan Haknyeon di tempat yang sama, berdiri berhadapan dengan tatapan Haknyeon yang setajam pisau.
"kenapa kak? Kenapa lo harus begitu sama temen gue? Lo itu kakak kelas favorit gue juga kakak kelas favoritnya Hyunjae. Lo tau seberapa kecewanya dia karena kakak?"
"salah kalo gue pengen dapetin orang yang gue suka?"
"bukan gitu kak, gue tau posisi lo pasti membingungkan banget, tapi bukan berarti kakak bisa berbuat apapun demi ngedapetin Hyunjae!"
"maaf kalo gue egois, tapi tolong biarin Hyunjae bahagia dengan Juyeon. Berhenti bikin dia nangis, berhenti bikin dia berantem sama Juyeon. Gue nggak memihak Juyeon, bahkan dari awal gue juga nggak mau temen gue pacaran sama modelan kaya dia, tapi gue bisa apa kalo Hyunjae bahagia?"
"kalo kakak bener-bener sayang sama Hyunjae, kakak pasti mau dia bahagia kan? Bukannya bikin dia nangis terus kaya gini? Bukannya itu sama aja kakak udah ngelukain dia?" Wooseok terdiam. Hatinya terasa seperti ditusuk oleh pisau berkali-kali. Pedih.
"tolong berhenti kak. Seberapa jauh kakak berusaha, seberapa jauh kakak mengejarnya, Hyunjae nggak akan pernah menoleh. Justru dia akan semakin berlari menjauh dan membenci kakak"
Haknyeon memegang pundak Wooseok lalu tersenyum kecil. Seperti yang Hyunjae katakan, Wooseok butuh waktu untuk sadar. Tapi Haknyeon akan membantu Wooseok untuk segera sadar.
"Ada saatnya kakak harus menyerah untuk sesuatu yang sudah pasti mustahil untuk kakak dapatkan, demi kebaikan kakak sendiri"
-flashback off-
Dia memejamkan matanya, menahan betapa hancurnya hati dia saat ini. Jauh dari yang orang tahu, dia telah lama diam-diam memperhatikan Hyunjae. Dia yang telah lama tahu bahwa dia dan Hyunjae tinggal di lingkungan yang sama. Dan dia yang diam-diam menyukai Hyunjae meskipun dia sendiri tidak tahu nama Hyunjae pada saat itu.
"gue pikir, pertemuan kita itu adalah takdir yang baik"
Dia tersenyum getir, "tapi nyatanya nggak semua pertemuan itu adalah takdir yang baik. Semuanya cuma tafsiran gue sendiri, ilusi yang gue ciptain sendiri"
-flashback on-
Wooseok baru pulang sekolah dan jajan sebentar di minimarket depan kompleks rumahnya. Dia tidak sengaja mendengar suara dua orang yang berjalan di sekitar area minimarket, hendak masuk ke gerbang perumahan.
"Kino! Balikin hp akuuu~ aku udah bilang aku nggak nonton yang aneh-aneh!" teriak Hyunjae sambil berusaha mengambil ponselnya yang sekarang ada di tangan Kino.
Diam-diam Wooseok memperhatikan mereka berdua. Cowok manis dengan rambut coklat dan hoodie biru itu sepertinya tengah bertengkar lucu dengan cowok disebelahnya, yang dia panggil Kino.
"bohong! Chanhee bilang ke gue kalo nggak ada yang boleh mainin hp lo! Pastiii ada yang aneh-aneh kan???" ledek Kino dan Hyunjae hanya mendorong tubuh Kino dengan tangannya.
Wooseok tak sadar bahwa dirinya tengah tersenyum sendiri melihat cowok manis berhoodie biru itu. Berharap untuk mendengar namanya disebut oleh Kino, tapi Kino tidak kunjung menyebut namanya.
*000*
Beberapa minggu setelah itu, Wooseok bertemu lagi dengannya, di halte bis depan kompleks perumahan mereka. Sedang duduk seorang diri sambil tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine [JuJae]
Фанфик[Selesai] sejak hari itu, kamu sudah bersinar di mataku. sejak hari itu pula aku tertarik padamu. namun, seiring berjalannya waktu aku tidak bisa memahami perasaanku sendiri. dan pada akhirnya, aku sadar jika tanpa matahari aku tidak bisa keluar dar...