Libur semester yang ditunggu para pelajar, akhirnya datang.
Namun, libur kali ini tidak ada yang berbeda. Seperti libur-libur sebelumnya, aku lebih memilih bersantai di rumah.
Hanya satu yang berbeda dilibur kali ini. Statusku yang telah berubah menjadi istri.
Jika sebelumnya, saat libur aku banyak melakukan aktivitas di rumah bersama ibu, sekarang aku melakukannya sendiri.
Meskipun terasa lebih berat, aku tetap ikhlas menyelesaikannya. Mungkin saja dengan Tuhan memberatkan pekerjaan kita, itu artinya Tuhan sayang sama kita. Karena, Tuhan ingin memberikan kita pahala yang banyak.
Kuncinya? Ikhlas dan sabar.
"Hari ini ada rencana pergi ngga?" tanya mas Hady ketika aku tengah menemaninya sarapan di pagi hari.
Oh, jangan lupa bahwa kita mengobrol setelah makanan di piring habis. Mas Hady memang selalu begitu.
"Em...kayaknya ngga ada, mas. Kenapa?"
"Ikut ke kantor, yuk"
"Hah? Ngapain?"
"Aku bosen di temenin sama bang Ilham mulu"
Belum sempat menjawab, mas Hady sudah menarikku untuk berdiri.
"Sebentar, saya belum dandan"
Bukannya bersiap-siap dengan dirinya sendiri, mas Hady malah menontonku yang tengah asik memoleskan make up ke wajah.
Ia mengambil bangku lain dan mendudukan dirinya di sebelahku. Memiringkan kepala dan menyangganya dengan tangan.
"Mas ngapain, sih?"
"Ngeliatin bidadari"
"Ngga usah ngardus mulu"
"Jangan merah-merah dong bibirnya"
"Apa lagi, mas? Saya belum pakai lip tint"
Mas Hady menegakkan kepalanya dan menatapku.
"Serius? Kok merah? Gara-gara aku gigitin mulu, ya?"
"Ngga tau, ah! Mas Hady ngeselin"
Semakin menyebalkan, ia tertawa dengan keras dan menyubit pipiku dengan gemas.
...
"Loh? Lo ikut, Yol?" tanya bang Ilham ketika aku hendak memasuki ruangan mas Hady.
Mereka memang memiliki ruang kerja sendiri-sendiri. Hanya saja, kadang bang Ilham diminta mas Hady untuk membantu pekerjaannya. Jadi ya, bang Ilham lebih sering berada di ruangan mas Hady atau pun sebaliknya.
"Iya, gue yang minta. Jadi, lo hari ini jangan masuk ruangan gue kecuali gue yang minta" jawab mas Hady.
"Dih, kalau lu ngga minta juga ngapain gue ke ruangan lo"
"Bagus! Pengertian lo, bang"
"Pastilah, mana mau gue jadi obat nyamuk"
"Bukannya nanti malah aku yang jadi obat nyamuk kalian, ya?" selaku kemudian.
Mereka hanya memandangku dengan wajah penuh ekspresi tanya.
"Nakal kamu, ya! Ayo masuk" kata mas Hady, ia menarik tanganku untuk segera masuk.
Satu jam berlalu, tidak banyak aktivitas yang aku lakukan.
Mas Hady fokus pada laptopnya, dan aku hanya memainkan ponsel dengan posisi rebahan di paha suamiku.
Iya, dia tidak bekerja di meja kerjanya. Katanya, biar aku tidak terlihat terlalu dianggurkan. Jadi, dia menemaniku duduk di sofa ruangannya.
Sedang asik bersantai, tiba-tiba suara ketukan pintu dilanjut suara perempuan terdengar di telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Heaven ✖ DKS ✅
Fanfiction"Kalau bukan karena perjodohan, ga sudi gue nikahin lo" "Biarpun kita menikah karena perjodohan, tapi biarkan saya berusaha menjadi istri yang baik untukmu" Banyak yang bilang kalau nikah karena perjodohan itu akan berakhir dengan perceraian. Apakah...